Tiba-tiba terdengar suara raungan parau dari beruang, suara ini
bukan lagi suara perkasa si beruang tetapi tangisan putus asa,
kesedihan dan rasa sakit yang luar biasa.
Dengan keterbatasan tempat
serta kesulitan bergerak, beruang tersebut mencoba bertahan.
Matanya
tampak mendelik besar, telapaknya mencengkeram dan kakinya
menendang-nendang lantai di sekitarnya karena kesakitan yang
dialaminya. Sesaat kemudian dari selang tersebut mengalirlah cairan
empedu beruang yang berwarna hijau kebiruan.
Para pekerja yang bertubuh
kekar itu perlahan-lahan mulai melonggarkan tali pengikat, lalu
mengulangi tindakan yang sama untuk proses pengambilan yang kedua. Air
mata beruang mengalir.
Serupa dengan reaksi manusia saat menderita
kesakitan, beruang tersebut menggemertakkan giginya dan berbaring
membungkuk menahan rasa sakit yang menderanya.
Sungguh sebuah adegan
yang memilukan! Hati saya terenyuh! Saya sungguh tidak tega untuk
melihat proses selanjutnya dan memilih segera keluar dari tempat
tersebut.
Dalam perjalanan keluar, saya baru menyadari
ternyata suara tangisan pilu yang terdengar semalam adalah suara
tangisan yang kesakitan yang sedang dirasakan oleh sang beruang.
Tuan
Zhang mengikuti saya hingga depan pintu, saat itu saya merasa sangat
sedih dan dengan suara gemetar sambil menahan air mata lalu bertanya
padanya, "Apakah kalian telah kehilangan hati nurani kalian? Mereka juga
makhluk hidup! Kalian sungguh kejam dan tidak manusiawi."
"Mau bagaimana lagi Tuan, inilah mata pencaharian kami," jawabnya dengan santai.
Setelah
emosi saya lebih terkendali, saya kembali bertanya pada Tuan Zhang, " Berapa lama sekali anda melakukan pengambilan cairan empedu?"
"Tergantung
kondisi, jika empedu beruang tersebut mampu menghasilkan banyak cairan
maka dalam satu hari dapat dilakukan dua kali pengambilan cairan,
minimal dua hari sekali. Umumnya seekor beruang bisa memproduksi
sebanyakn 2000 gram dan minimal bisa diambil hingga 10 tahun" jawab
Tuan Zhang menjelaskan.
Saya merasa lemas setelah
mendengar penjelasannya, hati saya bertambah pilu dan sedih, dua hari
sekali selama 10 tahun. Jika kita melakukan sebuah kalkulasi sederhana
terhadap jumlah dari proses yang dilakukan sepanjang beruang tersebut
masih bertahan hidup maka hasilnya adalah angka yang sungguh
mencengangkan!
Dengan kata lain tindakan yang sangat kejam dan tidak
manusiawi ini harus dialami dua kali sehari; mereka harus merasakan
kesakitan selama 10 tahun, setidaknya harus mengalami penderitaan 7200
kali rasa sakit yang demikian luar biasa.
Mereka dipaksa terus bertahan
hari demi hari, tahun demi tahun. Manusia dengan stamina yang paling
kuat pun tidak akan sanggup menahan penderitaan ini. Hati saya semakin
terenyuh.
Saat itu juga saya memutuskan segera keluar dari
villa tersebut. namun Tuan Zhang segera mencegah saya."Tuan, sebentar
lagi akan dilakukan operasi terhadap beruang kecil. Tuan tidak dapat
pergi pada saat yang penting seperti ini. Keberadaan Tuan sangat
penting karena anda disini mewakili Direktur Liu, jika anda tidak
berada di sini dan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan lalu siapa
yang akan bertanggung jawab?" ujar Tuan Zhang.
Dengan
langkah yang berat saya terpaksa kembali mengikutinya ke kandang
beruang. Di bawah instruksinya, ia memanggil empat pekerja yang bertubuh
kekar membawa masuk si beruang kecil lalu menggunakan rantai besi
mengikat erat si beruang kecil; beruang yang sama dengan yang semalam
melarikan diri ke kamar saya. Beruang kecil terlihat penuh ketakutan.
Ia
memandang semua orang satu persatu dengan rasa takut, ketika
tatapannya jatuh pada saya, matanya tampak bersinar. Dan tiba-tiba ia
berlutut di hadapan saya, ia menatap saya dan tatapannya seolah memohon
pertolongan dari saya. Tidak terasa air mata saya mengalir.
Tanpa
menghiraukan tindakan si beruang kecil, tuan Zhang melambaikan
tangannya seraya memerintahkan agar operasi segera dilakukan. Beruang
kecil putus asa, ia mengangkat kepalanya dan menangis.
Ia terus
berteriak serta menangis, seperti anak kecil yang sedang ketakutan dan
berteriak memanggil, "Ibu... Ibu... datanglah... tolong aku. Aku takut
ibu. Ibu datanglah."
Akan tetapi para pekerja tersebut seolah tidak
mengindahkan tangisan beruang kecil, mereka tetap bekerja sesuai
instruksi.
Pada saat itu terjadilah sebuah peristiwa yang
sangat mengejutkan, salah satu beruang besar yang berada dalam kandang
mengaum keras lalu dengan telapaknya yang besar; ia mendorong kuat
pintu kandang besi dan melompat keluar. Semua pekerja ketakutan, mereka
serentak kabur dan lari terbirit-birit.
Saat itu entah mengapa saya
tidak dapat ikut berlari bersama para pekerja, saya terpaku melihat
beruang besar, kaki saya serasa mati rasa serta tidak dapat digerakkan.
Namun beruang besar itu seolah tidak peduli dengan keberadaan saya, ia
segera melompat ke hadapan si beruang kecil, dengan cepat insting saya
mengatakan bahwa beruang besar itu adalah ibu si beruang kecil.
Induk
beruang kemudian menggunakan telapaknya yang besar berusaha melepaskan
rantai yang mengikat kuat beruang kecil. Sayangnya, sekeras apapun
usaha induk beruang, ia tidak berhasil memutuskan rantai tersebut.
Akhirnya dengan perasaan putus asa, beruang besar hitam itu mencium
lembut anaknya, si beruang kecil. Lalu ia dengan penuh kasih sayang
menjilati air mata anaknya dan dengan suaranya berusaha menenangkan
anaknya yang sedang ketakutan sambil menangis. Anak beruang tidak
berhenti menangis seolah-olah meminta pertolongan ibunya.
Tiba-tiba
induk beruang dengan telapaknya yang besar mencengkeram leher anak
beruang dengan seluruh kekuatan hingga anaknya tidak bergerak dan
setelah tubuh si beruang kecil terjatuh ke lantai baru kemudian ia
melepaskan cengkeramannya. Ia merintih, dengan penuh kesedihan yang
mendalam menatap wajah anaknya yang sudah tidak bernafas.
Induk beruang
merasa sangat putus asa tidak dapat menolong anaknya, tatapannya
terlihat sangat sedih dan seolah berkata, "Anakku, maafkan ibu yang
tidak sanggup menolongmu, setidaknya sekarang kamu tidak akan menderita
lagi!"
Ia kemudian mencabik-cabik bulunya sendiri, lalu merobek
lempengan besi yang melekat pada tubuhnya serta selang yang ditancapkan
ke dalam empedunya sehingga separuh empedunya ikut tertarik keluar
mengakibatkan darah bercucuran keluar dari perutnya.
Kemudian ia
meraung keras dan parau lalu secara membabi buta menabrakkan diri ke
dinding. "Brakkk!!" Terdengar ia menabrak dinding. Tak lama kemudian
induk beruang tewas.
Setelah menyaksikan seluruh kejadian
mengenaskan tersebut, saya shock! Saya sama sekali tidak ingat
bagaimana saya berjalan keluar dari ruangan tersebut. Selama seharian
pikiran saya terus menerus terbayang-bayang kejadian yang mengenaskan
sekaligus memilukan tersebut.
Saya bertanya kepada diri sendiri, apakah
yang dilakukan induk beruang adalah sebuah bentuk perwujudan cinta
kasih ibu terhadap anaknya? Saya merasa demikian. Akan tetapi ini
adalah bentuk cinta kasih dari ibu yang tidak berdaya.
Dalam kondisi
tersebut, induk beruang tidak sanggup menolong anaknya terlepas dari
rantai yang mengikat beruang kecil, selama 20 tahun kedepan beruang
kecil akan hidup dalam penderitaan - sebuah neraka dunia dan dalam
ketidak-berdayaannya ia terpaksa membunuh anaknya lalu ia sendiri bunuh
diri untuk menemani anaknya di alam lain. Anak beruang tidak lagi
takut karena seorang ibu akan selalu menjaga si beruang kecil.
Selama
proses pengambilan cairan empedu, sebuah besi akan digunakan untuk
menusuk kantung empedu melalui lubang di perut beruang sehingga merobek
membran (lapisan kulit terluar) empedu, barulah cairan empedu dapat
keluar.
Seluruh proses ini seringkali dilakukan tanpa tindakan
pembiusan dan sterilisasi. Karena luka akibat proses ekstraksi empedu
tidak pernah ditutup sehingga luka ini tidak akan pernah sembuh yang
mengakibatkan kebanyakan beruang akhirnya terkena infeksi, kanker, tumor
dan kematian dikarenakan peritonitis (peradangan peritoneum, selaput
serosa, yang melapisi bagian dalam rongga perut dan organ di perut).
Bahkan ada beberapa beruang tidak sanggup menahan rasa sakit yang luar
biasa yang harus mereka jalani selama bertahun-tahun, pada akhirnya
beruang-beruang tersebut mencoba bunuh diri dengan cara merobek isi
perut mereka.
Untuk menghindari hal ini maka manusia dengan akal
piciknya membuat sebuah jubah besi yang menempel setiap hari di tubuh
para beruang.
Beruang-beruang ini terkurung dengan baju besinya yang
mulai terlihat berkarat dan rapuh, menunjukkan proses pengambilan cairan
empedu telah dilakukan dalam jumlah tidak terhitung. Beruang ini sudah
terkurung selama 22 tahun!
Selama 22 tahun, beruang
malang ini tidak dapat memutarkan badannya, tidak dapat berdiri tegak,
yang ada hanya penderitaan, tidak ada cahaya matahari dan pepohonan,
yang ada hanya kegelapan! Tidak ada kebebasan, yang adanya hanya rasa
kesakitan yang luar biasa!
Beruang
hitam dengan jubah besinya ini kebanyakan hanya bisa berdiri. Hanya
kepala mereka yang bisa bergerak bebas, tubuh mereka sama sekali tidak
dapat digerakkan. Setiap beruang terlihat kurus dan satu-satunya hal
yang bisa mereka lakukan hanyalah menggelengkan kepala dengan pandangan
putus asa.
Jill Robinson, Ia dijuluki sebagai ibu dari
para beruang hitam, pendiri Yayasan Pelindung Hewan Asia - Beliau
bahkan mentatto lengan kanannya dengan aksara mandarin "月熊“ yang
berarti "beruang hitam". Dalam lima tahun terakhir beliau sedang
membangun pusat penyelamatan yang lebih besar, namun usahanya terbentur
oleh kurangnya dana.
Setelah membaca kisah kekejaman terhadap para beruang, jika Anda tidak tega terhadap penderitaan yang dialami oleh beruang-beruang tersebut dan masih memiliki hati nurani, maka bantulah mereka dengan menyebarkan informasi tentang kejamnya proses pengambilan cairan empedu para beruang dengan harapan dapat menyelamatkan lebih banyak nyawa beruang!
Kita
semua memiliki rasa cinta kasih, marilah kita wujudkan cinta kasih
dengan membantu para beruang malang ini! Dimulai dengan tegas menolak
produk yang mengandung cairan empedu beruang maupun organ hewan lainnya.
Karena tidak akan ada pembunuhan beruang jika tidak ada lagi
permintaan akan organ mereka.
Saya berharap setelah membaca kisah ini,
pada saat membeli obat-obatan Anda dapat mulai lebih memperhatikan
kandungannya, mintalah perhatian dari pemerintah, semua beruang ini
akan sangat berterima kasih atas bantuan Anda! Mari bersama kita
bebaskan berunag-beruang malang ini dari penderitaan!
Tidak ada komentar:
Write komentar