|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 05 Juni 2013

Perilaku Moralitas Dalam Kejujuran dan Ketulusan Hati

 

Orang zaman sekarang, kebanyakan tidak mau mengembalikan uang itu kepada orang lain, menganggap hal menguntungkan adalah yang baik. 

Jika dilihat sebaliknya, sebagai pihak yang tidak sengaja kehilangan harta, pasti berpikir untuk bisa mengambil uang itu kembali. 

Dapat dikatakan bahwa setiap orang akan berdiri pada sudut pandang dia sendiri untuk memikirkan permasalahan, tidak berdiri disudut pandang orang untuk memikirkan orang lain, beginilah lingkaran setan moral dari seluruh masyarakat. 

Ini juga disebabkan oleh doktrinasi dari ateisme, membuat orang tidak percaya dengan keberadaan Tuhan, tidak ada hukum batin yang mengekang, karena itu tidak ada rasa takut terhadap perbuatan jahat.

Dalam kehidupan ini, pada umumnya masih ada sebuah teori tak tertulis yang mengatakan bahwa kehilangan sesuatu itu, karena pemilik sendiri yang ceroboh dan menganggap mendapatkan sesuatu itu adalah suatu keberuntungan dan kehilangan sesuatu itu adalah ketidak-beruntungan atau kesialan. 
 
Kalau begitu jika dipikir secara mendalam, bukankah ‘keberuntungan’ itu adalah kehendak Langit, dan kehendak Langit itu bukankah kehendak dari Tuhan?  Sebenarnya letak permasalahannya, bukan terletak pada banyak atau sedikitnya uang, tetapi hal ini akan mencerminkan masalah perilaku moralitas seseorang, seperti dua kisah dibawah ini.


Salah Mengirim Pulsa

“Halo siang, saya baru saja salah mengisi pulsa ke nomor HP Anda, pulsa yang saya isi sebesar 50ribu, bisakah Anda mengisikan pulsa ke nomor HP saya? Cukup 30ribu saja.” Sebuah telpon dari seorang pemuda entah dari mana, menelepon Lao Wang.

Lao Wang tercengang mendengarkan telepon seperti ini, setelah sadar dan memeriksa pulsa yang tersisa di HPnya ternyata memang benar kelebihan 50 ribu. Lao Wang, seorang bapak tua yang berusia hampir 60 tahun, beberapa tahun ini dia tinggal seorang diri, karena rajin dan terampil maka kehidupannya juga baik. Lagi pula dia berperangai baik.

Dalam telepon, Lao Wang sengaja menggoda dengan berkata: “Bagi Anda bukan uang besar? Saya sering kesulitan uang, bantu-bantulah saya ini, jangan suruh saya mengisikan pulsa untuk Anda. Usia saya hampir 90 tahun, beli HP hanya untuk main-main, tidak seberapa bisa mengoperasikan, lihatlah usia saya begitu uzur masih harus mengisikan pulsa untuk Anda?”

Anak muda lawan bicaranya juga sangat berhati-hati menjawabnya. Ia bilang bagaimana jika pulsa itu dikembalikan hanya 30 ribu saja, sepertinya takut kalau Lao Wang menolaknya. 


Menghadapi anak muda yang terus memohon itu, kali ini Lao Wang kehilangan akal, pulsa itu apakah perlu dikembalikan? Jika tidak dikembalikan, bagaimanapun juga Lao Wang masih mempunyai sedikit konsep moral, nurani tidak tahan dihantui perasaan dosa.

Namun jika pulsa dikembalikan ada sedikit ketidak-relaan. Dalam kebimbangan, dia menelepon kemenakan perempuannya. Di dalam telepon, kemenakannya itu secara tegas menyarankan pulsa tidak perlu dikembalikan. Alasannya, dia sendiri juga sering salah isi pulsa ke nomor HP orang lain, dan selama ini tidak ada satu orang pun yang mengembalikannya.

Mendengar perkataan kemenakannya ini, dalam hati Lao Wang memutuskan untuk tidak mengembalikan pulsa anak muda itu. Tetapi saya bisa memastikan, sedikit banyak dalam hati Lao Wang pasti merasa bersalah, batinnya bisa tidak nyaman.

Mengembalikan Uang
Kembalian Yang Berlebih 

Masalah Lao Wang tersebut membuat saya teringat akan kisah Bibi Lin. Suatu hari Bibi Lin pergi berbelanja di sebuah supermarket kecil. Selesai membayar dan keluar dari pintu, dia menemukan bahwa kasir memberi lebih uang kembalian. 

Karena itu Bibi Lin segera kembali ke supermarket itu, khusus memanggil kasir yang melayani dia, menjelaskan duduk permasalahannya lalu mengembalikan uang kelebihan kepada kasir tersebut.

Saya bertanya kepada Bibi Lin mengapa harus memanggil keluar kasir itu dan mengembalikan uang kelebihannya, bibi Lin menjawab dia kuatir memengaruhi reputasi kerja kasir tersebut. 


Hingga sekarang saya masih terharu oleh tindakan Bibi Lin yang baik dan teliti tersebut. Bibi Lin juga memberitahu saya, bahwa kejujuran dan ketulusan hati serta kebaikannya itu bersumber dari keyakinannya.

Kelihatannya, kekuatan keyakinan itu memang benar-benar sangat besar. Dia tidak membutuhkan peraturan tertulis tetapi bisa membuat hati manusia mengarah pada kebaikan. Sedangkan hukum dalam keadaan yang makin lama semakin matang dan sempurna, akan tetapi manusia yang melakukan kriminalitas bukan makin berkurang malahan semakin bertambah.





Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel. 

Tidak ada komentar:
Write komentar