|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 21 Juli 2013

Seiring Dengan Berlalunya Waktu, Kemanakah Harta Akan Dialirkan

 

Melihat wejangan kuno dalam sejarah, dalam lubuk hati tercenung, harta benda akan dialirkan kemanakah? 

Dengan rasa bersyukur yang tulus penulis berikrar, harta kekayaan dalam hati hendaknya diwariskan kepada generasi selanjutnya, supaya dapat mengalir sampai jauh.

Harta benda bergulir di seluruh pelosok dunia, ketika segala sesuatunya telah berlalu, orang akan mulai mencari ketenangan dan merenung, sehingga lahirlah banyak pemahaman tentang kehidupan, uang dan harta kekayaan tidak dapat mewakili semuanya, yang lebih berharga dari itu adalah nilai kehidupan, meningkatkan hati nurani serta mencari jalur untuk kembali ke asal semula kehidupan. 

Ketika meneliti beberapa buku-buku dan catatan kuno, dapat disaksikan tingkat kemakmuran Tiongkok kala itu.

”Han Shu (Kitab Han)” mencatat, Kaisar Dinasti Han Barat (205-23 SM) memberikan hadiah emas sebanyak 100 kali lebih, dan ”Hou Han Shu (Kitab Han Akhir)" mencatat Kaisar Han Timur (25-189) pernah memberikan hadiah emas sebanyak 9 kali, dua kali diantaranya pemberian emas sejumlah 920.000 Jin (2 Jin=1 Kg, jadi sama dengan 460.000 kg emas).

Kaisar Dinasti Tang, Li Yuan (566-635) memberikan hadiah kepada Raja Qin yakni Li Shimin atas jasa kemenangannya dalam peperangan, satu kali mengeluarkan 300 Kg emas.


Seiring dengan berlalunya waktu, kita menelaah kembali catatan-catatan dalam buku sejarah, harta kekayaan yang diungkap dalam tulisan itu sungguh membuat amat terkejut, dan tak pelak timbul pertanyaan: Harta begitu banyak, kemanakah akhirnya mengalir?

Harta yang begitu banyak, seiring dengan pergantian dinasti, peperangan, serta bencana dan musibah, dengan perlahan-lahan menghilang atau tersembunyi. Ketika harta terkumpul, orang dapat menyaksikan pakaian brokat, gedung bertingkat dan kuda yang gagah, emas-berlian betebaran. 


Ketika harta benda lenyap, emas, batu Giok, sutra halus dan kain satin juga lenyap tanpa jejak. Itulah sebabnya selama ribuan tahun, dalam masyarakat manusia terbentuklah sebuah harta kekayaan yang “Lahir tak dapat dibawa kemari, mati tidak dapat dibawa pergi”, namun selalu didambakan dan dikejar oleh manusia.  

Perwujudan harta kekayaan di dunia manusia, mungkin benar seperti apa yang dikatakan dalam aliran Buddha, itu hanyalah imbalan berkah dari perilaku sering berbuat baik, banyak beramal serta mengalami penderitaan demi mengumpulkan pahala dari beberapa kehidupan sebelumnya di masa lampau. Maka dilihat dari sudut pandang ini, ketika berkah pembalasan telah dinikmati seluruhnya oleh manusia, maka harta kekayaan sewajarnya akan pergi juga.

Oleh sebab itu ahli sejarah Sima Guang (1019-1086) dari Dinasti Song Utara setelah jenuh menyaksikan kemuliaan, keaiban dan hiruk-pikuk dunia manusia kemudian berkata, ”Mengumpulkan emas untuk diwariskan ke anak-cucu, belum tentu anak-cucu dapat mempertahankannya; mengumpulkan buku untuk diwariskan ke anak-cucu, belum tentu mereka dapat membacanya, lebih baik mengumpulkan pahala dalam ruang/dimensi lain demi kelangsungan hidup jangka panjang anak-cucu.”

Menurut catatan sejarah, Perdana Mentri Dinasti Song bernama Fan Zhongyan (989-1052), ketika masih kecil hidap dalam keluarga miskin, walau kehidupannya susah, namun sebuah hati berkeinginan membantu orang, hingga ia menjabat sebagai Perdana Menteri selalu tidak pernah ia lepaskan. Demi menghidupi kaum miskin, anak yatim,janda dan orang tua lemah, Fan membeli kebun dan sawah di kota Shuzhou dengan seluruh gajinya.

Pada suatu hari, dengan tidak sengaja Fan mendengar dari seorang peramal, rumah kediamannya sangat bagus Fengsuinya (Topografinya), kelak keturunannya pasti muncul pejabat tinggi. Fan berpikir, jika rumahnya dapat membuat generasi berikutnya menjadi pejabat, maka lebih baik diubah menjadi sekolahan, anak penduduk Shuzou mendapat pendidikan disini, kalau memang betul dapat berkembang, menjadi terkenal dan berkedudukan tinggi, bukankah itu hal baik? Maka, Fan menyumbangkan rumahnya menjadi sekolahan umum.

Keinginan baik yang tidak mau menikmati sendiri keunggulan Fengshui, melainkan dibagikan kepada khalayak untuk sama-sama menikmatinya, supaya lebih banyak orang dapat menikmati manfaatnya. Selain banyak sekali anak-anak penduduk kota Shuzou memperoleh pendidikan bagus, juga empat anak laki-laki Fan sangat terpengaruh oleh ayahnya


Mereka mempertahankan integritas moral pribadi dan masing-masing berkarir hingga mencapai kedudukan tinggi. Gaji Fan Zhongyan ketika menjabat Perdana Menteri juga semua diberikan kepada rakyat jelata yang memerlukan bantuan. Anak, cucu, cicit hingga keturunan seterusnya dari Fan Zhongyan selama 800 tahun kemudian, masih saja menikmati pahala kebahagiaan yang diwariskan oleh leluhurnya. 

Setiap orang mengharapkan anak-cucunya hidup tanpa kekhawatiran dikemudian hari, sesuai dengan sebuah nasihat kuno dari kebudayaan tradisional Tiongkok, ”Mencari kemuliaan nama lebih baik menanam pahala di alam baka”, maka akan menemukan cara terbaik untuk mempertahankan harta kekayaan agar tidak lenyap, juga benar-benar dapat membuat generasi penerus dapat menikmati keindahan dari kebahagiaan.

Sebuah kisah lain, pada Dinasti Yuan, penasihat militer Genghis Khan bernama Yelu Chucai,berdasarkan kemampuan militernya yang cermat, bijak dan berpandangan jauh, ia telah membantu Kaisar Negara Mongolia Raya Genghis Khan (1162-1227) dan Kaisar ke-1 Dinasti Yuan Kubilai (1215-1294) membuat banyak kebijakan militer. 


Kebijakan militernya kebanyakan adalah dalam hal penyelamatan warga sipil, sehingga di tengah peperangan yang kejam dapat mempertahankan dan menyelamatkan jiwa rakyat jelata tak terhitung jumlahnya. Ketika Yelu Chucai menjabat Perdana Menteri, ia tetap hidup sederhana, meskipun peperangan kerap terjadi di zaman dinasti Yuan, atmosfer godaan kekuasaan dan kekerasan bertebaran di segala penjuru, namun PM yang satu ini tetap sangat hambar terhadap segala nafsu dan keinginan.

Menurut catatan sejarah, ketika tentara Dinasti Yuan menyerang kota besar Yanjing (kini kota Beijing), banyak jendral mengambil harta emas dan perak yang tersimpan dalam gudang, namun Yelu Chucai hanya memerintahkan mengambil sisa 500 Kg Dahuang (sejenis obat Tionghoa) diangkut ke gudang militer untuk stock, waktu itu siapa pun tidak paham apa keperluan Perdana Menteri dengan begitu jamu Dahuang sebanyak itu.


Di kemudian hari disaat terjadi epidemi, 500 Kg Dahuang seluruhnya digunakan untuk mengobati penyakit epidemi dan berhasil dengan sangat bagus. Semua orang pun mengagumi pengetahuan luas dan pandangan jauh sang Perdana Menteri. Ketika para jendral tertarik oleh harta-benda yang menumpuk, harta dalam lubuk hati Yelu Chucai mengalir kepada rakyat jelata yang memerlukan kepedulian dan perawatan. 

Perdana Menteri yang sama sekali tidak mewariskan tabungan dan harta benda ke anak-cucu, namun telah menanamkan pahala yang melimpah kepada keturunannya. Keturunan Yelu Chucai yang menjabat Perdana Menteri bahkan mencapai 13 orang, keluarganya menjadi clan terkemuka dan anak-cucunya menyandang kemuliaan.

Kisah sejarah, konsep kekayaan zaman kuno, mengingatkan saya sebuah laporan berita yang pernah saya baca, orang kaya terkemuka dunia Warren Buffett dan Bill Gates mengusulkan menyumbangkan seluruh harta yang dimiliki setelah meninggal, tindakan tersebut mendapat sambutan yang positif dari 40 lebih orang terkaya dunia. 


Aktor internasional tersohor Chow Yun-fat juga sangat setuju,”Semua uang saya bukan milik saya, hanya merupakan keuntungan yang saya peroleh, dan tidak berarti harus saya miliki selamanya! Jika saya meninggal, saya akan menyumbangkan 99% harta saya, ketika meninggal, apapun saya tidak ingin bawa pergi.” 

Di dalam pandangannya kebahagiaan adalah kesederhanaan, sebuah konsep kekayaan yang polos dan realistik, seperti yang ia perankan, di dalam film 1986 “A Better Tomorrow”.
(Huang Furon)



Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar