Kisah nyata ini terjadi pada beberapa bulan lalu di Jepang, Negeri Bunga Sakura yang saat itu sedang terjadi perubahan cuaca yang cukup ekstrim. Badai
salju menyerang Jepang Utara beberapa hari ini. Di balik peristiwa
tersebut, sebuah peristiwa menyedihkan terjadi.
Apa yang terjadi di Jepang ini adalah bukti cinta seorang ayah untuk
putrinya. Ayah ini bahkan rela kehilangan nyawanya demi melindungi sang
putrinya dari badai salju.
Seorang nelayan bernama Mikio Okada berusia 23 tahun di Pulau Hokkaido ditemukan tewas
membeku karena telah melindungi putrinya yang bernama Natsune. Sang ayah
melindungi putrinya yang masih berusia 9 tahun dari dari terpaan angin dingin dengan kecepatan 109 km per jam yang membuat suhu udara anjlok ke angka minus enam derajat celsius.
Saat badai salju dingin itu datang, Mikio Okada dengan Natsune sedang berada dalam
perjalanan pulang ke rumah setelah Okada menjemput putrinya dari sekolah pada pukul 16.00 waktu setempat.
Okada sempat menelepon keluarganya dan mengabarkan bahwa mobilnya terjebak salju
yang cukup tebal. Dia mengatakan, dirinya bersama Natsune akan berjalan
menuju rumah.
Keduanya ditemukan hanya 300 meter dari lokasi mobil Okada yang terjebak salju pada pukul 07.00, Minggu (3/3/2013) pagi.
Karena mereka berdua tidak kunjung sampai ke rumah, keluarga mereka
meminta bantuan tim penyelamat. Saat ditemukan, Mikio dinyatakan telah
kehilangan nyawa dan membeku dalam kondisi sedang memeluk putrinya.
Dia menggunakan tubuhnya dan tembok sebuah bangunan untuk melindungi
putrinya itu. Okada bahkan melepas jaketnya dan memberikan jaket itu
kepada putrinya. Natsune langsung dilarikan ke rumah sakit.
Surat kabar Jepang menyatakan bahwa kondisi Natsune baik-baik saja walaupun harus di rawat di rumah sakit. Saat berita ini di turunkan huffingtonpost, kondisi Natsune sudah lebih baik.
Dengan meninggalkan sang ayah, Natsune telah menjadi yatim piatu. Dua
tahun lalu ibunya meninggal, sehingga sosok ayahnya sangat berarti.
Para tetangga mengatakan bahwa Mikio merupakan ayah yang sangat baik dan
penyayang. Nelayan itu rela terlambat bekerja demi dapat menikmati
sarapan bersama dengan putrinya.
Yang lebih mengiris hati, Mikio meniggal tepat pada Hari Anak
Perempuan. Di Jepang, perayaan ini sangat ditunggu tunggu. Setiap rumah
yang memiliki anak perempuan akan menyusun boneka-boneka di dalam rumah.
Bahkan, Mikio sudah memesan kue untuk merayakan Hari Anak Perempuan
bersama dengan putrinya.
Kisah ini tentu membuat hati anda merasa sedih. Dari kisah ini
menggambarkan bahwa sebanyak apapun berita negatif tentang orang tua dan
anak, masih banyak orang tua yang bersedia kehilangan nyawa untuk
melindungi buah hatinya agar anaknya tersebut dapat hidup bahagia.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar