|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Rabu, 11 September 2013

Kenyataan Kejam Dibalik Pengambilan Empedu Beruang Bag. 2

 

Menentang berbuat kejam terhadap hewan, dasar titik tolaknya adalah menyayangi jenis kehidupan yang telah tercipta sekian miliaran tahun oleh jagad raya dan melindungi keseimbangan ekologi yang pada akhirnya adalah melindungi kehidupan umat manusia itu sendiri. 
Selain didasari pertimbangan manfaatnya, juga atas perasaan simpati dan belas kasih manusia.
Perasaan tersebut toh pada akhirnya juga akan melindungi manusia sendiri. Manusia yang kejam terhadap hewan, mutlak diragukan apakah orang tersebut memiliki belas kasih terhadap sesama manusia, ini adalah sebuah logika, juga  suatu kenyataan dalam pengalaman kehidupan manusia. Oleh karena itu melindungi hewan terhindar dari tindakan brutal, berarti juga melindungi kita sendiri agar terhindar dari kekejaman.
Sekarang ini bermacam-macam tragedi manusia yang mengguncangkan hati kerap bermunculan di Tiongkok, itu bukan terbentuk dalam satu hari. Memboikot pengambilan cairan empedu Beruang hidup, adalah melindungi hati nurani kita sendiri.
Untuk menjerat beruang di alam liar, para pemburu beruang akan memangsa berbagai macam perangkap. Setelah beruang terjerat, kemungkinan besar empat buah telapaknya akan dipotong untuk dijual. 
Ada pula sebagian beruang yang tertangkap lalu ditempatkan di dalam kandang yang berukuran sangat kecil, beruang-beruang ini bahkan akan lebih menderita, mereka disiksa secara kejam diluar batas kemanusiaan.
Dalam proses pengambilan cairan empedu maka pada bagian perut beruang dibuat sebuah lubang yang akan dipasangkan sebuah pipa menembus empedu sehingga cairan empedu beruang dapat menetes keluar pipa tersebut; setiap hari setetes demi setetes selama kurang lebih 25 tahun. 

Dalam proses pemasangan pipa, darah segar menetes dari tubuh beruang, rasa sakit yang dirasakan beruang tersebut sungguh sulit dibayangkan, beruang meraung keras sambil meronta kesakitan; suaranya terdengar sangat memilukan dan mengiris hati.

Seluruh proses dilakukan tanpa menggunakan obat bius dengan tujuan untuk menghemat biaya. Rasa sakitnya sungguh luar biasa, para beruang bahkan tidak dapat menahan rasa sakit tersebut hingga mereka ingin bunuh diri dengan cara merobek perut mereka sendiri; akan tetapi manusia dengan akal liciknya memakaikan sebuah jubah besi yang membuat mereka sulit untuk bergerak sehingga tindakan bunuh diri pun tidak bisa dilakukan.

Kisah Nyata

Saya diminta seorang teman untuk menjaga "Villa Beruang" selama beberapa hari, villa ini terletak di sebuah desa terpencil dari kaki gunung di sebelah barat laut kota X. Villa milik teman saya ini berfungsi sebagai peternakan beruang. 

Pada hari itu, ketika malam hampir menjelang fajar, entah mengapa saya belum juga bisa tertidur. Saya mendengar hembusan angin pegunungan, seolah sedang menghantarkan suara seseorang yang sedang menjerit dalam kesedihan, kesakitan dan putus asa. 

Tak lama kemudian terdengar suara seperti ada orang yang berjalan di depan pintu kamar saya disertai degan suara nafas yang berat. Saya bergegas berdiri dan menghidupkan lampu. "Siapa yang d luar?" Sunyi. Tidak ada yang menjawab. 

Kemudian saya mengambil sebuah sapu lalu membuka pintu dengan perlahan. Ternyata seekor anak beruang sedang meringkuk di depan pintu. Tubuhnya gempal dan bulu badannya tampak halus serta masih kemerahan. Beruang kecil itu tampak sangat ketakutan. 

Tubuhnya bergetar hebat, ia menatap saya kemudian saya memanggilnya dengan suara selembut mungkin, "Beruang kecil, kemarilah" kataku sambil membuka kedua tangan saya seolah hendak menyambutnya ke pelukan saya. 

Sesaat ia terlihat ragu, namun tak lama kemudian ia pun merangkak terseok-seok, perlahan menghampiri saya, kemudian ia meletakkan telapak kecil di tangan saya lalu degan lidahnya yang hangat ia mulai menjilati tangan saya. Tindakannya membuat hati saya tersentuh.

Beberapa saat kemudian terdengar keributan dari arah luar, beruang kecil kembali tampak ketakutan, ia segera berlari dan bersembunyi di bawah ranjang. Lalu terdengar sebuah ketukan pintu dan saya membuka pintu dan bertanya, "ada apa?". 

Salah seorang pekerja berkata, "Seekor beruang kecil telah kabur dari kandang, apakah ia kesini dan mengganggu Tuan?" 

"Ohh.. mungkin itu beruang yang kalian maksud, dia ada disana," jawab saya sambil menunjuk ke arah bawah ranjang. Para pekerja itu segera meringkuk ke bawah ranjang, mereka langsung menyeret keluar beruang kecil dengan paksa dan kasar. 

Mereka mengikat kaki dan tangan anak beruang dengan tambang, menggotongnya pergidengan menyelipkan sebatang kayu panjang diantaranya. Ketika akan meninggalkan ruangan, beruang kecil itu sempat berpaling sesaat menatap saya dengan tidak berdaya, sebuah tatapan yang menyayat hati seolah memohon belas kasihan saya untuk menolongnya.

Hari menjelang pagi, salah seorang keryawan disana, Tuan Zhang membawa saya berkeliling untuk melihat kandang beruang. Kami berjalan bersama memasuki sebuah bangunan tinggi besar dengan luas sekitar beberapa ribu meter persegi tetapi anehnya di dalam bangunan terlihat kosong; hanya berisi enam kandang dan masing-masing kandang ditempati seekor beruang hitam besar di dalamnya. 

Banyak pertanyaan yang timbul dalam pikiran saya saat melihat di tubuh setiap beruang terpasang semacam lempengan logam mengkilat yang menyerupai jubah besi. Tuan Zhang lalu menjelaskan kepada saya, "Jubah besi itu semacam alat yang digunakan untuk mengambil sari empedu, sekarang satu gram empedu dihargai 300 Yuan".

Tuan Zhang membawa saya menuju kandang yang pertama, dengan gerakan tangannya ia hendak memberitahukan kepada saya proses pengambilan sari empedu akan dimulai. Saya melihat dua orang pekerja dengan sigap mengikat dan menarik tubuh beruang dengan katrol yang dibuat secara khusus. 

Lalu saya melihat tubuh beruang mulai bereaksi saat mereka mulai menariknya, kemudian dari dua sisi lempengan besi yang menyerupai jubah tersebut dikeluarkanlah sebuah selang yang agak tebal, beruang tersebut terlihat seperti menarik nafas yang dalam seolah menahan rasa sakit. 

Bersambung ke : Bagian 3
 
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar