Dahulu
kala tinggallah seorang anak muda bersama ibunya yang buta. Karena
menderita sakit, maka ibunya hanya bisa berbaring di atas ranjang
sepanjang tahun.
Orang yang menganggap dirinya sendiri
orang baik, apakah benar-benar baik? Dia mungkin ramah kepada semua
orang, tetapi apakah hatinya tidak dipenuhi dengan kedengkian, dan
apakah pikirannya benar-benar bersih dari hal-hal yang kotor dan jahat?
Lagi pula dengan mengeluh, bukankah itu berarti dia sedang menyalahkan
Sang Pencipta?
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Musim dingin pada bulan Desember
tahun itu, salju sedang beterbangan turun, ibunya sudah beberapa hari
berturut-turut tidak makan. Anak muda yang sangat mencemaskan ibunya itu
lalu bertanya, “Ibu, makanan apa yang ibu inginkan?”
Ibunya
memahami keadaannya yang sangat miskin, dia sendiri sepanjang tahun
hanya bisa berbaring di atas ranjang yang malah akan memperberat
tanggungan keluarga. Kali ini dia sudah membulatkan tekad tidak makan
dan minum dan menunggu ajal tiba.
Sang anak sangat
cemas, ia berharap ibunya bisa makan sedikit, walaupun itu hanya
sedikit bubur tajin untuk menyelamatkan nyawa ibunya dari maut. Ibunya
juga mengetahui di saat musim dingin seperti ini, permukaan sungai pun
sudah beku menjadi es, bagaimanapun juga anaknya tidak akan bisa
menyulap seekor ikan untuk dimakan. Agar anaknya tetap di rumah dan
tidak pergi ke mana-mana, dengan nada yang tidak bersungguh-sungguh dia
berkata bahwa dia ingin makan ikan.
Pemuda ini
adalah seorang yang sangat berbakti. Dia mengira ibunya benar-benar
ingin makan ikan, dia sangat girang sekali, dia pun beranggapan kali ini
ibunya pasti akan tertolong. Tetapi saat dia menengok keluar rumah, di
luar hanyalah terlihat hamparan salju yang putih, angin utara sedang
bertiup menderu-deru. Si pemuda kembali khawatir, ia tidak tahu harus
kemana untuk mencari ikan, salju telah membekukan semua sungai menjadi
es.
Tetapi karena sangat ingin menolong ibunya,
dengan membulatkan tekad, pemuda itu meminta ibunya untuk me-nunggu, dan
dia pun berlari menerjang keluar menuju ke sungai yang berada di dekat
rumahnya. Pemandangan yang ada di depan matanya saat itu hanyalah
permukaan sungai yang tertutup oleh salju dan es yang sangat tebal.
Mustahil untuk mendapatkan ikan dalam kondisi seperti ini.
Hatinya
pun gelisah. Tapi dia sangat ingin sekali memenuhi keinginan ibunya.
Dia lalu berdoa kepada Tuhan dan dewa penjaga sungai agar membantu untuk
menolong ibunya. Kemudian, dia membuka baju dan menggunakan panas
tubuhnya yang sangat lemah itu untuk mencairkan permukaan sungai yang
sangat dingin menusuk tulang itu.
Dapat dikatakan
apa yang terjadi kemudian sungguh aneh. Mungkin berkat ketulusan hati si
pemuda itu sehingga doanya membuahkan hasil. Secara ajaib salju dan es
yang menutupi permukaan sungai itu sebagian mencair dengan cepat.
Mendadak seekor ikan segar melompat keluar ke atas permukaan es.
Pemuda
itu menjadi girang dan ia sangat bersyukur kepada Tuhan, serta
berterima kasih kepada ikan itu. Seumur hidupnya dia tidak pernah
membunuh, saat itu dia memegang ikan itu dan berkata, “Saya sebenarnya
tidak ingin melukaimu, saya hanya ingin menolong ibu, terpaksa saya
harus mengambil dagingmu sedikit.”
Si pemuda hanya
mengambil daging ikan itu dari satu sisi saja dan tidak melukai organ
dalam ikan itu, lalu ikan itu dia lepaskan kembali ke dalam sungai.
Di
kemudian hari ikan tadi dinamakan ikan berbakti. Dan sekarang oleh
masyarakat keturunan Tionghoa yang hidup diluar negeri, ikan ini disebut
ikan Long Li.
Malam itu, si pemuda segera memasak
dan menyuapi ibunya yang sekarat dengan sup ikan yang lezat itu. Sangat
ajaib, setelah minum sup ikan itu tubuh ibunya kian hari kian membaik
dan penglihatannya pun berangsur-angsur pulih.
Suatu
niat dan kelakuan yang begitu agung, sungguh telah menggetarkan dan
mengharukan langit dan bumi, akhirnya ia akan mendapatkan balasan dengan
apa yang disebut keajaiban oleh manusia. Meskipun banyak orang tidak
mempercayainya, tetapi keajaiban ini benar-benar pernah dialami oleh
orang-orang tertentu.
Ada orang yang telah divonis
oleh dokter bahwa sakitnya sudah tidak dapat disembuhkan, tetapi
akhirnya ia mendapatkan kesembuhan yang tak terduga; ada yang sedang
dalam kesulitan keuangan untuk membayar uang masuk sekolah anaknya,
tiba-tiba mendapatkan rejeki senilai persis yang diperlukan untuk
keperluan sekolah anaknya, dan lain-lain kejadian lagi. Semua hal-hal
mengharukan ini sebenarnya menandakan apa? Tak lain dan tak bukan adalah
untuk mengingatkan manusia bahwa Sang Pencipta senantiasa tahu akan
perilaku, hati dan pikiran setiap insan-Nya!
Ada orang merasa telah menjadi orang baik, tetapi mengapa malang nasibnya? Sesungguhnya,
orang yang benar-benar baik, ia tidak akan mengeluh terhadap nasibnya.
Ia akan sepenuhnya menyadari bahwa Yang Kuasa adalah Maha Belas Kasih,
tentu telah mengatur nasibnya sedemikian rupa adalah untuk kebaikannya
juga. Sang Pencipta tentu punya maksud-maksud lain yang tidak kita
pahami.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar