|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 18 Oktober 2012

Pelajaran kehidupan

 

Pepatah mengatakan, “Kehidupan ini bagai lautan kesengsaraan.” Orang Tiongkok membuat aksara sangat menarik, aksara Ren (忍), di atas aksara hati (Xin, 心) ada aksara sebilah pisau (Dao, 刀), bersabar sama saja dengan mengalami penderitaan. 

Menurut penjelasan dari aliran Buddha, mengalami penderitaan bisa menghilangkan karma, jika karma sudah dihilangkan secara tuntas, maka kehidupan ini juga sudah mencapai kesempurnaan.
 
Menghadapi kehidupan ini dengan berjalan dengan sabar, menyelesaikan perjalanan dalam hidup ini, bukankah sama dengan telah menuaikan tugas dari Tuhan yang diserahkan kepada kita? 

Ketamakan manusia seperti seekor ular menelan gajah. Pepatah ini menjelaskan bahwa hasrat nafsu manusia selamanya tidak ada batas, sulit untuk merasa puas, seperti lautan keinginan yang sulit dipenuhi.  

Hal-hal yang tidak sesuai keinginan manusia, mencapai 80% - 90%. Artinya, beraneka ragam kegagalan dalam kehidupan tidak bisa dihindarkan. Kesimpulannya, bagaimana menghadapi dua hal, “lautan keinginan sulit dipenuhi, dan kegagalan tidak bisa dihindari”, merupakan pelajaran dasar dari kehidupan kita.

Seorang psikolog Freud, pernah menciptakan sebuah ungkapan ternama yakni “membumbung”. Menurut definisi dari Freud sendiri : Membumbung itu adalah menggunakan cara yang bisa diterima oleh masyarakat, untuk merealisasikan atau untuk mencapai suatu keinginan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat.

Misalkan, seperti seseorang mempunyai dorongan hati untuk membunuh manusia, maka tidak ada salahnya jika orang tersebut menjadi seorang pejabat yang mengatur ketertiban dalam pengadilan, karena dia bisa membunuh orang tanpa melanggar hukum. Atau menjadi seorang dokter bedah, yang bisa membedah tubuh manusia dengan sekehendak hati. 

Dalam masyarakat sedang populer dengan tayangan sepak bola atau gulat ala Amerika, kedua ini adalah produk yang ditimbulkan karena efek membumbung. Karena mereka boleh menghajar orang secara legal, bahkan masih bisa menjadi ternama, sekali mendayung dua pulau terlewati.

Dulu ketika saya mencari seorang kekasih, perempuan itu harus seperti ibu saya yang memiliki sepasang kelopak mata indah, serta hidung mancung. Menurut teori Freud, ini merupakan hasil dari perasaan rindu terhadap ibu, mencari seorang pendamping hidup seperti mencari pengganti ibu. 

Melarikan diri dalam dunia ilusi juga semacam cara untuk memuaskan hasrat keinginan. Seorang gadis mudah berkhayal datang seorang pahlawan yang menolong gadis cantik. Orang yang dalam keseharian kurang berhasil, bisa berkhayal dirinya sukses menjadi seorang terhormat, menjadi pusat perhatian dari khalayak ramai.

Freud beranggapan bahwa, hasrat keinginan manusia tidak boleh dikekang, kalau tidak, akan sangat mudah sekali terjangkit penyakit mental. Selain itu, jika kehidupan berhadapan dengan kegagalan, maka acapkali perasaan negatif akan datang. Banyak artikel yang mengatakan perasaan negatif itu harus mendapatkan pelampiasan yang tepat, baru tidak sampai terkumpul menjadi terlalu besar, begitu meledak tidak dapat dibereskan lagi. 

Selain itu jika terkumpulnya perasaan negatif ini terlalu banyak, juga bisa menyebabkan pengaruh serius terhadap kesehatan tubuh kita. Maka itu, ada orang yang berpendapat, tidak ada salahnya jika kita tertawa terbahak ketika merasa senang, menangis tersedu ketika merasa sedih.

Haruskah hasrat manusia dipuaskan? Haruskah emosi perasaan itu dilampiaskan? Para ahli psikolog telah melakukan banyak sekali percobaan. Kesimpulan mereka: Jika membiarkan hasrat keinginan ini dipuaskan tanpa batas, maka orang tersebut akan terjerumus semakin dalam, akhirnya dia tidak bisa melepaskan diri. 

Emosional jika tidak mendapat pengekangan yang sesuai, dilampiaskan tanpa menghiraukan apapun, akhirnya juga akan tidak bisa dibereskan. Oleh karenanya para psikolog beranggapan, tujuh perasaan enam nafsu harus dikendalikan dengan tepat.

Seratus besar konglomerat di dunia yang kita ketahui, harta kekayaan mereka cukup untuk menghidupinya selama berabad-abad, tetapi kita jarang bisa menemukan adanya konglomerat yang ketika masih hidup sudah berhenti mencari uang, dan benar-benar menikmati kehidupan ini.

Sebenarnya mencari keuntungan itu adalah suatu cara, membuat kita memiliki perekonomian yang cukup, untuk menjalankan kehidupan dengan baik dan menyelesaikan misi kehidupan. Tetapi bagi para konglomerat ini, mencari keuntungan diubah menjadi tujuan hidup satu-satunya, akhirnya makna dan tujuan kehidupan ini menjadi kabur.

Karena hasrat keinginan manusia tidak bisa dipenuhi, taktik yang paling sesuai adalah mengerti kepuasan dan selalu bergembira. Rumusan ringkasnya, menggambarkan segala macam bentuk dari mengerti kepuasan dan selalu bergembira dalam kehidupan ini. 

Saya telah menyalin rumusan seperti di bawah ini, pahamilah dengan baik mungkin kehidupan Anda akan mengalami perubahan besar :

     Uang banyak, uang sedikit, cukup untuk makan sudah boleh. 
    Paras cantik, paras buruk, asalkan enak dipandang sudah cukup. 
    Sudah tua atau masih muda, asalkan sehat. 


            Kaya atau miskin, keramah-tamahan paling baik. 
           Suami pulang larut malam, asalkan kembali kerumah sudah boleh. 
           Istri mengomel, asalkan menjaga keluarga sudah boleh.
 

               Anak dari kecil sudah harus dididik. 
               Baik Doktor maupun penjual sayuran, setelah dewasa, 
               Asalkan dia alim dan patuh sudah cukup.


                   Rumah besar atau kecil, asalkan bisa ditinggali. 
                   Bermerek atau tidak, asalkan bisa dipakai sudah boleh. 
                   Dua roda atau empat roda, asalkan bisa dikendarai sudah boleh. 


     Majikan tidak baik, asalkan bisa sabar sudah cukup. 
     Segala kerisauan asalkan bisa diuraikan sudah cukup. 
     Mempertahankan keterikatan, asalkan bisa dilepaskan paling baik.
     
           Seumur hidup manusia, bisa selamat sudah cukup. 
           Bukan berduit pasti bisa baik. 
           Hati dan kelakuan kita baik, 
           nasib pasti bisa berubah jadi baik.


                  Siapa yang benar dan siapa yang salah, 
                 Tuhan yang mengetahui sudah cukup. 
                 Mengasuh keberuntungan dan kecerdasan diri, 
                 di kehidupan mendatang akan menjadi lebih baik. 
                 Segala hal dalam dunia, mengikuti nasib saja. 


                        Banyak sekali permasalahan, dipandang hambar sudah boleh. 
                        Singkat kata, mengerti kepuasan adalah terbaik. 

Pelajaran kedua dari kehidupan adalah tidak bisa menghindari kegagalan. Para ahli psikolog membagi kegagalan ini menjadi tiga jenis

Jenis pertama, disebut dengan tidak cukup. 

Ada orang pembawaan dari lahir kecerdasannya di bawah rata-rata, yakni yang biasa kita sebut dengan orang bodoh atau bloon. Ada orang yang dilahirkan dari keluarga miskin, seumur hidupnya kekurangan uang. Ada orang sejak lahir sudah tidak memiliki tangan atau kaki, bahkan semua anggota tubuh tidak ada. Ada orang yang lima inderanya tidak lengkap atau tidak cukup cantik. Ada orang yang umurnya tidak cukup panjang, sudah mati muda. Ada orang yang bernasib kurang, seumur hidup patah semangat. Sesempurna apapun kehidupan ini, pasti tak luput dari kekurangan.

Jenis kedua, disebut kehilangan. 

Ada orang yang berkata, manusia sejak dilahirkan sudah mulai mendapatkan, contoh seperti seorang anak kecil berangsur-angsur akan mendapatkan kemampuan mengatur kehidupannya sendiri, selanjutnya dia akan memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan, kekayaan, pasangan hidup, anak, teman bahkan mendapatkan penggemar yang tidak bisa terhitung banyaknya. 

Setelah melewati usia tengah baya dia mulai kehilangan, kehilangan kekayaan, kesehatan. Teman-teman lama layu dan berguguran, mungkin juga ditinggalkan oleh pendamping hidup. Usia kian bertambah, kecantikan juga mulai pudar, kemampuan yang didapatkan semasa muda juga kian hilang, akhirnya sampai kepandaian semuanya hilang, menjadi orang yang ling-lung, tua, menyendiri, lumpuh dan sakit-sakitan, sepertinya tidak ada siapapun yang bisa menghindar.

Jenis ketiga, disebut kegagalan. 

Ketika kita mengejar suatu benda, tidak mendapatkan hasil seperti apa yang diperkirakan, maka itu yang disebut kegagalan. Kegagalan seperti ini, lebih-lebih tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Ada sebuah pepatah, “Kehidupan itu sebenarnya adalah akumulasi dari serentetan kegagalan, ditambah dengan satu kali keberhasilan.” 

Setelah ditelaah dengan saksama, merasa perkataan ini sangat masuk akal. Lihatlah seorang anak kecil sudah terjatuh beberapa ratus bahkan ribuan kali baru bisa berjalan. Berapa banyak nasi dan sayuran yang terjatuh di lantai baru bisa memegang sendok dan sumpit.

Sebuah terowongan di Gunung Xue Shan, Taiwan, digali selama sebelas tahun baru berhasil, proses penggaliannya mengalami banyak sekali kesulitan. Semua ahli bangunan dari luar negeri menggunakan teknologi tinggi, namun semuanya gagal total, mereka pulang dengan kejengkelan, akhirnya proyek yang mustahil bisa dilaksanakan ini diselesaikan oleh para insinyur lulusan negeri Taiwan sendiri.

Kegagalan yang diuraikan di atas, semuanya akan membuat manusia timbul perasaan negatif yang sangat kuat seperti patah semangat, penyesalan, kemarahan, ketakutan dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan negatif seperti ini sebenarnya mesti dilampiaskan dengan sekehendak hati ataukah dikendalikan dengan tepat? Cara yang paling baik untuk mengendalikan perasaan negatif adalah bersabar. ( Huang Jin Yuan )




Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar