Manusia yang hidup didunia yang fana ini,
mulai sekarang janganlah melakukan hal-hal yang melanggar hati nurani,
jadilah orang baik, tanamlah petak kebajikan demi diri sendiri dan anak
cucu anda. Tinggalkanlah lebih banyak pahala di dunia ini.
Hidup didunia ini membuat kita sungguh harus memandang hambar terhadap segalanya. Tetapi kadang setelah beberapa waktu, manusia akan lupa untuk memandang hambar kepada dunia fana ini.
Kemudian manusia akan mulai bertarung mati-matian lagi demi untuk mencari keuntungan, nama, harta dan ketenaran. Manusia demi kebahagiaan hidup didunia ini, demi mencari keuntungan pribadi, dengan sadar ataupun tanpa sadar mulai menyakiti orang lain. Manusia tidak sadar bahwa ketika mereka menyakiti orang lain demi mendapat keuntungan pribadi, telah membuat mereka menciptakan karma besar.
Ketika karma ini tiba maka rasa sakit dan malapetaka akan menimpanya, oleh sebab itu orang yang tidak tahu atau tidak percaya kepada karma adalah orang yang paling bodoh, membabi buta melakukan hal-hal buruk, akhirnya karma tersebut akan menimpa diri sendiri. Ini seperti boomerang yang menyerang diri sendiri.
Tentu saja, ada beberapa orang yang mengatakan, “Lihat orang itu cukup
baik, kenapa mendapat balasan demikian?” Namun, jika engkau bisa
mengundurkan waktu ke masa lalu, atau masa masa yang lalu, maka anda
akan menemukan semua itu berhubungan dengan perbuatan diri sendiri pada
masa masa yang lalu. Dengan kata lain bahwa sekarang kita melakukan
hal-hal yang jahat dan buruk, untuk waktu tertentu engkau harus
membayarnya.
Pada suatu hari, seorang Kaisar dan menterinya pergi berburu. Ketika Kaisar menarik pelatuk senapannya, ibu jari Kaisar patah dan ia sangat kesakitan. Menterinya membalut luka itu sambil menghibur hati kaisar dengan kata-kata bijak, "Yang Mulia, kita tidak pernah tahu apa yang baik dan apa yang buruk bagi kita." Tetapi sang Kaisar tidak suka mendengar nasehat menterinya itu.
Ia kemudian menghardik menterinya dan melemparkannya ke dalam sumur yang tak berair. Kemudian Kaisar melanjutkan perburuannya melalui hutan rimba belantara. Dalam perburuan itu, ia berjumpa dengan sekelompok manusia rimba yang kemudian menahan dan membawanya menghadap pemimpin mereka.
Suku itu sedang mempersiapkan upacara pemujaan dengan korban manusia, dan Kaisar dipersiapkan sebagai korbannya. Namun, Ketua suku yang memeriksa calon korban itu melihat pembalut pada ibu jari kaisar. Kepala suku itu menolak kaisar, karena ia menghendaki korban yang tanpa cacat. Kaisarpun menyadari kebenaran kata-kata menterinya.
Kaisar pun merasa amat menyesal dan berlari kembali ke sumur tempat ia melemparkan menterinya tadi. Kaisar pun menarik menteri tersebut keluar dan minta maaf atas tindakannya yang tidak adil. Menterinya menjawab, "Yang Mulia tidak perlu minta maaf, karena Yang Mulia tidak melakukan sesuatu yang jahat pada saya.
Sebaliknya, Yang Mulia telah berbuat baik dengan menyelamatkan hidup saya. Jika saja Yang Mulia tidak melemparkan saya ke dalam sumur dan saya terus mengawal Yang Mulia, orang-orang liar itu pasti akan menjadikan saya korban persembahan, dan saya pasti akan mati."
Hidup didunia ini membuat kita sungguh harus memandang hambar terhadap segalanya. Tetapi kadang setelah beberapa waktu, manusia akan lupa untuk memandang hambar kepada dunia fana ini.
Kemudian manusia akan mulai bertarung mati-matian lagi demi untuk mencari keuntungan, nama, harta dan ketenaran. Manusia demi kebahagiaan hidup didunia ini, demi mencari keuntungan pribadi, dengan sadar ataupun tanpa sadar mulai menyakiti orang lain. Manusia tidak sadar bahwa ketika mereka menyakiti orang lain demi mendapat keuntungan pribadi, telah membuat mereka menciptakan karma besar.
Ketika karma ini tiba maka rasa sakit dan malapetaka akan menimpanya, oleh sebab itu orang yang tidak tahu atau tidak percaya kepada karma adalah orang yang paling bodoh, membabi buta melakukan hal-hal buruk, akhirnya karma tersebut akan menimpa diri sendiri. Ini seperti boomerang yang menyerang diri sendiri.
Pada suatu hari, seorang Kaisar dan menterinya pergi berburu. Ketika Kaisar menarik pelatuk senapannya, ibu jari Kaisar patah dan ia sangat kesakitan. Menterinya membalut luka itu sambil menghibur hati kaisar dengan kata-kata bijak, "Yang Mulia, kita tidak pernah tahu apa yang baik dan apa yang buruk bagi kita." Tetapi sang Kaisar tidak suka mendengar nasehat menterinya itu.
Ia kemudian menghardik menterinya dan melemparkannya ke dalam sumur yang tak berair. Kemudian Kaisar melanjutkan perburuannya melalui hutan rimba belantara. Dalam perburuan itu, ia berjumpa dengan sekelompok manusia rimba yang kemudian menahan dan membawanya menghadap pemimpin mereka.
Suku itu sedang mempersiapkan upacara pemujaan dengan korban manusia, dan Kaisar dipersiapkan sebagai korbannya. Namun, Ketua suku yang memeriksa calon korban itu melihat pembalut pada ibu jari kaisar. Kepala suku itu menolak kaisar, karena ia menghendaki korban yang tanpa cacat. Kaisarpun menyadari kebenaran kata-kata menterinya.
Kaisar pun merasa amat menyesal dan berlari kembali ke sumur tempat ia melemparkan menterinya tadi. Kaisar pun menarik menteri tersebut keluar dan minta maaf atas tindakannya yang tidak adil. Menterinya menjawab, "Yang Mulia tidak perlu minta maaf, karena Yang Mulia tidak melakukan sesuatu yang jahat pada saya.
Sebaliknya, Yang Mulia telah berbuat baik dengan menyelamatkan hidup saya. Jika saja Yang Mulia tidak melemparkan saya ke dalam sumur dan saya terus mengawal Yang Mulia, orang-orang liar itu pasti akan menjadikan saya korban persembahan, dan saya pasti akan mati."
Tidak ada komentar:
Write komentar