Dalam menjalani kehidupan ini, banyak cobaan yang menyakitkan
dalam peningkatan watak dan moral kita. Yang terkadang akan sangat membuat kita menderita,
tersiksa, kesakitan baik lahir maupun batin yang tidak akan dilupakan
seumur hidup.
Kita akan selalu menyalahkan hambatan yang membuat kehidupan kita jauh lebih sulit lagi.
Namun setelah semua hal itu berlalu, kita memalingkan kepala melihat kembali kehidupan yang telah kita lalui. Jika dalam perjalanan tersebut tidak ada batu sandungan, maka hidup kita akan hambar dan tidak akan memiliki pengalaman hidup yang kaya, sudah tentu tidak akan memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi untuk mengatasi kesulitan di masa yang akan datang.
Ada sepotong besi, yang pada mulanya hidup dengan tenang dan tenteram. Namun pada suatu hari majikannya tiba-tiba melemparkannya ke dalam tungku api. Dia sangat menderita dalam kepanasan, lalu dia memohon kepada bara api, “Bara api yang baik, dapatkah engkau menurunkan sedikit suhu panasnya?” Bara api tidak tahan melihat penderitaan besi dan permohonannya, akhirnya dia menurunkan sedikit suhu panasnya.
Kita akan selalu menyalahkan hambatan yang membuat kehidupan kita jauh lebih sulit lagi.
Namun setelah semua hal itu berlalu, kita memalingkan kepala melihat kembali kehidupan yang telah kita lalui. Jika dalam perjalanan tersebut tidak ada batu sandungan, maka hidup kita akan hambar dan tidak akan memiliki pengalaman hidup yang kaya, sudah tentu tidak akan memiliki kebijaksanaan yang lebih tinggi untuk mengatasi kesulitan di masa yang akan datang.
Ada sepotong besi, yang pada mulanya hidup dengan tenang dan tenteram. Namun pada suatu hari majikannya tiba-tiba melemparkannya ke dalam tungku api. Dia sangat menderita dalam kepanasan, lalu dia memohon kepada bara api, “Bara api yang baik, dapatkah engkau menurunkan sedikit suhu panasnya?” Bara api tidak tahan melihat penderitaan besi dan permohonannya, akhirnya dia menurunkan sedikit suhu panasnya.
Tidak lama kemudian, besi ini diangkat dari tungku api dan ditaruh
diatas plat baja.Lalu palu dengan keras memukul kearah besi panas. Besi
panas tidak tahan lagi, dia memohon sekali lagi kepada palu,
“Dapatkah engkau memukul dengan agak perlahan dan lambat sehingga penderitaan saya agak berkurang, pukulanmu menyakiti saya!”
Palu juga tidak tahan melihat besi yang terus menerus memohon, akhirnya
menuruti permintaannya. khirnya besi tersebut setelah berkali-kali
dimasukkan ke tungku api dan ditempa oleh palu dapat keluar dari pabrik.
Namun tak lama kemudian, dengan sekujur tubuh penuh dengan karat dia
dikembalikan ke pabrik. Ketika sekali lagi dia sampai di pabrik melihat
api di tungku, dengan menyesal dia berkata, “Sekarang saya baru
mengerti, kesulitan dalam proses kehidupan ini, tidak dapat dihindari,
kehidupan terus berlanjut, dan akhirnya setelah masanya habis akan
lenyap."
Coba kita pikirkan dari titik lain, yang disebut kesulitan, kesakitan hanyalah suatu batu loncatan yang akan meningkatkan watak dan moral kita. Meskipun prosesnya sulit, tetapi hal itu dapat memoles terang kepribadian kita dan meningkatkan kemampuan yang tersimpan di dalam jiwa kita.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar