Mencintai orang atau dicintai, manakah yang lebih memiliki harga diri?
Menurutku adalah mencintai orang. Jika orang yang anda cintai ada
setitik menyukai anda, atau orang yang mencintai anda, anda juga ada
setetes menyukainya, maka harus berterimakasih kepadaTuhan.
Namun jika orang yang anda cintai, tidak ada tanggapan lebih lanjut, atau anda sedikitpun tidak menyukai orang yang mencintai anda (maksud disini tidak sampai hingga pada tahap rasa benci ). Jika demikian halnya, maka sedikit berinisiatif terhadap orang yang anda cintai, di bandingkan dengan menerima cinta orang yang mencintai anda lebih memiliki harga diri.
Namun jika orang yang anda cintai, tidak ada tanggapan lebih lanjut, atau anda sedikitpun tidak menyukai orang yang mencintai anda (maksud disini tidak sampai hingga pada tahap rasa benci ). Jika demikian halnya, maka sedikit berinisiatif terhadap orang yang anda cintai, di bandingkan dengan menerima cinta orang yang mencintai anda lebih memiliki harga diri.
Terhadap orang
yang kita cintai sendiri, setiap kata setiap sikap, maupun setiap
gerak-gerik atau tindakannya (baik laki-laki maupun perempuan), maka
terhadapmu pasti memiliki makna yang tidak seperti biasanya. Sepatah
ucapannya, sebuah ekspresi pada matanya pasti akan membuatmu untuk
menebaknya, membuat anda menjadi bergairah. Sebenarnya anda menginginkan
agar setiap hari bertemu dengannya, mendengarkan suaranya setiap hari.
Namun
anda telah menjajakinya beberapa kali, dan mengetahui bahwa pihak kedua
tidak ada sambutan yang antusias, kemudian menghentikan langkah kaki,
agar jangan sampai ada orang mengatakan tidak memiliki harga diri. Harga
diri adalah alasan bagi orang yang tidak bernyali.
Di
karenakan dia tidak berani mencari cinta sejati, lantas mengatakan
bahwa di dunia ini banyak sekali gadis-gadis (laki-laki), mengapa aku
harus menunggumu, aku masih harus menjaga harga diriku, jika tidak
demikian, maka cintanya masih belum cukup mendalam, atau dia adalah
orang yang rendah diri.
Coba perhatikan saja hari
ini berapa orang yang mengatakan secara berulang-kali bahwa : Tidak
peduli akankah kekal abadi selamanya, yang penting pernah memiliki
begitu mantap dan gagahnya !
Sebetulnya adalah
karena tidak percaya diri terhadap cinta, diri sendiri tidak memiliki
tekad pengorbanan, dan juga tidak percaya terhadap pihak kedua.
Ada
lagi orang yang menjadikan samen leven sebagai kebanggaan, suatu budaya
lelucon, bukankah seks? Menjadikan diri sendiri bagaikan hewan, malah
masih mengancam kepada kekasihnya dengan mengatakan bahwa jika memang
mencintaiku, maka berikanlah (kegadisanmu) kepadaku, beranikah? Maka
tidak perlu mengatakan kata yang muluk-muluklah, jika dia bukan ingin
menyia-nyiakan dengan makan gratis, pasti orang yang tidak bernyali.
Pokok
pembicaraan telah menjurus jauh, intinya, orang yang benar-benar gagah
berani adalah tidak membohongi diri sendiri, tidak mengingkari hutang,
dan tidak demi untuk menghindari penderitaan dikarenakan tidak dicintai
lalu menerima curahan perhatian yang telah ada dari orang yang
mencintaimu.Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar