Konfusius membaca buku Yi (disebut juga Zhou Yi, Yi Jing dan
diterjemahkan sebagai Buku Perubahan). Dia menghela napas ketika membaca
bab yang membahas prediksi dari peruntungan baik atau buruk.
Zixia, salah satu muridnya, memperhatikan Konfusius menghela napas, mendekati dan bertanya, “Guru, mengapa menghela napas?”
Konfusius menjawab, “Saya sudah banyak tercerahkan dari kebijaksanaan di dalam buku Yi. Buku Itu mengajarkan bahwa orang lemah seharusnya semakin percaya diri dan orang sombong seharusnya menyadari sikap mereka. Itulah sebabnya mengapa saya menghela napas kagum.”
Zixia bertanya, “Dapatkah mereka meningkat dari belajar?” Konfusius menjawab, “Tidak. Hukum alam tidak mengijinkan kesuksesan bertahan selamanya.”
Kata-kata Konfusius mengingatkan sukses cepatlah berlalu. Jika orang tekun belajar dengan sikap rendah hati, mereka akan belajar lebih banyak. Tetapi jika mereka tidak rendah hati dalam mencari pengetahuan, tidak ada pengetahuan apa pun yang bermanfaat.
Konfusius melanjutkan, “Ketika Kaisar Tangrao diberikan kerajaan untuk diperintah, dia masih memperlakukan orang lain dengan hormat dan rendah hati, dan secara ketat mematut diri. Negerinya kuat dan jasanya dikenang hingga sekarang. Kunwu (pemimpin dari Dinasti Xia) memandang dirinya sempurna. Ketika dia mencapai posisi tertinggi, dia bahkan semakin serakah dan tidak lama kemudian runtuh.”
“Segalanya berputar dalam siklus. Ketika matahari mencapai titik tertinggi saat tengah hari, itu juga adalah saatnya untuk menurun. Ketika bulan terlihat penuh (purnama), itu juga saat mulai kembali menjadi sabit.”
“Orang bijaksana tidak seharusnya menjadi sombong. Ketika ada tiga orang di kereta, dia akan turun dan membiarkan orang lain menumpang kereta. Jika ada dua orang, dia seharusnya bersikap sopan dan penuh hormat kepada orang lain. Dia perlu memiliki keinginan untuk meluruskan sikapnya untuk menyesuaikan keadaan, dan hanya demikian dia dapat menjadi orang bijaksana dalam waktu lama.”
Zixia secara cermat mendengarkan ceramah Konfusius dan berkata, “Baik! Saya akan mengingat apa yang Guru ajarkan pada saya sepanjang hayat.”
Konfusius tercerahkan oleh kata-kata bijaksana dari Yi Jing dan memahami bahwa kerendahan hati dan kesederhanaan adalah De (kebajikan, budi pekerti).
Akhirnya, Konfusius berkata, “Hukum alam menyatakan tidak ada kesuksesan yang abadi.” Dia percaya hanya mereka yang rendah hati dan sederhana dapat sukses untuk waktu lama, tetapi meskipun demikian, tidak seorang pun dapat sukses selamanya.
Sebagai orang Xiulian, tidak peduli bagaimana baiknya kita berkultivasi, kita tidak seharusnya memandang diri sebagai luar biasa, tetapi selalu menghormati Guru dan Fa. (Referensi dari Shuo Yuan oleh Liu Xiang dari Dinasti Han).
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Zixia, salah satu muridnya, memperhatikan Konfusius menghela napas, mendekati dan bertanya, “Guru, mengapa menghela napas?”
Konfusius menjawab, “Saya sudah banyak tercerahkan dari kebijaksanaan di dalam buku Yi. Buku Itu mengajarkan bahwa orang lemah seharusnya semakin percaya diri dan orang sombong seharusnya menyadari sikap mereka. Itulah sebabnya mengapa saya menghela napas kagum.”
Zixia bertanya, “Dapatkah mereka meningkat dari belajar?” Konfusius menjawab, “Tidak. Hukum alam tidak mengijinkan kesuksesan bertahan selamanya.”
Kata-kata Konfusius mengingatkan sukses cepatlah berlalu. Jika orang tekun belajar dengan sikap rendah hati, mereka akan belajar lebih banyak. Tetapi jika mereka tidak rendah hati dalam mencari pengetahuan, tidak ada pengetahuan apa pun yang bermanfaat.
Konfusius melanjutkan, “Ketika Kaisar Tangrao diberikan kerajaan untuk diperintah, dia masih memperlakukan orang lain dengan hormat dan rendah hati, dan secara ketat mematut diri. Negerinya kuat dan jasanya dikenang hingga sekarang. Kunwu (pemimpin dari Dinasti Xia) memandang dirinya sempurna. Ketika dia mencapai posisi tertinggi, dia bahkan semakin serakah dan tidak lama kemudian runtuh.”
“Segalanya berputar dalam siklus. Ketika matahari mencapai titik tertinggi saat tengah hari, itu juga adalah saatnya untuk menurun. Ketika bulan terlihat penuh (purnama), itu juga saat mulai kembali menjadi sabit.”
“Orang bijaksana tidak seharusnya menjadi sombong. Ketika ada tiga orang di kereta, dia akan turun dan membiarkan orang lain menumpang kereta. Jika ada dua orang, dia seharusnya bersikap sopan dan penuh hormat kepada orang lain. Dia perlu memiliki keinginan untuk meluruskan sikapnya untuk menyesuaikan keadaan, dan hanya demikian dia dapat menjadi orang bijaksana dalam waktu lama.”
Zixia secara cermat mendengarkan ceramah Konfusius dan berkata, “Baik! Saya akan mengingat apa yang Guru ajarkan pada saya sepanjang hayat.”
Konfusius tercerahkan oleh kata-kata bijaksana dari Yi Jing dan memahami bahwa kerendahan hati dan kesederhanaan adalah De (kebajikan, budi pekerti).
Akhirnya, Konfusius berkata, “Hukum alam menyatakan tidak ada kesuksesan yang abadi.” Dia percaya hanya mereka yang rendah hati dan sederhana dapat sukses untuk waktu lama, tetapi meskipun demikian, tidak seorang pun dapat sukses selamanya.
Sebagai orang Xiulian, tidak peduli bagaimana baiknya kita berkultivasi, kita tidak seharusnya memandang diri sebagai luar biasa, tetapi selalu menghormati Guru dan Fa. (Referensi dari Shuo Yuan oleh Liu Xiang dari Dinasti Han).
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar