Di zaman Negara-negara
berperang, terdapatlah seseorang bernama Zhibo. Dia adalah seorang
penguasa yang sangat ambisius. Dia tak henti-hentinya ingin memperluas
daerah kekuasaannya
Suatu hari, Zhibo dengan pasukan Negara Han, Zhao, dan Wei bersama-sama menyerang Zhongxing dan Shidan berhasil menduduki daerah tersebut. Tapi Zhibo masih belum puas. Beberapa tahun kemudian, dia mengirim utusan ke Negara Han untuk meminta daerah baru.
Negara Han takut akan kekuatan dan pengaruh Zhibo. Dengan terpaksa Negara Han memberikan sebuah daerah yang memiliki 10.000 keluarga. Zhibo pun luar biasa gembiranya. Tapi dia masih belum puas.
Dengan segera dia menyuruh utusan pergi ke Negara Wei untuk meminta daerah pampasan, Raja Wei pun dengan berat hati memberikan dia sebuah daerah. Selanjutnya dikirimlah utusan ke Negara Zhao. Tapi Raja Zhao tidak mau memenuhi tuntutan Zhibo.
Karenanya ZHibo menghimpun tentara gabungan dari Han dan Wei untuk menyerang Zhao. Tapi Raja Zhao sama sekali tidak gentar. Dia pindah ke Jin Yang untuk mempersiapkan perang jangka panjang.
Zhibo dan pasukannya pun akhirnya mengejar Raja sampai ke Jin Yang. Tak terasa sudah 3 tahun pasukan gabungan ini mengepung benteng Jinyang, tapi tetap saja Zhibo tak mampu menjatuhkan benteng itu.
Pada saat itu, persediaan bahan makanan Zhao hampir habis, dan Sang raja pun mulai kehabisan akal. Untuk itu, akhirnya Raja mengutus Zhang Mengtan pergi menghadap Raja Han dan Wei untuk membujuk mereka berbalik mendukung Zhao untuk menghadang ambisi Zhibo. Karena dendam di masa lalu, dua Negara ini seraya mengiyakan bujukan Zhao.
Setelah mendapat dukungan tersebut, Zhao berani keluar dari benteng dan menyerang pasukan Zhibo, Sesuai perjanjian, Han dan Wei pun mendukung Zhao. Zhibo tentu saja tidak menduga hal ini, dan berhasil dikalahkan sampai akhirnya ia menerima hukuman penggal dari lawan-lawannya.
Pada saat itu, seluruh Rakyat pun bergembira, sekaligus mencemooh Zhibo. Andai saja dia tidak tamak akan kekuasaan, dia tidak akan jatuh dalam karma ini.
Kisah dibalik Pepatah Cina, "Tan De Wu Yan ( 贪得无厌 )," untuk menggambarkan karakter seseorang yang tamak dalam mengejar sesuatu dan tidak mengenal kata “cukup”.
Temanku, apakah saat ini kamu puas akan dirimu? Apakah ada suatu hasrat yang tak kunjung tertuntaskan? Renungkan dan selidikilah, apakah itu adalah cita-cita yang mulia, ataukah hanya sekedar nafsu yang penuh kerakusan?
Jika ada orang bertanya kepadamu, “Menurutmu, apakah yang kau kejar dalam kehidupanmu?” Apakah jawabanmu? Mungkin beberapa orang menjawab uang, kerier, emas, intan, kecantikan, kekuasaan, kepandaian, dsb. Jawaban setiap orang pastinya berbeda.
Memang benar kita harus terus maju berjuang untuk mengejar keinginan kita itu, tapi tidak ada salahnya kita berhenti sejenak untuk menikmati kehidupan dan bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita punya. Dengan menghargai apa yang kita miliki saat ini, kita akan merasa “kaya” dan bersyukur atas kelimpahan yang Tuhan sudah berikan kepada kita.
Dalam kisah klasik China di atas, kita mengenal satu tokoh bernama “Zhibo” yang memang berjiwa ambisius, tapi justru karena dia tidak bisa mengontrol “keambisiusan”-nya, dia membawa dirinya ke ujung maut.
Seandainya saja, ketika dia meraih kesuksesan dan mau berhenti sejenak untuk mensyukuri dan menikmati apa yang sudah dia punya, mungkin dia tidak akan terjerumus dalam keserakahannya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih saja mengutuki kekurangan-kekurangan kita? Apakah kita terus mengejar harta dengan penuh keserakahan tanpa mengenal kata “cukup” alias “Tan de Wuyan”? Ada baiknya kita berhenti sejenak dan bersyukurlah. Itu pasti membuat diri kita merasa jauh lebih baik dan tenang.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Suatu hari, Zhibo dengan pasukan Negara Han, Zhao, dan Wei bersama-sama menyerang Zhongxing dan Shidan berhasil menduduki daerah tersebut. Tapi Zhibo masih belum puas. Beberapa tahun kemudian, dia mengirim utusan ke Negara Han untuk meminta daerah baru.
Negara Han takut akan kekuatan dan pengaruh Zhibo. Dengan terpaksa Negara Han memberikan sebuah daerah yang memiliki 10.000 keluarga. Zhibo pun luar biasa gembiranya. Tapi dia masih belum puas.
Dengan segera dia menyuruh utusan pergi ke Negara Wei untuk meminta daerah pampasan, Raja Wei pun dengan berat hati memberikan dia sebuah daerah. Selanjutnya dikirimlah utusan ke Negara Zhao. Tapi Raja Zhao tidak mau memenuhi tuntutan Zhibo.
Karenanya ZHibo menghimpun tentara gabungan dari Han dan Wei untuk menyerang Zhao. Tapi Raja Zhao sama sekali tidak gentar. Dia pindah ke Jin Yang untuk mempersiapkan perang jangka panjang.
Zhibo dan pasukannya pun akhirnya mengejar Raja sampai ke Jin Yang. Tak terasa sudah 3 tahun pasukan gabungan ini mengepung benteng Jinyang, tapi tetap saja Zhibo tak mampu menjatuhkan benteng itu.
Pada saat itu, persediaan bahan makanan Zhao hampir habis, dan Sang raja pun mulai kehabisan akal. Untuk itu, akhirnya Raja mengutus Zhang Mengtan pergi menghadap Raja Han dan Wei untuk membujuk mereka berbalik mendukung Zhao untuk menghadang ambisi Zhibo. Karena dendam di masa lalu, dua Negara ini seraya mengiyakan bujukan Zhao.
Setelah mendapat dukungan tersebut, Zhao berani keluar dari benteng dan menyerang pasukan Zhibo, Sesuai perjanjian, Han dan Wei pun mendukung Zhao. Zhibo tentu saja tidak menduga hal ini, dan berhasil dikalahkan sampai akhirnya ia menerima hukuman penggal dari lawan-lawannya.
Pada saat itu, seluruh Rakyat pun bergembira, sekaligus mencemooh Zhibo. Andai saja dia tidak tamak akan kekuasaan, dia tidak akan jatuh dalam karma ini.
Kisah dibalik Pepatah Cina, "Tan De Wu Yan ( 贪得无厌 )," untuk menggambarkan karakter seseorang yang tamak dalam mengejar sesuatu dan tidak mengenal kata “cukup”.
Temanku, apakah saat ini kamu puas akan dirimu? Apakah ada suatu hasrat yang tak kunjung tertuntaskan? Renungkan dan selidikilah, apakah itu adalah cita-cita yang mulia, ataukah hanya sekedar nafsu yang penuh kerakusan?
Jika ada orang bertanya kepadamu, “Menurutmu, apakah yang kau kejar dalam kehidupanmu?” Apakah jawabanmu? Mungkin beberapa orang menjawab uang, kerier, emas, intan, kecantikan, kekuasaan, kepandaian, dsb. Jawaban setiap orang pastinya berbeda.
Memang benar kita harus terus maju berjuang untuk mengejar keinginan kita itu, tapi tidak ada salahnya kita berhenti sejenak untuk menikmati kehidupan dan bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita punya. Dengan menghargai apa yang kita miliki saat ini, kita akan merasa “kaya” dan bersyukur atas kelimpahan yang Tuhan sudah berikan kepada kita.
Dalam kisah klasik China di atas, kita mengenal satu tokoh bernama “Zhibo” yang memang berjiwa ambisius, tapi justru karena dia tidak bisa mengontrol “keambisiusan”-nya, dia membawa dirinya ke ujung maut.
Seandainya saja, ketika dia meraih kesuksesan dan mau berhenti sejenak untuk mensyukuri dan menikmati apa yang sudah dia punya, mungkin dia tidak akan terjerumus dalam keserakahannya.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih saja mengutuki kekurangan-kekurangan kita? Apakah kita terus mengejar harta dengan penuh keserakahan tanpa mengenal kata “cukup” alias “Tan de Wuyan”? Ada baiknya kita berhenti sejenak dan bersyukurlah. Itu pasti membuat diri kita merasa jauh lebih baik dan tenang.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar