Air yang asalnya bersih murni, tetapi jika tercampuri oleh berbagai
materi yang berbeda, bukankah akan berubah menjadi air yang keruh dan kotor.
Kalau begitu bagaimana dengan hati kita? Apakah juga sama dengan air mudah tercemari?
Hati seorang anak kecil baik dan bersih murni, juga sama seperti air yang bersih murni. Tetapi dalam proses pertumbuhan seorang anak kecil, mereka juga bisa tercemari oleh berbagai pencemaran yang berbeda. Sumber dari pencemaran ini kemungkinan berasal dari keluarga, masyarakat, sekolah dan teman.
Kalau begitu sebagai orang tua murid dan guru, bukankah kita juga harus menelaah diri kita sendiri, apakah tanpa kita sadari telah berperan sebagai “sumber pencemaran”? Ataukah kita harus mewaspadai terhadap “sumber-sumber pencemaran” yang lain?
Sekarang banyak orang mempunyai semacam perasaan, belakangan ini moral masyarakat sedang merosot dengan cepat. Di dalam kolam pencelup ini, manusia sangat mudah sekali terombang-ambing oleh arus, di bidang pendidikan juga begitu keadaannya.
Seperti orang kuno dalam mendidik anak-anak, mereka sangat mementingkan toleransi, bermurah hati dan mau mengalah. Kini, banyak sekali orang tua mendidik anak mereka seperti jangan mau dirugikan, siapa yang memukulmu, maka harus balas memukul.
Orang zaman dulu dalam mendidik anak mereka selalu menekankan anak-anaknya untuk tidak memungut barang orang yang tertinggal di jalan, tetapi ada sebagian orang tua sekarang memberitahu anak mereka jika diberi keuntungan, tidak diambil namanya orang bodoh.
Orang kuno dalam mendidik anak mereka selalu mementingkan De (kebajikan) dan melakukan kebaikan, tapi orang tua sekarang memberitahu anak mereka nilai ujian yang bagus lebih baik dari segalanya. Diperbandingkan seperti ini, Anda mungkin bisa melihat, kita secara tidak sadar telah mencemari watak hakiki anak yang baik dan murni.
Sebagai contoh saya sendiri, juga pernah sangat bimbang. Berperan sebagai seorang guru dan ibu, saya harus bagaimana mendidik murid dan anak saya dengan baik. Banyak hal sepertinya rumit tanpa ujung, tidak tahu harus dimulai dari mana, masalah pelajaran anak di sekolah, masalah pergaulan anak, bagaimana memupuk kegemaran dan hobi anak, membentuk kemampuan mandiri anak, mana yang lebih penting IQ dan EQ seorang anak. Dalam masalah mendidik anak, apa yang paling dipentingkan? Saya memikirkan hal-hal tersebut secara mendalam.
Misalkan seperti seorang anak walaupun sebagus apa hasil nilai pelajarannya, jika dia tidak mempunyai sebuah hati yang baik dan perangai yang jujur, maka di kemudian hari dia juga sangat sulit bekerjasama dengan orang lain, walaupun pelajaran sekolahnya sangat bagus juga percuma.
Atau jika anak tersebut tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, tidak berhati-hati dalam pergaulan, salah jalan di kemudian hari, bukankah usaha orangtuanya selama ini akan menjadi sia-sia.
Pandangan moral yang bagus itu termasuk, lurus, baik, jujur, bertoleran, memikirkan orang lain, sabar dan lain-lain. Watak dan moral yang berkilau bagai emas ini akan membuat Anda bersama anak Anda jauh dari segala sumber pencemaran, bagai bunga teratai dalam kolam yang keluar dari lumpur dan tidak tercemari.
Sebenarnya pendidikan keluarga Tiongkok kuno dari awal hingga akhir menjadikan etika moral sebagai arah didik dengan nilai yang paling tinggi. Menjadi orang tua, kami selalu ingin mewariskan benda yang terbaik untuk anak-anak kita.
Sebenarnya, walau diberikan kepada mereka seberapa banyak harta benda, semua itu hanyalah materi di luar tubuh kita, juga tidak peduli diajarkan berapa banyak teknik kemampuan juga merupakan air tanpa sumber.
Hanya dengan membantu anak-anak mendirikan pandangan moral yang baik, barulah berjangka panjang dan lama. Karena moralitas itu adalah benda yang paling bagus dan indah, benda yang paling awal menjadi seorang manusia, juga merupakan sumber dari segala kebahagiaan. Lebih-lebih dia merupakan harta kekayaan paling dapat diandalkan yang diwariskan kepada anak.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Kalau begitu bagaimana dengan hati kita? Apakah juga sama dengan air mudah tercemari?
Hati seorang anak kecil baik dan bersih murni, juga sama seperti air yang bersih murni. Tetapi dalam proses pertumbuhan seorang anak kecil, mereka juga bisa tercemari oleh berbagai pencemaran yang berbeda. Sumber dari pencemaran ini kemungkinan berasal dari keluarga, masyarakat, sekolah dan teman.
Kalau begitu sebagai orang tua murid dan guru, bukankah kita juga harus menelaah diri kita sendiri, apakah tanpa kita sadari telah berperan sebagai “sumber pencemaran”? Ataukah kita harus mewaspadai terhadap “sumber-sumber pencemaran” yang lain?
Sekarang banyak orang mempunyai semacam perasaan, belakangan ini moral masyarakat sedang merosot dengan cepat. Di dalam kolam pencelup ini, manusia sangat mudah sekali terombang-ambing oleh arus, di bidang pendidikan juga begitu keadaannya.
Seperti orang kuno dalam mendidik anak-anak, mereka sangat mementingkan toleransi, bermurah hati dan mau mengalah. Kini, banyak sekali orang tua mendidik anak mereka seperti jangan mau dirugikan, siapa yang memukulmu, maka harus balas memukul.
Orang zaman dulu dalam mendidik anak mereka selalu menekankan anak-anaknya untuk tidak memungut barang orang yang tertinggal di jalan, tetapi ada sebagian orang tua sekarang memberitahu anak mereka jika diberi keuntungan, tidak diambil namanya orang bodoh.
Orang kuno dalam mendidik anak mereka selalu mementingkan De (kebajikan) dan melakukan kebaikan, tapi orang tua sekarang memberitahu anak mereka nilai ujian yang bagus lebih baik dari segalanya. Diperbandingkan seperti ini, Anda mungkin bisa melihat, kita secara tidak sadar telah mencemari watak hakiki anak yang baik dan murni.
Sebagai contoh saya sendiri, juga pernah sangat bimbang. Berperan sebagai seorang guru dan ibu, saya harus bagaimana mendidik murid dan anak saya dengan baik. Banyak hal sepertinya rumit tanpa ujung, tidak tahu harus dimulai dari mana, masalah pelajaran anak di sekolah, masalah pergaulan anak, bagaimana memupuk kegemaran dan hobi anak, membentuk kemampuan mandiri anak, mana yang lebih penting IQ dan EQ seorang anak. Dalam masalah mendidik anak, apa yang paling dipentingkan? Saya memikirkan hal-hal tersebut secara mendalam.
Misalkan seperti seorang anak walaupun sebagus apa hasil nilai pelajarannya, jika dia tidak mempunyai sebuah hati yang baik dan perangai yang jujur, maka di kemudian hari dia juga sangat sulit bekerjasama dengan orang lain, walaupun pelajaran sekolahnya sangat bagus juga percuma.
Atau jika anak tersebut tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, tidak berhati-hati dalam pergaulan, salah jalan di kemudian hari, bukankah usaha orangtuanya selama ini akan menjadi sia-sia.
Pandangan moral yang bagus itu termasuk, lurus, baik, jujur, bertoleran, memikirkan orang lain, sabar dan lain-lain. Watak dan moral yang berkilau bagai emas ini akan membuat Anda bersama anak Anda jauh dari segala sumber pencemaran, bagai bunga teratai dalam kolam yang keluar dari lumpur dan tidak tercemari.
Sebenarnya pendidikan keluarga Tiongkok kuno dari awal hingga akhir menjadikan etika moral sebagai arah didik dengan nilai yang paling tinggi. Menjadi orang tua, kami selalu ingin mewariskan benda yang terbaik untuk anak-anak kita.
Sebenarnya, walau diberikan kepada mereka seberapa banyak harta benda, semua itu hanyalah materi di luar tubuh kita, juga tidak peduli diajarkan berapa banyak teknik kemampuan juga merupakan air tanpa sumber.
Hanya dengan membantu anak-anak mendirikan pandangan moral yang baik, barulah berjangka panjang dan lama. Karena moralitas itu adalah benda yang paling bagus dan indah, benda yang paling awal menjadi seorang manusia, juga merupakan sumber dari segala kebahagiaan. Lebih-lebih dia merupakan harta kekayaan paling dapat diandalkan yang diwariskan kepada anak.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar