|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 10 Juli 2012

Niat Hati Kultivasi Tanpa Tekad Akan Sia-Sia

 

Banyak orang tahu apa itu kultivasi? Sehingga timbul tekad untuk berkultivasi. Timbulnya niat pikiran kultivasi sangat gampang, tetapi dapat bertahan dalam berkultivasi terus bukanlah suatu hal yang gampang. 

Bhiksu tua dan muridnya sedang melakukan perjalanan dengan jalan kaki, walaupun melalui jalan hutan dan naik gunung, bhiksu tua berjalan dengan santai di depan dan muridnya memikul bekal mereka yang berat dengan terseret-seret mengikuti dibelakang gurunya.

Bhiksu kecil  sambil berjalan berpikir, didalam kehidupan manusia yang singkat ini, selalu harus melalui siklus dilahirkan, sakit, tua dan meninggal,  begitu banyak penderitaan, tetapi setelah memilih jalan kultivasi, maka harus seperti Sang Sadar harus cepat menyelamatkan orang, tidak boleh kendur, harus gigih maju.

Setelah berpikir sampai disana, bhiksu tua yang berjalan didepannya menghentikan langkah kakinya, membalikkan badannya dengan wajah tersenyum berkata, “Mari, biar saya yang memikul bekal itu, kamu yang jalan didepan saya.” Bhiksu kecil merasa heran, tetapi sesuai dengan instruksi gurunya, dia memberikan bekal kepada gurunya dan dia berjalan didepan gurunya.

Setelah berjalan beberapa saat, bhiksu kecil ini merasa sangat bebas dan santai, sambil  berpikir didalam kitab suci dikatakan, Sang Sadar menyelamatkan mahluk hidup,” Ini terlalu sulit! Begitu banyak mahluk hidup sampai kapan bisa menyelamatkan semuanya? Lebih enak tidak usah kultivasi, lebih nyaman hidup santai dan bebas saja!”

Setelah niat pikiran ini timbul, dia mendengar gurunya bhiksu tua dengan suara serius membentaknya, “Anda segera berhenti!” Bhiksu kecil membalikkan badannya, dia melihat wajah bhiksu tua dengan serius memandangnya, dia sangat terkejut, bhiksu tua sambil melemparkan bekal dari pikulannya berkata, “Bawa bekal ini, sekarang ikuti saya!”

Bhiksu kecil berpikir lagi, sangat susah menjadi manusia! beberapa saat yang lalu masih dalam keadaan gembira, sekejap mata sudah berubah menjadi susah, suasana hati manusia sungguh gampang berubah dan tidak stabil, “Hati manusia biasa gampang berubah, lebih bagus berkultivasi  mencapai kesempurnaan, dengan demikian saya dapat menyelamatkan manusia dan mengurangi kesusahan hidup  manusia”

Setelah timbul niat tersebut, gurunya yang berjalan didepannya membalikkan badannya dan tersenyum mengambil bebannya dan berjalan dibelakangnya. Kejadian ini berulang kali  terjadi karena bhiksu kecil ini hatinya tidak stabil antara ingin berkultivasi dan ingin bebas, ketika ketiga kalinya timbul niat ingin bebas, bhiksu tua dengan suara keras dan wajah serius menghadapinya.

Bhiksu kecil akhirnya tidak dapat menahan perasaan penasaran didalam hatinya, lalu bertanya kepada gurunya kenapa hari ini gurunya bersikap bolak balik demikian, pada suatu saat baik dan di lain saat berubah menjadi keras “Guru, kenapa hari ini engkau sebentar menginginkan saya mengikuti belakangmu, tetapi dalam sekejap ingin saya berjalan didepan, kenapa hal ini terjadi berulang kali?”

Bhiksu tua berkata, “Walaupun engkau mempunyai niat untuk berkultivasi, tetapi hati kultivasimu sangat labil. Ketika saya merasa terharu timbul niatmu untuk berkultivasi, tetapi sebentar lagi pikiranmu sudah berubah. Jika demikian terus maju mundur, sampai kapan engkau baru bisa mencapai buah status?.”

Setelah mendapat teguran dari gurunya, bhiksu kecil merasa sangat menyesal, maka timbul kembali niat pikiran untuk tetap berkultivasi, pada saat ini gurunya ingin dia berjalan didepan, tetapi dia menolak dan berkata, “Guru, mulai saat ini saya bertekad dengan niat pikiran yang bulat saya akan berkultivasi seperti mendirikan sebuah menara yang tinggi, yang dimulai dari bawah, setahap demi setahap mencapai puncak saya juga akan berjalan selangkah demi selangkah.”

Setelah mendengar perkataannya bhiksu tua sangat gembira, didalam hatinya sangat kagum kepada murid kecilnya, mereka berdua meneruskan berjalan sambil bercanda dan sepanjang jalan saling membantu.
 

Tidak ada komentar:
Write komentar