Pepatah ini berdasarkan pada sebuah kisah dari zaman San Guo Zhi
(Tiga Kerajaan atau Sam Kok), sebuah teks sejarah Tiongkok dari akhir
masa Dinasti Han Timur (25 – 220 Masehi) dan masa Tiga Kerajaan (220-280
Masehi).
Guan Lu (管輅, 209 – 256 Masehi), seorang peramal terkenal selama masa Tiga Kerajaan. Dia mempelajari Taoisme dan pada usia 15 tahun sudah menguasai Kitab Yi Jing dengan sangat baik. Guan dapat melihat nasib seseorang.
Guan Lu (管輅, 209 – 256 Masehi), seorang peramal terkenal selama masa Tiga Kerajaan. Dia mempelajari Taoisme dan pada usia 15 tahun sudah menguasai Kitab Yi Jing dengan sangat baik. Guan dapat melihat nasib seseorang.
Suatu hari He Yan dan Deng Yang, dua orang menteri dari Negara Wei, mengunjungi Guan Lu. He Yan meminta Guan untuk meramal nasib mereka.
“Saya
telah bermimpi hal yang sama selama beberapa hari ini,” tutur He Yan.
“Saya bermimpi beberapa lalat jatuh di hidung saya. Saya lantas mencoba
untuk mengusir mereka pergi, namun mereka malah tidak mau pergi. Apa
arti mimpi ini? Kapan saya dapat menjadi seorang perdana menteri?”
Guan melihat jiwa He Yan ada di sebuah lembah yang gelap, dan dia telah mengetahui takdirnya. Namun bagaimanapun juga Guan mengerti, jika dia mengatakan hal yang sesungguhnya kepada mereka, maka hal itu akan mengundang banyak kerunyaman.
Guan Lu berpikir sejenak, kemudian berkata, “Tuan datang untuk dapat memperoleh penghargaan yang tinggi dan dapat memegang kekuasaan yang besar, namun kemuliaan yang dalam genggaman Anda sangat sedikit, sementara yang menakuti Anda banyak jika Anda tidak berhati-hati saat berjalan di jalur keberuntungan. Kini, hidung adalah sebuah kebesaran. Jika sebuah kebesaran menguasai karakteristiknya, bukankah dengan demikian akan menyisakan kehormatan.”
“Bukankah lalat akan berkumpul ketika ada sesuatu benda yang busuk, dan bukankah suatu kemuliaan akan takut pada kejatuhan? Saya berharap Anda dapat memberikan kelimpahan kebaikan bagi kebaikan orang miskin untuk menghindari Anda dari menyusuri jalan yang salah. Kemudian, memang sudah sepantasnya jika Anda dapat mencapai martabat yang tertinggi.”
Deng bertanya mengenai nasibnya juga, dan Guan juga menyarankan hal yang sama untuk memberikan kelimpahannya bagi kebaikan orang miskin, menghindari menyusuri jalan yang salah. Guan juga menyarankan untuk berbaik hati kepada orang lain untuk menghindari kemalangan.
Mendengar jawaban Guan, Deng mengatakan, “Jawaban Anda sudah menyimpang dari pertanyaan kami. Kami kemari tidak untuk mendengar perkataan basi dari seorang pintar tua.” Mereka tidak mempercayai perkataan Guan dan kemudian pergi.
Tak lama setelah itu, Sima Yi (179 – 251 Masehi) mengambil alih kekuasaan Negara Wei dengan sebuah kudeta. He Yan dan Deng Yang, keduanya terbunuh bersama dengan atasan mereka.
Guan melihat jiwa He Yan ada di sebuah lembah yang gelap, dan dia telah mengetahui takdirnya. Namun bagaimanapun juga Guan mengerti, jika dia mengatakan hal yang sesungguhnya kepada mereka, maka hal itu akan mengundang banyak kerunyaman.
Guan Lu berpikir sejenak, kemudian berkata, “Tuan datang untuk dapat memperoleh penghargaan yang tinggi dan dapat memegang kekuasaan yang besar, namun kemuliaan yang dalam genggaman Anda sangat sedikit, sementara yang menakuti Anda banyak jika Anda tidak berhati-hati saat berjalan di jalur keberuntungan. Kini, hidung adalah sebuah kebesaran. Jika sebuah kebesaran menguasai karakteristiknya, bukankah dengan demikian akan menyisakan kehormatan.”
“Bukankah lalat akan berkumpul ketika ada sesuatu benda yang busuk, dan bukankah suatu kemuliaan akan takut pada kejatuhan? Saya berharap Anda dapat memberikan kelimpahan kebaikan bagi kebaikan orang miskin untuk menghindari Anda dari menyusuri jalan yang salah. Kemudian, memang sudah sepantasnya jika Anda dapat mencapai martabat yang tertinggi.”
Deng bertanya mengenai nasibnya juga, dan Guan juga menyarankan hal yang sama untuk memberikan kelimpahannya bagi kebaikan orang miskin, menghindari menyusuri jalan yang salah. Guan juga menyarankan untuk berbaik hati kepada orang lain untuk menghindari kemalangan.
Mendengar jawaban Guan, Deng mengatakan, “Jawaban Anda sudah menyimpang dari pertanyaan kami. Kami kemari tidak untuk mendengar perkataan basi dari seorang pintar tua.” Mereka tidak mempercayai perkataan Guan dan kemudian pergi.
Tak lama setelah itu, Sima Yi (179 – 251 Masehi) mengambil alih kekuasaan Negara Wei dengan sebuah kudeta. He Yan dan Deng Yang, keduanya terbunuh bersama dengan atasan mereka.
Kisah Dibalik Pepatah Cina, "Laao Sheeng Cháng Tán (老生常談) atau "Perkataan basi dari seorang tua yang pintar,” kemudian menjadi suatu ungkapan pepatah Cina yang bermakna sesuatu penjelasan yang seringkali dikatakan atau wejangan yang biasa diucapkan dari seorang pintar yang
tua. Hal ini mengacu pada pengulangan kata-kata yang sama atau
memainkan nada yang berulang-ulang.
Tidak ada komentar:
Write komentar