Li Jing ( 李靖 ) 571-649, alias Yao Shi, berasal dari Han Yongzhou Sanyuan (Kabupaten
Sanyuan, Provinsi Shanxi, Timur Laut Tiongkok kini).
Ia seorang Jenderal di zaman akhir Dinasti Sui dan awal Dinasti Tang, lahir di keluarga pejabat aristokrat, juga adalah seorang ahli strategi militer terkenal yang mumpuni dalam ilmu sastra dan militer, juga mempunyai julukan, “Dewa Militer Dinasti Tang Agung”.
Kemudian ia dianugerahi sebagai Wei Guo Gong, atau rakyat kecil memanggilnya Li Wei Gong ( Pelindung negara bermarga Li).
Kakeknya bernama Li Chongyi pernah menjabat sebagai penguasa Yinzhou (daerah sekitar Kabupaten Long Yao, Provinsi Hebei sekarang) dimasa Dinasti Wei Utara (abad ke-5). Ayahnya Li Quan menjabat sebagai Walikota Zhao Jun (suatu daerah di Provinsi Hebei sekarang) pada Dinasti Sui. Kakaknya bernama Li Duan dan pamannya Han Qinhu juga dikenal sebagai jenderal kenamaan di zaman Dinasti Sui.
Li Jing sejak kecil sudah melahap segala jenis buku, terutama strategi perang. Ia piawai dan cerdik dalam penggunaan strategi militer dan menulis banyak buku militer, antara lain Li Jing Liu Jun Jing (Cermin Pasukan ke-6 Li Jing).
Kebanyakan karya tulisnya sudah tak terwariskan. Generasi sesudahnya menyusun buku Tanya jawab Antara Kaisar Tang Taizong dan Li Weigong, buku tersebut termasuk dalam Wu Jing Qi Shu (Tujuh Kitab Pedoman Kemiliteran) pada zaman Song Utara (960-1127), merupakan karya tulis yang mewakili kemiliteran zaman dulu.
Li Jing awalnya adalah pejabat Dinasti Sui, ketika Li Yuan (pendiri Dinasti Tang) mengangkat senjata di Kota Tai Yuan, telah berhasil menawan Li Jing yang seharusnya dihukum mati. Tapi berkat upaya keras Tai Zong (salah seorang putra Li Yuan yang kelak menjadi kaisar agung Tang Taizong) yang mengagumi kepandaiannya, akhirnya ia terbebas dari hukuman mati.
Setelah Tai Zong berkuasa, ia menempatkan Li Jing pada posisi penting, dan Li Jing juga sangat setia dan mengabdi dengan sungguh hati. Ia berjasa sangat besar dalam aksinya meredakan kekacauan di perbatasan utara, membuat suku-suku Nomaden Tu Jue dan Tu Gu-hun tunduk pada Dinasti Tang.
Selain jasa Li Jing dalam meredakan daerah Ling Nan (Provinsi Guangdong, Guangxi dan Hainan di Tiongkok selatan), mengamankan Jiang Nan (wilayah selatan Sungai Yangtse), memusnahkan Tu Jue dan menundukkan Tu Guhun, juga kepribadiannya sebagai seorang manusia, jenderal, panglima dan pejabat tinggi telah memanifestasikan keistimewaan dari kebudayaan tradisional.
Di bidang kemiliteran, ia menciptakan strategi baru dalam perang darat, perang laut, perang formasi, perang kavaleri dan perang gurun pasir, selamanya tidak pernah mengalami kegagalan.
Dalam pentas politik, ia tidak membentuk klik demi kepentingan pribadi, sepenuhnya bekerjasama, tahu kapan harus maju dan harus mundur serta sangat memperhatikan keluhan rakyat. Ia merampingkan bidang militer dan politik, menggalakkan perdagangan dan telah memberikan banyak sekali usulan yang bermanfaat bagi kemakmuran zaman.
Pada tahun 760, Kaisar Tang Xiaozong (memerintah pada 711-762) menobatkan nama Li Jing sebagai salah satu dari 10 Jenderal ternama dalam sejarah, serta patungnya berhak ditempatkan di Kuil Wu Cheng Wang (Kuil Jiang Taikung, Jiang Taikung, penasehat 6 raja Dinasti Zhou, 1156-1017 SM hidup hingga 139 tahun).
Su Dingfang, muridnya dan Sun Pei, cucu murid, telah menguasai seluruh ilmu yang ia wariskan. Tiga jenderal terkenal dari murid hingga cucu murid ini, telah menciptakan mitos kemiliteran Tiongkok zaman dulu, yang berprestasi tidak pernah kalah.
Di bulan pertama tahun 631, disaat hawa dingin menusuk tulang, Li Jing memimpin 3.000 pasukan elit berkuda, menempuh cuaca musim dingin. Berangkat dari Ma Yi (Kabupaten Shuo, Provinsi Shanxi kini), bergerak maju menuju Bukit E Yang. Ji Li Khan (latin: Ilig-qayan) dari Tu Jie Timur sama sekali tidak menyangka bahwa pasukan Tang bisa datang mendadak.
Para prajurit dan jenderal pun saling berpandangan, semuanya merasa terkejut dan gentar. Mereka memastikan: Jika pasukan Tang tidak datang dengan segenap kekuatan militer, Li Jing pasti tidak akan menerobos ke pedalaman dengan pasukan tunggal, maka itu terjadilah “Beberapa Kejutan Dalam Satu Hari”.
Setelah Li Jing mengetahui informasi ini, ia memberikan perintah rahasia kepada mata-matanya untuk mengadu-domba orang kepercayaan Khan. Salah seorang kepercayaan Khan bernama Kang Sumi datang menyerah.
Li Jing secepat kilat menyerang Kota Ding Xiang, di bawah perlindungan kegelapan malam hari, berhasil menyerang masuk ke dalam kota, menawan Yang Zhengdao, putra Raja Qi dari Dinasti Sui serta Permaisuri Xiao istri Kaisar Yuan Yang (kala itu penguasa Dinasti Sui yang sudah musnah bergabung dengan kubu Tujue Timur). Ji Li Khan (Ilig-qayan) dengan panik melarikan diri menuju utara.
Karena jasa kemiliterannya itu Li Jing dianugerahi gelar sebagai Dai Guogong (duta negara), diberi hadiah 600 pikul kain sutera, kuda ternama, perhiasan dan lain sebagainya. Dengan sangat gembira Tai Zong berkata kepada menteri-menteri yang lain, “Li Jing dengan 5.000 pasukan menerobos gurun maut untuk menaklukkan suku nomaden secara mendadak, jasanya bisa tercatat dalam kitab sutra. Dengan hanya memimpin 3.000 prajurit kavaleri, menumpas musuh dan merebut Kota Ding Xiang, benar-benar kejadian yang langka, cukup untuk membersihkan rasa malu saya ketika bertempur di Wei Shui!”
Ilig-qayan berada dalam situasi yang terpojok, karena itu ia mengutus Zhishi Sili pergi ke Istana Tang untuk memohon pengampunan, perdamaian dan siap masuk ke istana (sebagai sandera).
Sebenarnya di dalam hati Ilig-qayan masih terbersit keraguan, ia masih berniat mengulur atau mendapatkan waktu untuk bernapas, menantikan ketika musim semi tiba akan melarikan diri lagi ke sebelah utara gurun pasir, mempersiapkan diri dan merekrut orang-orang Nomaden untuk kembali menyerang. Tang Taizong mengutus utusan bernama Hong Lu-qing dan Tang Jian pergi ke Ilig-qayan untuk memenuhi tuntutan Tang, dan menitahkan Li Jing menyambut Ilig-qayan masuk ke istana.
Tetapi setelah Li Jing memimpin pasukan tiba di Baidao, berkonsultasi strategi dengan Li Ji dan mengatakan: Ilig-qayan walaupun kalah, tetapi pengikutnya masih banyak, jika mengambil jalan Qi Bei, berlindung pada Suku Jiu Xing, perjalanannya sangat jauh dan sulit untuk dikejar.
Kini ada 2 utusan kaisar berada di tempatnya, ia dipastikan lengah, jika merekrut 10.000 pasukan elit kavaleri, berbekal rangsum selama 20 hari untuk menyerang, tidak perlu bertempur akan bisa menawannya.” Selesai mengambil keputusan, ia lalu memimpin pasukan berangkat malam itu juga, Li Ji menyusul di belakangnya.
Li Jing memimpin pasukan bergerak sampai ke Yin Shan, memergoki Suku Tu Jue sedang membongkar ribuan tenda, sekali menyerang semuanya tertawan, dan ia memerintahkan tawanan bergerak maju bersama tentara Tang. Saat itu, Ilig-qayan sedang menemui utusan Tang dan benar saja ia mengendurkan kewaspadaan.
Su Dingfang sebagai pasukan perintis Li Jing memimpin 200 lebih pasukan berkuda di bawah perlindungan kabut tebal, diam-diam bergerak maju, sampai berjarak kira-kira 7 Li (3,5 km) dari tenda utama baru ketahuan oleh pihak musuh. Bagaikan sekawanan burung yang dikejutkan oleh suara busur, dengan panik Ilig-qayan melarikan diri dengan menunggang kuda, pasukan Tu Jue pun berhamburan menyelamatkan diri.
Pasukan induk Li Jing menyusul tiba, menewaskan 10.000 orang lebih dan menawan puluhan ribu musuh, menangkap ratusan ribu ekor sapi dan kambing, dan dalam pertempuran itu Putri Yi Cheng dari Dinasti Sui terbunuh. Ilig-qayan memimpin sisa puluhan ribu prajuritnya hendak melewati gurun pasir di sebelah utara, tapi dihadang oleh Li Ji di Ji Gou, maka gagal ke utara, kepala suku utama pun memimpin anak buahnya untuk menyerah.
Tidak lama setelah itu, Ilig-qayan tertangkap oleh Li Daozong yang bertanggung jawab sebagai pengurus utama pasukan induk dan para tawanan dikirim ke ibukota. Sejak saat itu kerajaan Tu Jie Timur dinyatakan musnah. (Yun Zhongjun)
Ia seorang Jenderal di zaman akhir Dinasti Sui dan awal Dinasti Tang, lahir di keluarga pejabat aristokrat, juga adalah seorang ahli strategi militer terkenal yang mumpuni dalam ilmu sastra dan militer, juga mempunyai julukan, “Dewa Militer Dinasti Tang Agung”.
Kemudian ia dianugerahi sebagai Wei Guo Gong, atau rakyat kecil memanggilnya Li Wei Gong ( Pelindung negara bermarga Li).
Kakeknya bernama Li Chongyi pernah menjabat sebagai penguasa Yinzhou (daerah sekitar Kabupaten Long Yao, Provinsi Hebei sekarang) dimasa Dinasti Wei Utara (abad ke-5). Ayahnya Li Quan menjabat sebagai Walikota Zhao Jun (suatu daerah di Provinsi Hebei sekarang) pada Dinasti Sui. Kakaknya bernama Li Duan dan pamannya Han Qinhu juga dikenal sebagai jenderal kenamaan di zaman Dinasti Sui.
Li Jing sejak kecil sudah melahap segala jenis buku, terutama strategi perang. Ia piawai dan cerdik dalam penggunaan strategi militer dan menulis banyak buku militer, antara lain Li Jing Liu Jun Jing (Cermin Pasukan ke-6 Li Jing).
Kebanyakan karya tulisnya sudah tak terwariskan. Generasi sesudahnya menyusun buku Tanya jawab Antara Kaisar Tang Taizong dan Li Weigong, buku tersebut termasuk dalam Wu Jing Qi Shu (Tujuh Kitab Pedoman Kemiliteran) pada zaman Song Utara (960-1127), merupakan karya tulis yang mewakili kemiliteran zaman dulu.
Li Jing awalnya adalah pejabat Dinasti Sui, ketika Li Yuan (pendiri Dinasti Tang) mengangkat senjata di Kota Tai Yuan, telah berhasil menawan Li Jing yang seharusnya dihukum mati. Tapi berkat upaya keras Tai Zong (salah seorang putra Li Yuan yang kelak menjadi kaisar agung Tang Taizong) yang mengagumi kepandaiannya, akhirnya ia terbebas dari hukuman mati.
Setelah Tai Zong berkuasa, ia menempatkan Li Jing pada posisi penting, dan Li Jing juga sangat setia dan mengabdi dengan sungguh hati. Ia berjasa sangat besar dalam aksinya meredakan kekacauan di perbatasan utara, membuat suku-suku Nomaden Tu Jue dan Tu Gu-hun tunduk pada Dinasti Tang.
Selain jasa Li Jing dalam meredakan daerah Ling Nan (Provinsi Guangdong, Guangxi dan Hainan di Tiongkok selatan), mengamankan Jiang Nan (wilayah selatan Sungai Yangtse), memusnahkan Tu Jue dan menundukkan Tu Guhun, juga kepribadiannya sebagai seorang manusia, jenderal, panglima dan pejabat tinggi telah memanifestasikan keistimewaan dari kebudayaan tradisional.
Di bidang kemiliteran, ia menciptakan strategi baru dalam perang darat, perang laut, perang formasi, perang kavaleri dan perang gurun pasir, selamanya tidak pernah mengalami kegagalan.
Dalam pentas politik, ia tidak membentuk klik demi kepentingan pribadi, sepenuhnya bekerjasama, tahu kapan harus maju dan harus mundur serta sangat memperhatikan keluhan rakyat. Ia merampingkan bidang militer dan politik, menggalakkan perdagangan dan telah memberikan banyak sekali usulan yang bermanfaat bagi kemakmuran zaman.
Pada tahun 760, Kaisar Tang Xiaozong (memerintah pada 711-762) menobatkan nama Li Jing sebagai salah satu dari 10 Jenderal ternama dalam sejarah, serta patungnya berhak ditempatkan di Kuil Wu Cheng Wang (Kuil Jiang Taikung, Jiang Taikung, penasehat 6 raja Dinasti Zhou, 1156-1017 SM hidup hingga 139 tahun).
Su Dingfang, muridnya dan Sun Pei, cucu murid, telah menguasai seluruh ilmu yang ia wariskan. Tiga jenderal terkenal dari murid hingga cucu murid ini, telah menciptakan mitos kemiliteran Tiongkok zaman dulu, yang berprestasi tidak pernah kalah.
Di bulan pertama tahun 631, disaat hawa dingin menusuk tulang, Li Jing memimpin 3.000 pasukan elit berkuda, menempuh cuaca musim dingin. Berangkat dari Ma Yi (Kabupaten Shuo, Provinsi Shanxi kini), bergerak maju menuju Bukit E Yang. Ji Li Khan (latin: Ilig-qayan) dari Tu Jie Timur sama sekali tidak menyangka bahwa pasukan Tang bisa datang mendadak.
Para prajurit dan jenderal pun saling berpandangan, semuanya merasa terkejut dan gentar. Mereka memastikan: Jika pasukan Tang tidak datang dengan segenap kekuatan militer, Li Jing pasti tidak akan menerobos ke pedalaman dengan pasukan tunggal, maka itu terjadilah “Beberapa Kejutan Dalam Satu Hari”.
Setelah Li Jing mengetahui informasi ini, ia memberikan perintah rahasia kepada mata-matanya untuk mengadu-domba orang kepercayaan Khan. Salah seorang kepercayaan Khan bernama Kang Sumi datang menyerah.
Li Jing secepat kilat menyerang Kota Ding Xiang, di bawah perlindungan kegelapan malam hari, berhasil menyerang masuk ke dalam kota, menawan Yang Zhengdao, putra Raja Qi dari Dinasti Sui serta Permaisuri Xiao istri Kaisar Yuan Yang (kala itu penguasa Dinasti Sui yang sudah musnah bergabung dengan kubu Tujue Timur). Ji Li Khan (Ilig-qayan) dengan panik melarikan diri menuju utara.
Karena jasa kemiliterannya itu Li Jing dianugerahi gelar sebagai Dai Guogong (duta negara), diberi hadiah 600 pikul kain sutera, kuda ternama, perhiasan dan lain sebagainya. Dengan sangat gembira Tai Zong berkata kepada menteri-menteri yang lain, “Li Jing dengan 5.000 pasukan menerobos gurun maut untuk menaklukkan suku nomaden secara mendadak, jasanya bisa tercatat dalam kitab sutra. Dengan hanya memimpin 3.000 prajurit kavaleri, menumpas musuh dan merebut Kota Ding Xiang, benar-benar kejadian yang langka, cukup untuk membersihkan rasa malu saya ketika bertempur di Wei Shui!”
Ilig-qayan berada dalam situasi yang terpojok, karena itu ia mengutus Zhishi Sili pergi ke Istana Tang untuk memohon pengampunan, perdamaian dan siap masuk ke istana (sebagai sandera).
Sebenarnya di dalam hati Ilig-qayan masih terbersit keraguan, ia masih berniat mengulur atau mendapatkan waktu untuk bernapas, menantikan ketika musim semi tiba akan melarikan diri lagi ke sebelah utara gurun pasir, mempersiapkan diri dan merekrut orang-orang Nomaden untuk kembali menyerang. Tang Taizong mengutus utusan bernama Hong Lu-qing dan Tang Jian pergi ke Ilig-qayan untuk memenuhi tuntutan Tang, dan menitahkan Li Jing menyambut Ilig-qayan masuk ke istana.
Tetapi setelah Li Jing memimpin pasukan tiba di Baidao, berkonsultasi strategi dengan Li Ji dan mengatakan: Ilig-qayan walaupun kalah, tetapi pengikutnya masih banyak, jika mengambil jalan Qi Bei, berlindung pada Suku Jiu Xing, perjalanannya sangat jauh dan sulit untuk dikejar.
Kini ada 2 utusan kaisar berada di tempatnya, ia dipastikan lengah, jika merekrut 10.000 pasukan elit kavaleri, berbekal rangsum selama 20 hari untuk menyerang, tidak perlu bertempur akan bisa menawannya.” Selesai mengambil keputusan, ia lalu memimpin pasukan berangkat malam itu juga, Li Ji menyusul di belakangnya.
Li Jing memimpin pasukan bergerak sampai ke Yin Shan, memergoki Suku Tu Jue sedang membongkar ribuan tenda, sekali menyerang semuanya tertawan, dan ia memerintahkan tawanan bergerak maju bersama tentara Tang. Saat itu, Ilig-qayan sedang menemui utusan Tang dan benar saja ia mengendurkan kewaspadaan.
Su Dingfang sebagai pasukan perintis Li Jing memimpin 200 lebih pasukan berkuda di bawah perlindungan kabut tebal, diam-diam bergerak maju, sampai berjarak kira-kira 7 Li (3,5 km) dari tenda utama baru ketahuan oleh pihak musuh. Bagaikan sekawanan burung yang dikejutkan oleh suara busur, dengan panik Ilig-qayan melarikan diri dengan menunggang kuda, pasukan Tu Jue pun berhamburan menyelamatkan diri.
Pasukan induk Li Jing menyusul tiba, menewaskan 10.000 orang lebih dan menawan puluhan ribu musuh, menangkap ratusan ribu ekor sapi dan kambing, dan dalam pertempuran itu Putri Yi Cheng dari Dinasti Sui terbunuh. Ilig-qayan memimpin sisa puluhan ribu prajuritnya hendak melewati gurun pasir di sebelah utara, tapi dihadang oleh Li Ji di Ji Gou, maka gagal ke utara, kepala suku utama pun memimpin anak buahnya untuk menyerah.
Tidak lama setelah itu, Ilig-qayan tertangkap oleh Li Daozong yang bertanggung jawab sebagai pengurus utama pasukan induk dan para tawanan dikirim ke ibukota. Sejak saat itu kerajaan Tu Jie Timur dinyatakan musnah. (Yun Zhongjun)
Tidak ada komentar:
Write komentar