Apa yang Anda lakukan apabila menemukan
dompet orang lain? Bila didalamnya terdapat identitas, kita bisa
menghubungi pemilik dompet, atau menunggu sang pemilik datang mencari
lagi.
Hal ini sama seperti kalau kita juga ketinggalan dompet, kita pasti datang lagi
ke tempat yang sekiranya tadi kita lewati, berharap mendapatkan kembali
dompet kita yang hilang.
Sedikit perbuatan baik ini, kadang bisa membawa pahala tak terduga.
Pada dinasti Ming dimasa Jiajing, di kota Jiangsu Wujiang ada
seorang pria yang bernama Si Fu dan istrinya. Pasangan suami-istri ini mempunyai dua
mesin pembuat kain sutra, sehingga mereka mengandalkan mesin ini sebagai pendapatan mereka.
Pada suatu hari Si Fu dalam perjalanan pulang
setelah menjual sutra, ditengah perjalanan dia menemukan sebuah dompet
kecil yang didalamnya hanya ada sedikit uang. Didalam hatinya dia berpikir,
“Uang ini pasti pemiliknya pengusaha modal kecil dan seluruh keluarganya pasti
mengandalkan uang ini, jika uang ini hilang pasti mereka akan
menderita.”
Oleh sebab itu dia berhenti ditempat ini untuk menunggu pemiliknya datang
mencari, setelah seharian menunggu dan menahan lapar akhirnya pemiliknya
datang. Pemiliknya adalah seorang pemuda, setelah menyelidiki dan memastikan
dompet tersebut miliknya Si Fu mengembalikan kepadanya.
Pemuda ini
sangat berterima kasih, sehingga dia mengambil separuh dari uang tersebut
untuk diberikan kepada Si Fu sebagai imbalan. Tapi Si Fu menolak menerima uang itu, pemuda itu lalu
memberi buah dan mengundang Si Fu untuk makan, tetapi Si Fu tetap menolaknya. Setelah mengucapkan terima kasih, tanpa menyebut namanya Si Fu pun pergi.
Setelah sampai di rumah dia menceritakan hal ini kepada istrinya,
istrinya berkata, “Sungguh suatu perbuatan terpuji.” Suami istri ini bukan bahagia mendapatkan
dompet itu, tapi merasa bergembira karena dapat mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya.
Sejak saat itu, Si Fu setiap tahun memelihara ulat sutra selalu
mendapatkan untung, tetapi pada suatu tahun di kota mereka tidak ada
daun murbei untuk ulat sutranya. Beberapa penduduk kota mereka
berunding untuk naik perahu, menyeberangi danau ke kota lain untuk membeli daun
murbei.
Ketika mereka sedang berada dalam perahu dan belum sampai ke tempat tujuan, hari
telah mulai gelap. Mereka lalu mencari pantai terdekat untuk berhenti dan
memasak makan malam. Si Fu naik ke daratan untuk mencari kayu bakar,
dalam perjalanannya dia bertemu dengan pemuda yang dahulu kehilangan
dompetnya.
Pemuda yang bernama Zhu En itu memanggil Si Fu, mereka berdua lalu mengobrol. Si Fu berkata, “Karena kami kekurangan daun Murbei, maka harus pergi mencari ke kota lain.”
Pemuda yang bernama Zhu En itu memanggil Si Fu, mereka berdua lalu mengobrol. Si Fu berkata, “Karena kami kekurangan daun Murbei, maka harus pergi mencari ke kota lain.”
Zhu En berkata, “Daun murbei di taman saya sangat
banyak, tidak habis dipakai sendiri, jika Abang mau ambil saja, murbei
ini sepertinya memang tumbuh untuk abang. Dan pertemuan kita berdua juga
memang sudah takdir.” Mereka berdua akhirnya seperti dua bersaudara.
Istri Zhu En menyediakan makan malam untuk menjamu penolong mereka, dia
bermaksud untuk memotong ayam sebagai lauk, tetapi Si Fu berkata,
“Makan sayur saja sudah cukup, jangan membunuh ayam tersebut !” Si Fu
melarang istri Zhu En memotong ayam.
Zhu En menyiapkan tempat tidur bagi Si Fu bermalam dengan membuka pintu
rumahnya sebagai papan tempat tidur dengan disanggah oleh dua buah
kursi. Pada malam hari, tiba-tiba Si Fu mendengar suara ayam yang menjerit. Oleh
sebab itu dia bergegas bangun untuk melihat apa yang terjadi, begitu dia
bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar dia mendengar suara yang
sangat keras, seperti suara benda keras yang terjatuh.
Zhu En terbangun
mendengar suara keras itu, dia bergegas memasang lampu dan dia melihat pintu yang
dibuat tempat tidur untuk Si Fu telah hancur, kursi berserakan, rupanya
ada lemari besar tua setinggi langit-langit yang ternyata kakinya rapuh
jatuh menimpa tempat tidur tersebut.
Si Fu menyuruh mereka jangan memotong ayam tersebut, akhirnya ayam tersebut yang membalas budi untuk menyelamatkan nyawanya.
Sejak saat itu, Si Fu dan istrinya semakin giat membantu orang lain dan
beramal, perbuatan apa saja yang bisa membantu orang lain pasti mereka
lakukan. Tidak sampai 10 tahun usaha mereka semakin maju, mereka semakin
kaya dan semakin banyak membantu orang lain.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar