|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 16 Maret 2013

Lentera Teratai Bagian Ke 2

 


Namun apa yang bisa diperbuat oleh seorang remaja yang masih berusia 13 tahun untuk membebaskan ibunya yang dikurung dibawah gunung...Chen Xiang pun hanya bisa memutari gunung Hua Shan sambil terisak. 

Tanpa sepengetahuan ChenXiang, semua tindak-tanduknya ternyata diawasi oleh seorang Dewa bernama PiLu Da Xian yang terkesan dengan baktinya dan kemudian mengangkatnya menjadi muridnya.

Selama berguru, Chen Xiang selalu akrab dan senang menolong warga sekitar, baik itu manusia, hewan, Dewa, maupun siluman, tak heran dia memiliki banyak sekali teman seperti sikelinci giok, dewa rusa, dewi Hei Shan, siluman pipit dan sikera kecil.

Suatu hari, ChenXiang merasa sangat lapar karena gurunya sudah berhari-hari pergi sehingga tidak ada yang memberinya makan, dia pun memutuskan pergi ke dapur untuk mencari apa yang bisa dimakan. Sesampainya didapur, pandangannya langsung tertambat pada beberapa kue berbentuk binatang yang ada dipanci.

Sebenarnya Chen Xiang ragu juga untuk memakannya karena takut dimarahi gurunya, tapi karena sudah lapar sekali sehingga dia pun nekad memakan semua kue itu. Baru saja Chen Xiang menghabiskan kue itu tiba-tiba dia merasa tubuhnya panas dan seperti ada energi meluap-luap yang mengalirinya. 

Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba dari belakang terdengar suara yang sudah sangat dikenalnya, "Ha..ha bagus sekali rupanya kau sudah memakan kue itu" Yang berbicara ternyata adalah sang guru yang memang sengaja mempersiapkan kue ajaib itu untuk melipat-gandakan kesaktian Chen Xiang.

Sang guru kemudian mengatakan bahwa dia baru pergi ke langit untuk meminjam kapak sakti yang bisa dipakai Chen Xiang untuk membelah gunung dan membebaskan ibunya.

Chen Xiang pun girang sekali dan bertanya apakah kesaktiannya sekarang sudah bisa menandingi Dewa Er Lang. Namun dengan mendesah sedih gurunya menjawab "Gurumu yang sudah berlatih ribuan tahun ini saja bukan tandingan pamanmu itu, apalagi kau yang baru belajar beberapa tahun..tapi jangan kwatir, mungkin aku punya cara untuk membuatmu menang." 

PiLu Da Xian lalu menceriakan bahwa dulu Shan Sheng Mu mempunyai sebuah senjata sakti bernama lentera teratai yang dicuri oleh Er Lang Shen dan disembunyikan dibagian tenggara Hua Shan, jadi bila Chen xiang bisa memperoleh lentera sakti itu maka mungkin dia bisa mengalahkan pamannya.


Tanpa menunda-nunda waktu lagi ChenXiang yang didampingi teman-temannya seperti monyet kecil, kelinci giok dll segera pergi kepuncak gunung Hua Shan untuk membebaskan Shan Sheng Mu, namun baru separuh jalan mereka sudah dihadang oleh Dewa Er Lang dan pasukannya.

"Salam kenal paman, keponakan memberi hormat padamu...Hari ini aku ingin membebaskan ibunda dari kurungannya dan harap paman jangan menghalangi".

Mendengar perkataan Chen Xiang yang pede, anjing langit dan bawahan Dewa Er lang lainnya langsung tertawa terbahak-bahak, tanpa dikomando lagi mereka pun segera menyerang Chen Xiang dan kawan-kawannya.

Pertempuran berlangsung sengit, namun semakin lama semakin terlihat bahwa pasukan langit bukan tandingannya Chen Xiang dkk. Melihat anak buahnya takluk, Erlang pun geram dan langsung maju menyerang Chen Xiang. Menghadapi Dewa bermata tiga yang pernah menaklukan Sun Go Kong ini jelas membuat Chen Xiang kepayahan sehingga baru beberapa jurus saja dia sudah tertendang jatuh.

"Ha..ha..ha setan kecil mana sesumbarmu yang tadi, ayo tunjukan lagi kemampuanmu yang lain" kata Er Lang mengejeknya.

"Tenang saja paman, aku masih punya ini !" balas ChenXiang seraya mengeluarkan lentera teratai ( Sebelum bertarung dengan Er Lang tadi, rupanya Chen Xiang sudah mengambil pusaka ibunya ini dulu). Melihat senjata maut yang pernah mengalahkannya dulu itu ErLang pun langsung kebat kebit, tapi belum sempat dia berbuat sesuatu ChenXiang sudah memabaca mantra dan melepaskan seluruh kekuatan lentera teratai kearah Er Lang yang langsung terpental dan KO seketika.

Dengan kalahnya Dewa Er Lang, maka tak ada lagi yang mengahalangi Chen Xiang untuk membebaskan ibunya, maka Chen Xiangpun segera menghempaskan kapaknya sekuat tenaga ke gunung HuaShan hingga membelah puncak gunung itu. Seiring runtuhnya puncak Hua Shan, tiba-tiba terdengarlah alunan musik yang sangat merdu dari langit disertai munculnya Wang Mu Niang-Niang (Ratu langit) beserta dayang-dayangnya.

Dengan agung sang Ratu berkata "Shan Sheng Mu, dulu kau melanggar aturan langit sehingga dikurung digunung ini, sekarang bakti putramu menyentuh langit sehingga kau dibebaskan dari hukumanmu. Nah sekarang apakah kau akan kembali menjadi Dewi dilangit atau memilih hidup didunia fana bersama suami dan anakmu?".

"Daulat Ratu, maafkanlah kelancangan hamba, hamba sudah hidup selama 2 ribu tahun sebagai Dewi yang menerima penghormatan dan persembahan dari manusia, namun tak seharipun kehidupan hamba dilangit yang sebahagia saat bersama dengan Yan Chang. 

Maka dari itu ijinkanlah hamba untuk memilih tetap tinggal dibumi bersama suami dan putraku, bila yang mulia Ratu berkenan maka hamba rela melepaskan seluruh kesaktian dan keabadian."

Wang Mu Niang-Niang manggut-manggut mendengarnya dan menjentikkan jarinya maka seketika itu juga Shan Sheng Mu kehilangan seluruh kesaktiannya dan menjadi manusia biasa.

Ahirnya Liu Yan Chang dan Shan Sheng Mu pun berkumpul kembali dan hidup berbahagia sampai tua bersama putranya yang berbakti. Cerita ini kemudian diturunkan ke generasi-generasi berikutnya dan dari sinilah asal usul mengapa puncak gunung Hua Shan retak seperti dibelah dengan kapak raksasa.


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.  

Tidak ada komentar:
Write komentar