Seorang kakek menyuruh kedua cucunya menimba air di sungai untuk mengisi
bak air mereka. Untuk ke sungai
mengambil air itu mereka harus menuruni gunung, lalu mendaki gunung kembali baru sampai di rumah
mereka.
Sang kakak melakukannya dengan cara biasa. Ia membawa sebuah ember dan mulai menuruni gunung. Ketika ia kembali, ia heran melihat adiknya masih ada di sana. Adiknya justru sedang memotong-motong kayu seakan hendak membuat sesuatu.
Tetapi dia tak mempedulikan adiknya sebab ia khawatir akan kehabisan waktu untuk mengisi bak hingga penuh. Ketika ia kembali dengan ember ketiga, adiknya masih saja sibuk dengan kayu-kayu tersebut. Karena merasa kesal melihat adiknya tidak ikut membantunya, ia menegur adiknya.
Adiknya menjawab,"Kak, sampai matahari terbenam pun kau tak mungkin bisa membuat bak air itu penuh, jika caramu seperti itu. Lihat, aku sudah selesai membuat sebuah tandu sehingga kita berdua bisa langsung membawa beberapa ember dengan sekali angkat." Kakaknya merasa malu karena ternyata adiknya lebih cerdik daripada dirinya.
Ada dua macam sikap dalam bekerja yaitu "work hard" dan "work smart". Bekerja keras dan bekerja cerdas. Bila kita hanya bekerja keras tanpa kecerdikan, maka tenaga kita akan terkuras habis sebelum pekerjaan selesai. Namun, bila kita bekerja dengan cerdas, maka kita akan mampu menyelesaikan tugas kita tanpa merasa kewalahan. Di dunia yang penuh dengan kompetisi ini "work hard" saja tidak cukup. Kita juga harus"work smart"!
Kita harus bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kita harus bekerja cerdik, tetapi bukan berarti kita melakukannya dengan cara-cara yang tidak benar. Dengan work smart maka pekerjaan kita akan efektif, efisien, menghemat banyak waktu dan tenaga. Di sinilah perlunya kita mengembangkan diri secara terus menerus agar kecerdasan kita dalam pekerjaan terus meningkat.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Sang kakak melakukannya dengan cara biasa. Ia membawa sebuah ember dan mulai menuruni gunung. Ketika ia kembali, ia heran melihat adiknya masih ada di sana. Adiknya justru sedang memotong-motong kayu seakan hendak membuat sesuatu.
Tetapi dia tak mempedulikan adiknya sebab ia khawatir akan kehabisan waktu untuk mengisi bak hingga penuh. Ketika ia kembali dengan ember ketiga, adiknya masih saja sibuk dengan kayu-kayu tersebut. Karena merasa kesal melihat adiknya tidak ikut membantunya, ia menegur adiknya.
Adiknya menjawab,"Kak, sampai matahari terbenam pun kau tak mungkin bisa membuat bak air itu penuh, jika caramu seperti itu. Lihat, aku sudah selesai membuat sebuah tandu sehingga kita berdua bisa langsung membawa beberapa ember dengan sekali angkat." Kakaknya merasa malu karena ternyata adiknya lebih cerdik daripada dirinya.
Ada dua macam sikap dalam bekerja yaitu "work hard" dan "work smart". Bekerja keras dan bekerja cerdas. Bila kita hanya bekerja keras tanpa kecerdikan, maka tenaga kita akan terkuras habis sebelum pekerjaan selesai. Namun, bila kita bekerja dengan cerdas, maka kita akan mampu menyelesaikan tugas kita tanpa merasa kewalahan. Di dunia yang penuh dengan kompetisi ini "work hard" saja tidak cukup. Kita juga harus"work smart"!
Kita harus bisa cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Kita harus bekerja cerdik, tetapi bukan berarti kita melakukannya dengan cara-cara yang tidak benar. Dengan work smart maka pekerjaan kita akan efektif, efisien, menghemat banyak waktu dan tenaga. Di sinilah perlunya kita mengembangkan diri secara terus menerus agar kecerdasan kita dalam pekerjaan terus meningkat.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar