Alkisah ada dua orang kakak beradik yang hidup di sebuah desa. Mereka hidup rukun berdampingan, bahu-membahu dalam usaha pertaniannya. Namun, kini mereka jatuh ke dalam pertengkaran hebat.
Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele. Kemudian berubah menjadi perdebatan yang besar. Dan akhirnya mereka saling berdiam diri tak tegur-sapa.
Suatu pagi, seorang tukang kayu mengetuk rumah sang kakak. "Maaf tuan, saya sedang mencari pekerjaan." Kata pria itu ramah.
"Oh iya! Kamu datang di saat yang tepat. Kau lihat ladang di seberang sungai sana? Itu adalah rumah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Aku tidak terima dan aku akan membalasnya.
Di situ ada gundukkan kayu. Aku ingin kau buat pagar setinggi 10 meter agar aku tidak lagi melihat rumahnya. Aku ingin melupakannya."
Kata tukang kayu, "baik. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan senang." Kemudian sang kakak pergi membeli kebutuhan tukang kayu itu.
Si tukang kayu bekerja sangat keras. Hingga sore hari, ketika sang kakak kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Namun sang kakak begitu kaget karena tak ada satupun pagar yang berdiri. Yang ada hanya jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladangnya dengan ladang adiknya. Jembatan itu begitu indah.
Dari seberang sana, terlihat sang adik berjalan menaiki jembatan itu menghampiri sang kakak. "Kakak, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. MAAFkan aku." Kata sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Satu PERSAUDARAAN tidak akan bisa Terpisah oleh apapun apalagi“ SUNGAI “ Ingat kita ini MANUSIA punya AKAL Pikiran dan Berbudi.
Dimulai dari kesalahpahaman yang sepele. Kemudian berubah menjadi perdebatan yang besar. Dan akhirnya mereka saling berdiam diri tak tegur-sapa.
Suatu pagi, seorang tukang kayu mengetuk rumah sang kakak. "Maaf tuan, saya sedang mencari pekerjaan." Kata pria itu ramah.
"Oh iya! Kamu datang di saat yang tepat. Kau lihat ladang di seberang sungai sana? Itu adalah rumah adikku. Minggu lalu ia mengeruk bendungan dengan buldozer lalu mengalirkan airnya ke tengah padang rumput itu sehingga menjadi sungai yang memisahkan tanah kami. Aku tidak terima dan aku akan membalasnya.
Di situ ada gundukkan kayu. Aku ingin kau buat pagar setinggi 10 meter agar aku tidak lagi melihat rumahnya. Aku ingin melupakannya."
Kata tukang kayu, "baik. Belikan saya paku dan peralatan. Akan saya kerjakan sesuatu yang bisa membuat tuan senang." Kemudian sang kakak pergi membeli kebutuhan tukang kayu itu.
Si tukang kayu bekerja sangat keras. Hingga sore hari, ketika sang kakak kembali, tukang kayu itu baru saja menyelesaikan pekerjaannya.
Namun sang kakak begitu kaget karena tak ada satupun pagar yang berdiri. Yang ada hanya jembatan melintasi sungai yang menghubungkan ladangnya dengan ladang adiknya. Jembatan itu begitu indah.
Dari seberang sana, terlihat sang adik berjalan menaiki jembatan itu menghampiri sang kakak. "Kakak, kau sungguh baik hati mau membuatkan jembatan ini. Padahal sikap dan ucapanku telah menyakiti hatimu. MAAFkan aku." Kata sang adik pada kakaknya.
Dua bersaudara itu pun bertemu di tengah-tengah jembatan, saling berjabat tangan dan berpelukan. Satu PERSAUDARAAN tidak akan bisa Terpisah oleh apapun apalagi“ SUNGAI “ Ingat kita ini MANUSIA punya AKAL Pikiran dan Berbudi.
Tidak ada komentar:
Write komentar