Zhuge Liang ( 诸葛亮 181–234 AD) adalah seorang negarawan
terkenal dan ahli strategi militer selama periode Tiga Kerajaan, dan
merupakan contoh klasik orang terkenal dari Tiongkok kuno. Sejak zaman
kuno, banyak legenda tentang dia.
Menurut legenda, ketika Zhuge Liang masih kecil, dia lincah dan cerdas,
tapi tidak bisa bicara. Ketika ia berusia 9 tahun, ia disembuhkan oleh
orang tua, berambut putih – dia adalah Pendeta Tao.
Setelah itu, Zhuge
Liang menjadi murid Pendeta Tao, dan mulai mempelajari astronomi,
geografi, filsafat yin dan yang, trigram, dan seni perang. Zhuge Liang
adalah seorang yang cerdas, rajin, diberkahi dengan ingatan tajam, dan
sangat dicintai oleh gurunya.
Ketika berusia 17 tahun, tiba-tiba nasib Zhuge Liang berubah. Suatu
hari, ketika ia melewati sebuah biara sepi, angin mulai bertiup kencang,
hujan badai turun dengan sangat lebat.
Dia tidak punya pilihan selain
masuk ke biara untuk berlindung sampai badai berlalu. Sementara ia
berada di sana, seorang gadis muda menyambut dan mengundang Zhuge Liang
ke rumahnya untuk minum teh. Dia mengatakan bahwa orangtuanya telah
meninggal, dan tinggal sendirian di biara.
Gadis muda itu berusia 16 tahun. Dia sangat menarik dan tampak seperti
bidadari, dengan alis halus dan mata yang besar. Saat melihatnya, hati
Zhuge Liang berdebar-debar kegirangan.
Setelah hujan berhenti, ia bangkit untuk pergi. Gadis muda itu
tersenyum padanya, dan berkata: ".Jika Anda merasa haus dan lelah,
silakan datang kembali dan istirahat, minum teh dengan saya" Dalam
perjalanan pulang, Zhuge Liang merasa sedikit aneh, dan bertanya-tanya
mengapa sebelumnya dia tidak pernah melihat seseorang yang tinggal di
biara yang baru saja dia tinggalkan?
Setelah pertemuan pertama mereka, Zhuge Liang sering pergi ke biara
untuk berbicara, bercanda, dan bermain catur dengan gadis muda, semenjak
itu semuanya menjadi terganggu dan ia merasa lelah berguru dengan
Pendeta Tao.
Ia menjadi linglung, dan gagal menghafal sesuatu yang diajari Gurunya.
Saat membaca, ia tidak bisa menaruh perhatian pada tugas-tugasnya.
Ketika Gurunya mengajukan pertanyaan kepadanya, dia selalu memberikan
jawaban yang tidak relevan. Melihat masalah ini, Pendeta Tao mendesah
dan berkata kepadanya: "Lebih mudah untuk menghancurkan sebuah pohon
daripada memupuknya menjadi tumbuh subur. Tampaknya usaha saya selama
bertahun-tahun telah sia-sia! "
Pendeta Tao menunjuk ke sebuah pohon di halaman, dimana tanaman rambat
sudah melilitkan dahannya, dan berkata pada Zhuge Liang: "Apakah anda
tahu mengapa pohon itu diambang sekarat dan tidak dapat tumbuh dengan
baik"?
"Karena sedang dicekik oleh tanaman rambat!" Jawab Zhuge Liang.
"Ya! Pohon yang tumbuh di atas gunung yang penuh dengan batu dan hanya
ada sedikit tanah, memang sulit. Tapi jika pohon itu berasil mendorong
akarnya ke bawah, maka cabang-cabangnya bisa tumbuh ke atas, menjadi
lebih besar dan kuat. Namun, seberapapun akarnya berusaha menembus
tanah, ketika pohon itu dicekik oleh tanaman rambat, dia tidak dapat
tumbuh lagi. Oleh karena itulah kita mengatakan: "Pohon takut terjerat
oleh tanaman rambat yang lembut."
Zhuge Liang menyadari bahwa ia tidak bisa menyembunyikan rahasianya
dari Guru nya lagi, dan malu-malu bertanya: "Guru! Kau tahu situasi
saya? "
Pendeta Tao tersebut berkata: "Dia yang tinggal di dekat air tahu watak
si ikan, dan dia yang tinggal di dekat bukit tahu suara burung.
Memperhatikan Anda lebih dekat dan mengamati tindakan Anda, bagaimana
mungkin saya tidak tahu pikiran Anda? "
Pendeta Tao mengungkap identitas gadis muda yang sebenarnya.
Setelah terdiam beberapa saat, Pendeta Tao berkata dengan
sungguh-sungguh kepada Zhuge Liang: "Saya akan mengatakan yang
sebenarnya. Bahwa gadis muda yang Anda suka adalah bukan manusia.
Awalnya, dia adalah seekor burung angsa di Istana Surgawi, tapi dia
mencuri persik Ibu Ratu Surgawi dan memakannya.
Sebagai hukuman dia
diusir ke bumi, dan ia mengubah dirinya menjadi gadis cantik. Tapi dia
mempunyai sifat dungu, malas, dan penuh nafsu. Anda hanya memperhatikan
wajahnya yang cantik, tetapi Anda tidak tahu bahwa dia adalah unggas.
Jika Anda terus menjadi begitu bodoh, Anda tidak akan menjadi apa-apa
dalam hidup Anda! Suatu hari, jika Anda tidak mendengarkannya, dia akan
menyiksa Anda. "
Zhuge Liang terkejut, cepat-cepat dia bertanya pada gurunya apa yang harus ia lakukan.
Pendeta Tao berkata: " Angsa itu dengan teratur terbang ke Bima Sakti
pada tengah malam untuk mandi dengan wujud sebenarnya. Pada saat itu,
masuklah ke kamarnya dan bakar pakaiannya. Pakaian ini mereka curi dari
Istana Surgawi. Jika pakaiannya dibakar, ia tidak akan bisa berubah
menjadi manusia lagi. "
Kemudian Gurunya memberikan sebuah tongkat berkepala naga. "Ketika
angsa melihat biara terbakar, ia pasti segera terbang kembali dari Bima
Sakti. Ketika dia melihat Anda membakar pakaiannya, dia pasti tidak akan
membiarkan Anda pergi. Jika burung itu mencoba untuk menyakiti Anda,
Anda bisa memukulnya dengan tongkat ini. Anda harus ingat itu! "
Malam itu saat tengah malam, diam-diam Zhuge Liang pergi ke biara
tersebut. Seperti yang diharapkan, ia melihat pakaian gadis muda di atas
tempat tidur, ia segera menyalakan api.
Sementara angsa itu mandi di Bima Sakti, dan melihat api keluar dari
biara, angsa itu turun ke bumi dengan kecepatan kilat.
Saat melihat
Zhuge Liang membakar pakaiannya, angsa bergegas ke arahnya, berusaha
mematuk matanya. Dia segera mengangkat tongkatnya dan memukulnya jatuh
ke tanah. Dia meraih ekornya, tapi ia berjuang keras dan terbang
menjauh. Hanya tersisa bulu ekor saja di tangan Zhuge Liang.
Setelah itu, untuk mengingat pelajaran ini, Zhuge Liang membuat kipas
dari bulu angsa tersebut dan ia memegang di tangannya untuk mengingatkan
dirinya bahwa ia harus berhati-hati tentang segala sesuatu, terutama
hal-hal dengan penampilan luar yang menarik.
Ini adalah asal mula mengapa Zhuge Liang selalu memegang kipas bulu angsa di tangannya.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar