Kejujuran adalah bias dari pikiran yang murni, tidak hanya dapat
menerangi diri sendiri, juga dapat menghangatkan orang lain. Seseorang
yang memiliki kejujuran, juga memiliki seluruh emas dalam kehidupannya.
Pada suatu hari Alexander Agung sedang berjalan-jalan di taman, di
paviliun samping sungai dia melihat seorang prajurit sedang tertidur
nyenyak bersandar di pilar, di pipinya terlihat bekas airmata.
Alexander Agung merasa agak aneh, ketika dia ingin berteriak
membangunkan prajurit malas tersebut, tetapi setelah berpikir sebentar
dia membatalkan niatnya, karena dia melihat sepucuk surat yang terjatuh
dari saku prajurit ini. Didorong oleh rasa ingin tahu, Alexander Agung memungut surat tersebut.
Surat ini berasal dari ibu prajurit tersebut, didalam surat ditulis
uang yang dititipkan beberapa waktu yang lalu sudah diterima, cukup
membeli obat untuk dimakan beberapa waktu, berpesan kepada anaknya
jangan mengkhawatirkan penyakit ibunya…..
Setelah membaca surat tersebut Alexander Agung dapat merasakan
keagungan ibu tersebut, hatinya bagaikan dialiri oleh perasaan hangat.
Lalu dia mengeluarkan sekantong koin emas, beserta dengan surat
tersebut dimasukkan kembali ke saku baju prajurit tersebut, berbalik dan
kembali ke istana.
Segera setelah prajurit ini terbangun, tergesa-gesa dia meraba ke
kantong sakunya mencari surat dari ibunya, secara tak terduga dia
menemukan di kantong sakunya ada sekantong koin emas, kantong yang
berisi emas ini ada sulaman emas tertulis nama Alexander Agung, prajurit
ini tiba-tiba sekujur badannya mengeluarkan keringat dingin, hatinya
merasa sangat ketakutan, dia berpikir pasti ada orang yang ingin
mencelakakannya, dalam rangka mengklarifikasi diri sendiri, dia
tergesa-gesa pergi ke istana menghadap raja Alexander Agung.
Alexander Agung setelah mendengar prajurit ini ingin bertemu dengannya,
segera keluar dan berkata, “Prajurit, engkau ada masalah apa ingin
bertemu dengan diriku?”
“Paduka terhormat, hamba tadi tidak mematuhi peraturan sewaktu bertugas
tertidur sebentar, setelah bangun menemukan di kantong saku hamba ada
sekantong koin emas, pasti ada orang yang ingin memfitnah saya mencuri
emas paduka, paduka tolong selidiki hal yang sebenarnya terjadi, hamba
tidak mencuri.” Setelah selesai berbicara prajurit ini membawa kantong
koin emasnya diserahkan kepada Alexander Agung.
Setelah mendengar perkataan prajurit ini, Alexander Agung tersenyum
ramah sambil berkata, “Kelihatannya engkau orang yang jujur, sekantong
koin emas ini adalah hasil dari kejujuran anda, sekarang engkau dapat
membawanya pulang ke rumah, untuk biaya perawatan dan pengobatan ibumu,
sampaikan salam saya untuk ibumu.”
Tidak ada komentar:
Write komentar