Pepatah
mengatakan, “Kehidupan ini bagai lautan kesengsaraan.” Orang Tiongkok membuat aksara sangat menarik, aksara Ren (忍), di atas aksara hati (Xin, 心) ada aksara sebilah pisau (Dao,
刀), bersabar sama saja dengan mengalami penderitaan.
Menurut penjelasan
dari aliran Buddha, mengalami penderitaan bisa menghilangkan karma,
jika karma sudah dihilangkan secara tuntas, maka kehidupan ini juga
sudah mencapai kesempurnaan.
Menghadapi kehidupan ini dengan berjalan dengan sabar, menyelesaikan perjalanan dalam hidup ini, bukankah sama dengan telah menuaikan tugas dari Tuhan yang diserahkan kepada kita?
Menghadapi kehidupan ini dengan berjalan dengan sabar, menyelesaikan perjalanan dalam hidup ini, bukankah sama dengan telah menuaikan tugas dari Tuhan yang diserahkan kepada kita?
Ketamakan
manusia seperti seekor ular menelan gajah. Pepatah ini menjelaskan
bahwa hasrat nafsu manusia selamanya tidak ada batas, sulit untuk merasa
puas, seperti lautan keinginan yang sulit dipenuhi.
Hal-hal
yang tidak sesuai keinginan manusia, mencapai 80% - 90%. Artinya,
beraneka ragam kegagalan dalam kehidupan tidak bisa dihindarkan.
Kesimpulannya, bagaimana menghadapi dua hal, “lautan keinginan sulit
dipenuhi, dan kegagalan tidak bisa dihindari”, merupakan pelajaran dasar
dari kehidupan kita.
Seorang
psikolog Freud, pernah menciptakan sebuah ungkapan ternama yakni
“membumbung”. Menurut definisi dari Freud sendiri : Membumbung itu adalah
menggunakan cara yang bisa diterima oleh masyarakat, untuk
merealisasikan atau untuk mencapai suatu keinginan yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat.
Misalkan,
seperti seseorang mempunyai dorongan hati untuk membunuh manusia, maka
tidak ada salahnya jika orang tersebut menjadi seorang pejabat yang
mengatur ketertiban dalam pengadilan, karena dia bisa membunuh orang
tanpa melanggar hukum. Atau menjadi seorang dokter bedah, yang bisa
membedah tubuh manusia dengan sekehendak hati.
Dalam masyarakat sedang
populer dengan tayangan sepak bola atau gulat ala Amerika, kedua ini
adalah produk yang ditimbulkan karena efek membumbung. Karena mereka
boleh menghajar orang secara legal, bahkan masih bisa menjadi ternama,
sekali mendayung dua pulau terlewati.
Dulu
ketika saya mencari seorang kekasih, perempuan itu harus seperti ibu
saya yang memiliki sepasang kelopak mata indah, serta hidung mancung.
Menurut teori Freud, ini merupakan hasil dari perasaan rindu terhadap
ibu, mencari seorang pendamping hidup seperti mencari pengganti ibu.
Melarikan
diri dalam dunia ilusi juga semacam cara untuk memuaskan hasrat
keinginan. Seorang gadis mudah berkhayal datang seorang pahlawan yang
menolong gadis cantik. Orang yang dalam keseharian kurang berhasil, bisa
berkhayal dirinya sukses menjadi seorang terhormat, menjadi pusat
perhatian dari khalayak ramai.
Freud
beranggapan bahwa, hasrat keinginan manusia tidak boleh dikekang, kalau
tidak, akan sangat mudah sekali terjangkit penyakit mental. Selain itu,
jika kehidupan berhadapan dengan kegagalan, maka acapkali perasaan
negatif akan datang. Banyak artikel yang mengatakan perasaan negatif itu
harus mendapatkan pelampiasan yang tepat, baru tidak sampai terkumpul
menjadi terlalu besar, begitu meledak tidak dapat dibereskan lagi.
Selain itu jika terkumpulnya perasaan negatif ini terlalu banyak, juga
bisa menyebabkan pengaruh serius terhadap kesehatan tubuh kita. Maka
itu, ada orang yang berpendapat, tidak ada salahnya jika kita tertawa
terbahak ketika merasa senang, menangis tersedu ketika merasa sedih.
Haruskah
hasrat manusia dipuaskan? Haruskah emosi perasaan itu dilampiaskan?
Para ahli psikolog telah melakukan banyak sekali percobaan. Kesimpulan
mereka: Jika membiarkan hasrat keinginan ini dipuaskan tanpa batas, maka
orang tersebut akan terjerumus semakin dalam, akhirnya dia tidak bisa
melepaskan diri.
Emosional jika tidak mendapat pengekangan yang sesuai,
dilampiaskan tanpa menghiraukan apapun, akhirnya juga akan tidak bisa
dibereskan. Oleh karenanya para psikolog beranggapan, tujuh perasaan
enam nafsu harus dikendalikan dengan tepat.
Seratus
besar konglomerat di dunia yang kita ketahui, harta kekayaan mereka
cukup untuk menghidupinya selama berabad-abad, tetapi kita jarang bisa
menemukan adanya konglomerat yang ketika masih hidup sudah berhenti
mencari uang, dan benar-benar menikmati kehidupan ini.
Sebenarnya
mencari keuntungan itu adalah suatu cara, membuat kita memiliki
perekonomian yang cukup, untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan
menyelesaikan misi kehidupan. Tetapi bagi para konglomerat ini, mencari
keuntungan diubah menjadi tujuan hidup satu-satunya, akhirnya makna dan
tujuan kehidupan ini menjadi kabur.
Karena
hasrat keinginan manusia tidak bisa dipenuhi, taktik yang paling sesuai adalah mengerti kepuasan dan selalu bergembira. Rumusan ringkasnya,
menggambarkan segala macam bentuk dari mengerti kepuasan dan selalu
bergembira dalam kehidupan ini.
Saya telah menyalin rumusan seperti di
bawah ini, pahamilah dengan baik mungkin kehidupan Anda akan mengalami
perubahan besar :
Uang
banyak, uang sedikit, cukup untuk makan sudah boleh.
Paras cantik, paras
buruk, asalkan enak dipandang sudah cukup.
Sudah tua atau masih muda,
asalkan sehat.
Kaya
atau miskin, keramah-tamahan paling baik.
Suami pulang larut malam,
asalkan kembali kerumah sudah boleh.
Istri mengomel, asalkan menjaga
keluarga sudah boleh.
Anak
dari kecil sudah harus dididik.
Baik Doktor maupun penjual sayuran,
setelah dewasa,
Asalkan dia alim dan patuh sudah cukup.
Rumah
besar atau kecil, asalkan bisa ditinggali.
Bermerek atau tidak, asalkan
bisa dipakai sudah boleh.
Dua roda atau empat roda, asalkan bisa
dikendarai sudah boleh.
Majikan
tidak baik, asalkan bisa sabar sudah cukup.
Segala kerisauan asalkan
bisa diuraikan sudah cukup.
Mempertahankan keterikatan, asalkan bisa
dilepaskan paling baik.
Seumur
hidup manusia, bisa selamat sudah cukup.
Bukan berduit pasti bisa baik.
Hati dan kelakuan kita baik,
nasib pasti bisa berubah jadi baik.
Siapa
yang benar dan siapa yang salah,
Tuhan yang mengetahui sudah cukup.
Mengasuh keberuntungan dan kecerdasan diri,
di kehidupan mendatang akan
menjadi lebih baik.
Segala hal dalam dunia, mengikuti nasib saja.
Banyak sekali permasalahan, dipandang hambar sudah boleh.
Singkat kata, mengerti kepuasan adalah terbaik.
Pelajaran
kedua dari kehidupan adalah tidak bisa menghindari kegagalan. Para ahli
psikolog membagi kegagalan ini menjadi tiga jenis :
Jenis pertama,
disebut dengan tidak cukup.
Ada orang pembawaan dari lahir
kecerdasannya di bawah rata-rata, yakni yang biasa kita sebut dengan
orang bodoh atau bloon. Ada orang yang dilahirkan dari keluarga miskin,
seumur hidupnya kekurangan uang. Ada orang sejak lahir sudah tidak
memiliki tangan atau kaki, bahkan semua anggota tubuh tidak ada. Ada
orang yang lima inderanya tidak lengkap atau tidak cukup cantik. Ada
orang yang umurnya tidak cukup panjang, sudah mati muda. Ada orang yang
bernasib kurang, seumur hidup patah semangat. Sesempurna apapun
kehidupan ini, pasti tak luput dari kekurangan.
Jenis kedua,
disebut kehilangan.
Ada orang yang berkata, manusia sejak dilahirkan
sudah mulai mendapatkan, contoh seperti seorang anak kecil
berangsur-angsur akan mendapatkan kemampuan mengatur kehidupannya
sendiri, selanjutnya dia akan memperoleh berbagai macam ilmu
pengetahuan, kekayaan, pasangan hidup, anak, teman bahkan mendapatkan
penggemar yang tidak bisa terhitung banyaknya.
Setelah
melewati usia tengah baya dia mulai kehilangan, kehilangan kekayaan,
kesehatan. Teman-teman lama layu dan berguguran, mungkin juga
ditinggalkan oleh pendamping hidup. Usia kian bertambah, kecantikan juga
mulai pudar, kemampuan yang didapatkan semasa muda juga kian hilang,
akhirnya sampai kepandaian semuanya hilang, menjadi orang yang
ling-lung, tua, menyendiri, lumpuh dan sakit-sakitan, sepertinya tidak
ada siapapun yang bisa menghindar.
Jenis ketiga,
disebut kegagalan.
Ketika kita mengejar suatu benda, tidak mendapatkan
hasil seperti apa yang diperkirakan, maka itu yang disebut kegagalan.
Kegagalan seperti ini, lebih-lebih tidak bisa dihindari dalam kehidupan.
Ada sebuah pepatah, “Kehidupan itu sebenarnya adalah akumulasi dari
serentetan kegagalan, ditambah dengan satu kali keberhasilan.”
Setelah
ditelaah dengan saksama, merasa perkataan ini sangat masuk akal.
Lihatlah seorang anak kecil sudah terjatuh beberapa ratus bahkan ribuan
kali baru bisa berjalan. Berapa banyak nasi dan sayuran yang terjatuh di
lantai baru bisa memegang sendok dan sumpit.
Sebuah
terowongan di Gunung Xue Shan, Taiwan, digali selama sebelas tahun baru
berhasil, proses penggaliannya mengalami banyak sekali kesulitan. Semua
ahli bangunan dari luar negeri menggunakan teknologi tinggi, namun
semuanya gagal total, mereka pulang dengan kejengkelan, akhirnya proyek
yang mustahil bisa dilaksanakan ini diselesaikan oleh para insinyur
lulusan negeri Taiwan sendiri.
Kegagalan
yang diuraikan di atas, semuanya akan membuat manusia timbul perasaan
negatif yang sangat kuat seperti patah semangat, penyesalan, kemarahan,
ketakutan dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan negatif seperti ini
sebenarnya mesti dilampiaskan dengan sekehendak hati ataukah
dikendalikan dengan tepat? Cara
yang paling baik untuk mengendalikan perasaan negatif adalah bersabar. ( Huang Jin Yuan )
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar