Pada masa dinasti Ming adalah seorang menteri yang sangat baik bernama Yao Guangxiao ( 姚广孝). Pada suatu ketika terjadi bencana alam, Yao diutus oleh kaisar untuk menangani dan membantu rakyat melewati bencana tersebut.
Ketika Yao sampai di propinsi Su, ada 5 propinsi yaitu Su, Song, Zhia,
Hu dan Hang mendapat bencana banjir yang paling parah. Seluruh tanaman
rakyat diserang banjir sehingga banyak rakyat yang tidak ada makanan
untuk dimakan.
Yao Guangxiao melihat keadaan darurat demikian, hatinya sangat sedih.
Tanpa memperdulikan usianya yang sudah tua diatas 70 tahun, setiap hari
menantang panas matahari dan hujan, tidak berhenti berkeliling daerah
yang dilanda banjir dan terus berusaha untuk menolong rakyat.
Dia mendesak pemerintah setempat membuka lumbung persediaan beras,
membagikan kepada rakyat yang dilanda bencana. Bersamaan dengan hal
tersebut, dia juga berunding dengan pemerintah setempat memperhitungkan
keringanan pajak bagi rakyat.
Pada pejabat pemerintahan setempat yang jujur, baik dan bersih, dia
memberikan pengakuan dan pujian serta mendukung mereka supaya tetap
bersemangat, sedangkan terhadap pejabat yang korup, dia akan memberikan
hukuman yang berat serta menyita harta kekayaan mereka untuk membeli
bahan pangan disumbangkan ke rakyat.
Yao Guangxiao telah membantu ratusan ribu penduduk, sedangkan dirinya sendiri hanya memakan makanan seadanya yang dibawa.
Pada suatu hari, ketika dia sendirian inspeksi, dia berjalan sampai di
sebuah kuil Hangshan. Yao sangat lelah, lalu dia duduk di teras kuil,
memakan makanan kering yang dibawa. Tepat pada saat ini, bupati setempat
yang bermarga Cao lewat di daerah ini, dia mengira melihat seorang
bhiksu (Yao Guangxiao aslinya adalah seorang bhiksu, pada saat itu dia
memakai jubah bhiksu) yang sedang makan ini melihat kereta kuda pejabat
yang besar lewat, tidak menghindar, bahkan terus memakan makanan
keringnya.
Bupati Cao merasa terhina dan marah, lalu menyuruh pengawalnya
menangkap Yao Guangxiao dan mencambuknya 20 kali, lalu dimasukkan ke
dalam penjara setempat. Yao Guangxiao hanya tenang saja menuruti semua
perintah tanpa membantah.
Keesokkan harinya, para pengawal dan pembantu menteri Yao Guangxiao
mengetaui semalaman tidak pulang ke rumah, lalu tergesa-gesa pergi
mencarinya. Akhirnya mereka menemukannya di dalam penjara kantor bupati.
Setelah mengetahui kejadian itu, salah mencambuk seorang menteri,
Bupati Cao sangat ketakutan sampai gemetaran dan terkencing di dalam
celana. Pejabat karasidenan yang lain, juga semua gemetaran. Mereka
semua datang meminta maaf, menunggu dihukum.
Yang Guangxiao yang sudah dibebaskan, melihat kejadian ini, lalu
menyuruh pembantunya mengambil pena dan kertas, diatas kertas menulis
sebaris kata diserahkan kepada para pejabat kantor bupati tersebut.
Ketika mereka melihatnya, ternyata adalah sebuah syair. “Utusan kerajaan datang dengan perahu sederhana. Jubah kerajaan telah
dibuang. Tanpa diduga bertemu dengan bupati Cao, tanpa alasan menerima
cambukan 20 kali.”
Sekarang mereka baru mengetahui bahwa menteri Yao Guangxiao adalah
seorang yang berlapang dada, tidak mempermasalahkan hal ini. Hanya
berkata kepada Yao Guangxiao, “Bhiksu terlantar makan di tengah jalan,
apakah bermasalah? Sebagai seorang pejabat, kenapa menggertak rakyat,
kelak akan mendapat balasannya!”
Bupati Cao bersujud dan terus mengetukan kepalanya ke lantai memohon
pengampunan dan berkata akan berubah. Pejabat yang lain menganggukkan
kepalanya, dengan suara serempak mengatakan akan selalu mengingatkan
ajaran utusan kekaisaran ini.
Tidak ada komentar:
Write komentar