Ada
dua sumber air yang digunakan oleh orang kuno. Pertama adalah air yang
berasal dari tanah. Umumnya orang kuno memanfaatkan air alam seperti air
sumur, air sungai, atau mata air.
Kedua adalah air dari langit,
misalnya air hujan, embun, atau di negara empat musim berasal dari hujan
es atau air dari salju.
Di daerah pegunungan
tinggi, seperti di propinsi Xin Jiang, Tiongkok, penduduk setempat
menggunakan air salju dari gunung Diansan yang mengalir turun dan
ditampung ke dalam sumur yang telah dipersiapkan. Ini merupakan air
alami.
Berbeda dengan air leding yang digunakan di masa kini. Air ini
berasal dari waduk yang diolah dan disteriliasasi melalui berbagai cara.
Air semacam ini tentu bukan air alami lagi. Oleh sebab itu, air yang
digunakan untuk memasak obat ramuan herbal saat ini sudah tidak sama
dengan air alami pada jaman dahulu.
Selain
dua sumber air diatas, orang kuno juga memanfaatkan air yang ditampung
dari hasil curah hujan yang deras mendadak. Dalam pengobatan tradisional
Tiongkok air semacam ini disebut “Liao Shui”(air hujan mendadak).
Keunggulan dari air jenis ini yakni memiliki rasa yang lebih hambar dan
tidak bersifat memperberatkan unsur “lembab” pada penyakit, serta
bermanfaat untuk menghilangkan “panas dalam.”
Misalnya untuk mengatasi
air seni yang kuning, panas, dan bervolume sedikit. Dalam pengobatan
tradisional Tiongkok air seni semacam ini dikategorikan memiliki unsur
“lembab panas,” maka menggunakan air hujan mendadak tersebut dapat
memperbanyak dan memperlancar air seni.
Mungkin kita pernah menonton film serial dari Korea Selatan yang berjudul "The Way of Medicine" atau "Hur Jun." Ketika
aktor utama Hur Jun berguru pada seorang tabib ternama, sang guru
memintanya untuk menimba air.
Ketika sang guru mengetahui air yang
diberikan padanya bukan air yang ia minta, lantas ia menyiramkan air
tersebut ke tubuh si aktor sambil berkata, air ini tidak dapat digunakan
untuk obat. Tabib zaman dahulu sangat mengutamakan pemilihan air untuk
memasak obat saat melakukan pengobatan. Mereka tidak bersedia
menggunakan air yang tidak benar atau tidak bagus.
Mungkin
ada yang bertanya, saat ini pencemaran terjadi dimana-mana, apakah air
yang kita minum dapat memengaruhi kesehatan tubuh? Sebenarnya saat ini
hampir semua sumber air telah terkontaminasi.
Bukan hanya air hujan yang
terkontaminasi, bahkan mungkin air leding terkontaminasi lebih besar.
Karena air leding menggunakan klorin (kaporit) untuk sterilisasi. Air
hujan lebat mungkin tidak begitu terkontaminasi, namun jangan lupa
kadangkala kita juga menjumpai hujan asam. Air hujan jenis ini tidak
dapat dikonsumsi.
Menurut catatan
literatur kuno:, “Suami istri yang masing-masing meneguk satu gelas air
hujan yang turun di awal musim semi, kemudian bersetubuh, akan mudah
mendapatkan anak.” Tentu saja ini juga berkaitan dengan takdir mereka. (Sinshe Hu Naiwen)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar