Pada masa dinasti Song, di kota Ling An, ada seorang pedagang beras menggaji seorang pemuda membantunya.
Di belakang toko beras ada sebuah dapur. Sejak hari pertama bekerja di toko beras ini setiap dia makan di dapur, ada seekor laba-laba yang turun dari atap melalui benang laba-labanya menuju meja makan.
Di belakang toko beras ada sebuah dapur. Sejak hari pertama bekerja di toko beras ini setiap dia makan di dapur, ada seekor laba-laba yang turun dari atap melalui benang laba-labanya menuju meja makan.
Pemuda itu merasa heran, lalu mengambil sebutir nasi diberikan kepada
laba-laba tersebut Laba-laba itu dengan cepat telah menghabiskan nasi
dan melalui benang laba-labanya memanjat naik ke atas atap rumah.
Mulai dari saat itu, setiap pemuda ini makan nasi, laba-laba ini tanpa
diundang akan datang. Pemuda ini setiap hari memberi dia makan.
Laba-laba dari hari ke hari menjadi gemuk dan sehat.
Hari demi hari tahun demi tahun berlalu. Pemuda kecil itu sekarang
sudah tumbuh menjadi pria dewasa yang jujur dan sederhana, sudah
seharusnya berkeluarga dan membangun usaha sendiri, lalu dia
mengundurkan diri kepada bosnya untuk pulang ke kampung halamannya.
Ketika dia sedang membereskan pakaiannya bertepatan pada saat jam makan
siang, laba-laba tersebut datang. Pemuda ini berpamitan dengan
laba-laba dan memberi dia nasi, tetapi laba-laba ini tidak memakan
nasinya, tiba-tiba laba-laba ini mati. Pemuda ini tidak tega
meninggalkan laba-laba ini, lalu memasukkannya di dalam bungkusan
pakaiannya, membawanya bersama-sama dengannya pulang kerumahnya.
Keesokan harinya, dia pergi ke sungai Qiantang naik perahu. Perahu
setelah berlayar sampai di tengah jalan, tiba-tiba awan hitam bergulir,
ombak besar menerjang. Perahu-perahu disekitarnya dihembus angin dan
ombak keluar dari jalur perjalanan dan ada perahu yang tenggelam, hanya
perahu mereka yang aman tenang sampai di darat. Tidak ada seorangpun
yang terluka.
Seluruh penumpang didalam kapal sangat berterima kasih atas berkah
Tuhan, tetapi salah seorang diantara penumpang seorang saudagar berkata,
“Hari ini kita semua sangat beruntung, pasti salah seorang penumpang di
perahu membawa sebuah barang berharga!”
Seluruh penumpang perahu setelah mendengar perkataan saudagar saling
memandang. Seluruh penumpang perahu mengatakan tidak membawa barang yang
aneh dan berharga, hanya pemuda yang jujur ini mengaku dirinya membawa
seekor laba-laba.
Sambil berkata demikian dia membuka bungkusannya, ketika saudagar
melihat laba-laba itu, didalam hatinya sangat terkejut, “rupanya ini
adalah sebuah pusaka ”manik menghentikan angin” yang telah menyelamatkan
nyawa mereka semua, barang pusaka ini adalah barang yang sangat
berharga!
Saudagar ini timbul niat tamaknya, lalu berkata kepada pemuda ini.
Untuk apa engkau membawa laba-laba yang tidak berguna ini, berikan saja
kepada saya. Saya akan memberikan kepadamu 20 Yuan. Pemuda ini
sebenarnya enggan, tetapi setelah berpikir dia pulang ke rumah untuk
menikah memerlukan biaya, akhirnya dia menyetujuinya.
18 tahun kemudian, pada tahun ini sepanjang 2 bulan hujan deras tidak
berhenti, membawa bencana banjir, seluruh daerah ini direndam banjir,
banyak penduduk mengungsi ke tempat lain, saudagar tersebut juga
mengungsi. Sekarang dia sudah jatuh miskin tidak memiliki apapun, hanya
seorang putrinya yang menemaninya.
Pada suatu hari dia sampai disebuah kota, dia bersama putrinya pergi
mengemis ke rumah seorang yang kaya, tidak disangka pemilik rumah
tersebut adalah pemuda yang menjual laba-laba kepadanya. Mereka berdua
saling mengenalkan diri, merasa sangat gembira dapat bertemu kembali,
pemuda yang jujur ini setelah pulang ke kampung halamannya menikah hidup
bahagia meskipun sederhana, anaknya pun kini sekarang sudah dewasa.
Pemuda ini dengan hangat menyambut saudagar beserta putrinya tinggal
dirumahnya.
Saudagar merasa sangat terharu dan malu. Hati nuraninya menyadari
kesalahannya, lalu berkata kepada pemuda ini, “Dahulu saya tahu
laba-laba yang engkau bawa adalah pusaka yang sangat berharga, saya
dengan 20 Yuan menipumu.
Karena ketamakan saya maka hari ini saya mendapat balasan dari Tuhan, semua harta, tanah, sawah, rumah saya dihanyutkan oleh banjir, sehingga kami berdua harus mengemis. Hari ini saya menyadari Tuhan membuat hari nurani saya terbuka, harta kekayaan yang seharusnya milikmu akan dikembalikan kepadamu.”
Karena ketamakan saya maka hari ini saya mendapat balasan dari Tuhan, semua harta, tanah, sawah, rumah saya dihanyutkan oleh banjir, sehingga kami berdua harus mengemis. Hari ini saya menyadari Tuhan membuat hari nurani saya terbuka, harta kekayaan yang seharusnya milikmu akan dikembalikan kepadamu.”
Setelah mendengar perkataan saudagar ini, pemuda ini sangat gembira
karena jodoh pertemuannya dengan laba-laba. Tuhan maha adil, bukan
milikmu engkau tidak akan mendapatkannya, jika memang ditakdirkan
menjadi milikmu maka tidak akan mungkin lenyap.
Tidak ada komentar:
Write komentar