Konon
ada seorang peramal Fengshui, berpendapat tidak seharusnya “Fengshui”
berada di urutan ketiga, seharusnya ia berada di urutan kedua, jadi
berada di depan “nasib”….
Nomor 1. Kebajikan;
Nomor 2. Nasib;
Nomor 3. Fengshui;
Nomor 4. Akumulasi pahala yang sudah tercatat di akhirat;
Nomor 5. Belajar (menuntut ilmu).
Ini rangkuman intisari dari orang dahulu kala terhadap penyebab dari nasib mujur atau nasib malang dalam kehidupan manusia.
Artinya, kebajikan adalah akar dari seorang manusia, ia menentukan nasib miskin atau kaya dari seseorang, sedangkan ilmu Yin Yang untuk melihat Fengshui, hanya bisa mengubah hal-hal kecil dalam kehidupan. Jika ingin mendapatkan imbalan keberuntungan dalam kehidupan masa sekarang dan yang akan datang, harus mengumpulkan kebajikan.
Mengapa belajar (menuntut ilmu) berada pada urutan yang paling belakang? Karena jika seseorang yang meskipun sudah membaca banyak sekali kitab suci, bisa menulis banyak artikel bagus, jika tidak mengakumulasikan kebajikan, maka kehidupan orang tersebut tetap miskin (jiwa) hingga tua.
Menurut kabar, ada seorang peramal Fengshui yang berpendapat, Fengshui seharusnya berada pada urutan kedua berada di depan “nasib”. Menurutnya, rumah tinggal atau makam yang bagus, bisa mengubah nasib seseorang. Jadi “nasib” itu tidak seharusnya suatu ketetapan yang sudah mati atau tidak bisa berubah lagi. Seharusnya nasib itu “hidup”, jika tidak, maka “melihat Fengshui” akan kehilangan efektivitasnya. Hanya saja suatu peristiwa yang terjadi kemudian telah mengubah total pemahamannya tentang urutan Fengshui.
Suatu hari, ketika bepergian jauh dan berjalan hingga letih dan haus, ia ingin mencari rumah penduduk untuk beristirahat serta minum barang seteguk air. Ia mengangkat kepala menerawang, dan melihat sebuah halaman kecil rumah petani yang berada di depan gunung, maka bergegaslah ia berjalan menuju rumah itu.
Nyonya rumah melihatnya bernapas terengah-engah dengan wajah penuh keringat dan sangat kehausan. Dia berkata: “Anda tunggu di sini, saya segera ambilkan air minum dari dalam rumah.” Dia pun langsung masuk ke dalam rumah.
Peramal Fengshui tersebut sambil mengusap peluh sambil menantikan air dari nyonya rumah. Tetapi tunggu punya tunggu, nyonya rumah tidak kunjung muncul, dalam hati si peramal merasa sangat heran. Ketika sedang termangu, nyonya rumah membawa secawan besar air dingin datang menghampiri. Dengan tak sabar ia menerima cawan itu, baru saja hendak diminum, si nyonya rumah tiba-tiba berkata: “Tunggu.” Selesai bicara, dia buru-buru lari ke dalam rumah. Ketika keluar lagi, terlihat tangannya sedang menggenggam dedak (bekatul) yang lalu dia taburkan ke dalam cawan dan sambil tersenyum dia berkata: “Silahkan diminum.”
Si peramal Fengshui tercengang, ia sangat jengkel dan berpikir dalam hati, “Wanita ini begitu pelit, minum secawan airnya saja, masih tega mempermainkanku.” Tetapi ia tidak mengatakan apa-apa, hanya perlahan-lahan meniup dedak yang mengambang sambil menempelkan bibir ke bagian cawan yang tidak ada dedaknya, perlahan-lahan meminum air dalam cawan, bersamaan itu si peramal berpikir dalam hati: sebaiknya pakai cara apa ya untuk memberi pelajaran terhadap wanita kikir tersebut.
Setelah si peramal menghabiskan minumannya dan hendak meninggalkan tempat itu, ia tiba-tiba menemukan, di tempat tidak jauh dari rumah itu, topografinya sangat istimewa. Diamati secara saksama, ternyata tanah itu adalah tanah yang buruk. Maka berkatalah si peramal itu: “Bu, saya tidak mau minum air Anda secara gratis, saya seorang peramal Fengshui. Saya menemukan, di sebelah timur rumah Anda adalah sebidang tanah bagus yang jarang ada, apabila membangun rumah di sana, dijamin dalam tempo 1 - 2 tahun pasti bisa mendapatkan keberuntungan besar (sebenarnya malah kemalangan besar).”
Setelah itu memberikan beberapa saran detail tentang rumah baru nanti sesuai ilmu Fengshui-nya. Nyonya rumah itu tidak tahu maksud sebenarnya dari si peramal, dia bahkan merasa bersyukur dan berkata: “Terima kasih, terima kasih, kebetulan saya juga ingin membangun rumah, kalau begitu saya bangun disana saja!”
10 tahun kemudian, dalam suatu kesempatan, sang peramal melewati lagi rumah si nyonya itu dan dalam hati si peramal masih teringat peristiwa masa lampau serta ingin menyaksikan apa yang terjadi. Terkejut bercampur heran si peramal menemukan, di rumah wanita itu ada banyak sekali ternak ayam dan itik dan di dalam kandangnya dipenuhi dengan kambing dan sapi, nampaknya keadaan ekonomi keluarga itu sangat makmur.
Hal tersebut membuat si peramal kebingungan, “Apakah saya telah salah lihat?” Akan tetapi, setelah ia teliti dan cermati, empat sudut pondasi rumah beserta arah bukaan pintu masuknya, tidak ada yang berbeda dari yang ia sarankan!”
Nyonya rumah melihat kedatangan peramal Fengsui, dengan sangat bersyukur dia berkata: “Terima kasih kepada Bapak yang budiman telah menyarankan rumah begitu bagus bagi keluarga kami. Hari dan tahun berlalu, keadaan keluarga kami semakin baik saja.”
Wajah peramal tersebut dipenuhi dengan tanda tanya? Ia pun berkata blakblakan kepada si wanita itu: “Bu, terus terang ketika saya sarankan sebidang tanah itu bukan tanah baik yang bisa membuat penghuni menjadi kaya raya, melainkan tanah buruk yang bisa membawa malapetaka. Namun saya tidak mengerti, mengapa hidup Anda malah semakin baik?”
Wanita itu terkejut sekali: “Mengapa Anda ingin mencelakai saya?”
“Kala itu, saya minta secawan air kepada Anda, namun Anda tidak rela bersedekah, setelah masuk rumah, berlambat-lambat lama sekali baru ke luar rumah. Ketika hendak minum, Anda menaburkan dedak ke dalam cawan untuk melecehkan saya, mengapa Anda berbuat demikian?”
“Oh! Saya tidak bermaksud demikian!” Buru-buru si nyonya rumah memberi penjelasan. “Ketika itu, saya melihat Anda terburu-buru, wajah Anda penuh keringat, jika dengan segera minum air dingin, pasti akan membuat hawa dingin menyerang jantung Anda, paru-paru Anda bisa pecah dan tewas. Andaikan tidak mati, bisa jadi akan sakit keras. Saya masuk ke dalam rumah sengaja mengulur waktu agar Anda bisa beristirahat. Ketika saya melihat Anda hendak langsung meminum air dingin dalam cawan dengan cepat, saya khawatir akan kesehatan Anda, maka dari itu saya mengambil dedak dan memasukkannya ke dalam cawan Anda, agar Anda bisa meniup dahulu dan meminumnya dengan perlahan. Dengan begitu, Anda bisa memperoleh waktu, menghilangkan keringat, meredakan napas dan tidak membahayakan jiwa!”
Penjelasan nyonya rumah sangat mengejutkan si peramal. Kebajikan besar dari nyonya rumah dan kepicikan hati sang peramal, jika diperbandingkan sungguh berbeda bagai langit dan bumi!
Manusia yang memiliki perilaku dan taraf seperti ini, membangun rumah dimana pun akan mendapatkan perlindungan dan berkah keberuntungan dari sang Pencipta. Orang seperti ini berbekal kebajikan yang sangat besar, apapun tidak akan bisa memojokkan dia, apalagi seorang peramal Fengshui yang berpikiran cupat, mana bisa mengubah nasib orang yang memiliki kebajikan besar?
Setelah kejadian itu, sang peramal menjadi sangat yakin dengan perkataan, “Nomor satu, Kebajikan; Nomor dua, Nasib; Nomor tiga, Fengshui; Nomor empat, Akumulasi pahala yang sudah tercatat di akhirat; Nomor lima, Belajar (menuntut ilmu)”. (The Epoch Times)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Nomor 1. Kebajikan;
Nomor 2. Nasib;
Nomor 3. Fengshui;
Nomor 4. Akumulasi pahala yang sudah tercatat di akhirat;
Nomor 5. Belajar (menuntut ilmu).
Ini rangkuman intisari dari orang dahulu kala terhadap penyebab dari nasib mujur atau nasib malang dalam kehidupan manusia.
Artinya, kebajikan adalah akar dari seorang manusia, ia menentukan nasib miskin atau kaya dari seseorang, sedangkan ilmu Yin Yang untuk melihat Fengshui, hanya bisa mengubah hal-hal kecil dalam kehidupan. Jika ingin mendapatkan imbalan keberuntungan dalam kehidupan masa sekarang dan yang akan datang, harus mengumpulkan kebajikan.
Mengapa belajar (menuntut ilmu) berada pada urutan yang paling belakang? Karena jika seseorang yang meskipun sudah membaca banyak sekali kitab suci, bisa menulis banyak artikel bagus, jika tidak mengakumulasikan kebajikan, maka kehidupan orang tersebut tetap miskin (jiwa) hingga tua.
Menurut kabar, ada seorang peramal Fengshui yang berpendapat, Fengshui seharusnya berada pada urutan kedua berada di depan “nasib”. Menurutnya, rumah tinggal atau makam yang bagus, bisa mengubah nasib seseorang. Jadi “nasib” itu tidak seharusnya suatu ketetapan yang sudah mati atau tidak bisa berubah lagi. Seharusnya nasib itu “hidup”, jika tidak, maka “melihat Fengshui” akan kehilangan efektivitasnya. Hanya saja suatu peristiwa yang terjadi kemudian telah mengubah total pemahamannya tentang urutan Fengshui.
Suatu hari, ketika bepergian jauh dan berjalan hingga letih dan haus, ia ingin mencari rumah penduduk untuk beristirahat serta minum barang seteguk air. Ia mengangkat kepala menerawang, dan melihat sebuah halaman kecil rumah petani yang berada di depan gunung, maka bergegaslah ia berjalan menuju rumah itu.
Nyonya rumah melihatnya bernapas terengah-engah dengan wajah penuh keringat dan sangat kehausan. Dia berkata: “Anda tunggu di sini, saya segera ambilkan air minum dari dalam rumah.” Dia pun langsung masuk ke dalam rumah.
Peramal Fengshui tersebut sambil mengusap peluh sambil menantikan air dari nyonya rumah. Tetapi tunggu punya tunggu, nyonya rumah tidak kunjung muncul, dalam hati si peramal merasa sangat heran. Ketika sedang termangu, nyonya rumah membawa secawan besar air dingin datang menghampiri. Dengan tak sabar ia menerima cawan itu, baru saja hendak diminum, si nyonya rumah tiba-tiba berkata: “Tunggu.” Selesai bicara, dia buru-buru lari ke dalam rumah. Ketika keluar lagi, terlihat tangannya sedang menggenggam dedak (bekatul) yang lalu dia taburkan ke dalam cawan dan sambil tersenyum dia berkata: “Silahkan diminum.”
Si peramal Fengshui tercengang, ia sangat jengkel dan berpikir dalam hati, “Wanita ini begitu pelit, minum secawan airnya saja, masih tega mempermainkanku.” Tetapi ia tidak mengatakan apa-apa, hanya perlahan-lahan meniup dedak yang mengambang sambil menempelkan bibir ke bagian cawan yang tidak ada dedaknya, perlahan-lahan meminum air dalam cawan, bersamaan itu si peramal berpikir dalam hati: sebaiknya pakai cara apa ya untuk memberi pelajaran terhadap wanita kikir tersebut.
Setelah si peramal menghabiskan minumannya dan hendak meninggalkan tempat itu, ia tiba-tiba menemukan, di tempat tidak jauh dari rumah itu, topografinya sangat istimewa. Diamati secara saksama, ternyata tanah itu adalah tanah yang buruk. Maka berkatalah si peramal itu: “Bu, saya tidak mau minum air Anda secara gratis, saya seorang peramal Fengshui. Saya menemukan, di sebelah timur rumah Anda adalah sebidang tanah bagus yang jarang ada, apabila membangun rumah di sana, dijamin dalam tempo 1 - 2 tahun pasti bisa mendapatkan keberuntungan besar (sebenarnya malah kemalangan besar).”
Setelah itu memberikan beberapa saran detail tentang rumah baru nanti sesuai ilmu Fengshui-nya. Nyonya rumah itu tidak tahu maksud sebenarnya dari si peramal, dia bahkan merasa bersyukur dan berkata: “Terima kasih, terima kasih, kebetulan saya juga ingin membangun rumah, kalau begitu saya bangun disana saja!”
10 tahun kemudian, dalam suatu kesempatan, sang peramal melewati lagi rumah si nyonya itu dan dalam hati si peramal masih teringat peristiwa masa lampau serta ingin menyaksikan apa yang terjadi. Terkejut bercampur heran si peramal menemukan, di rumah wanita itu ada banyak sekali ternak ayam dan itik dan di dalam kandangnya dipenuhi dengan kambing dan sapi, nampaknya keadaan ekonomi keluarga itu sangat makmur.
Hal tersebut membuat si peramal kebingungan, “Apakah saya telah salah lihat?” Akan tetapi, setelah ia teliti dan cermati, empat sudut pondasi rumah beserta arah bukaan pintu masuknya, tidak ada yang berbeda dari yang ia sarankan!”
Nyonya rumah melihat kedatangan peramal Fengsui, dengan sangat bersyukur dia berkata: “Terima kasih kepada Bapak yang budiman telah menyarankan rumah begitu bagus bagi keluarga kami. Hari dan tahun berlalu, keadaan keluarga kami semakin baik saja.”
Wajah peramal tersebut dipenuhi dengan tanda tanya? Ia pun berkata blakblakan kepada si wanita itu: “Bu, terus terang ketika saya sarankan sebidang tanah itu bukan tanah baik yang bisa membuat penghuni menjadi kaya raya, melainkan tanah buruk yang bisa membawa malapetaka. Namun saya tidak mengerti, mengapa hidup Anda malah semakin baik?”
Wanita itu terkejut sekali: “Mengapa Anda ingin mencelakai saya?”
“Kala itu, saya minta secawan air kepada Anda, namun Anda tidak rela bersedekah, setelah masuk rumah, berlambat-lambat lama sekali baru ke luar rumah. Ketika hendak minum, Anda menaburkan dedak ke dalam cawan untuk melecehkan saya, mengapa Anda berbuat demikian?”
“Oh! Saya tidak bermaksud demikian!” Buru-buru si nyonya rumah memberi penjelasan. “Ketika itu, saya melihat Anda terburu-buru, wajah Anda penuh keringat, jika dengan segera minum air dingin, pasti akan membuat hawa dingin menyerang jantung Anda, paru-paru Anda bisa pecah dan tewas. Andaikan tidak mati, bisa jadi akan sakit keras. Saya masuk ke dalam rumah sengaja mengulur waktu agar Anda bisa beristirahat. Ketika saya melihat Anda hendak langsung meminum air dingin dalam cawan dengan cepat, saya khawatir akan kesehatan Anda, maka dari itu saya mengambil dedak dan memasukkannya ke dalam cawan Anda, agar Anda bisa meniup dahulu dan meminumnya dengan perlahan. Dengan begitu, Anda bisa memperoleh waktu, menghilangkan keringat, meredakan napas dan tidak membahayakan jiwa!”
Penjelasan nyonya rumah sangat mengejutkan si peramal. Kebajikan besar dari nyonya rumah dan kepicikan hati sang peramal, jika diperbandingkan sungguh berbeda bagai langit dan bumi!
Manusia yang memiliki perilaku dan taraf seperti ini, membangun rumah dimana pun akan mendapatkan perlindungan dan berkah keberuntungan dari sang Pencipta. Orang seperti ini berbekal kebajikan yang sangat besar, apapun tidak akan bisa memojokkan dia, apalagi seorang peramal Fengshui yang berpikiran cupat, mana bisa mengubah nasib orang yang memiliki kebajikan besar?
Setelah kejadian itu, sang peramal menjadi sangat yakin dengan perkataan, “Nomor satu, Kebajikan; Nomor dua, Nasib; Nomor tiga, Fengshui; Nomor empat, Akumulasi pahala yang sudah tercatat di akhirat; Nomor lima, Belajar (menuntut ilmu)”. (The Epoch Times)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar