Dalam
budaya Cina, Yin dan Yang merupakan dua prinsip yang berlawanan di
alam semesta. Yin mencirikan sifat feminin atau negatif dari hal-hal dan
berdiri sedangkan Yang untuk sisi maskulin atau positif.
Yin
Yang merupakan salah satu simbol yang sudah ada sejak zaman China kuno.
Misteri yang ada dibalik simbol ini sudah banyak mengilhami peradaban
manusia hingga sekarang. Secara sederhana, simbol ini mempunyai arti
“bagaimana segala sesuatu bekerja”.
Walaupun mempunyai arti yang
terkesan sangat sederhana, namun jika digali lebih lanjut banyak
pemahaman dibalik simbol ini. Yin
dan Yang biasanya dipakai untuk mendeskripsikan sifat yang saling
berhubungan, berlawanan dan saling mengisi satu sama lain.
Yin lebih di
deskripsikan kepada sisi hitam dan Yang adalah sisi putih, sebuah sisi
warna yang berlawanan. Titik kecil hitam dan putih yang berada pada Yin
dan Yang menggambarkan sisi yang saling mengisi satu dan lainnya
Ini adalah sebuah kisah yang tidak diketahui kapan pertama kali muncul
dalam peradaban manusia. Kisah tentang dua orang bersahabat yang bernama
Yin dan Yang. Mereka berdua adalah orang yang saleh, berjiwa besar, dan
penuh cinta kasih.
Mungkin suatu kebetulan bahwa nama mereka mengingatkan kita pada konsep
Yin-Yang yang berlawanan itu, namun memang demikianlah, mereka (Yin dan
Yang) selalu berlawanan.
Yin mempunyai keyakinan atau agama yang berbeda dengan Yang. Mereka secara
teratur bertemu untuk mendiskusikan keyakinan mereka, dengan tujuan mencari
sesuatu yang tak mereka ketahui namanya.
Walaupun mereka saling menghormati
dan mengajukan argumentasi dengan penuh adab, namun pada setiap akhir
pertemuan, mereka tidak pernah merasa puas. Segala cara dan metode diskusi
yang diketahui telah mereka tempuh tapi tetap tidak menghasilkan apa-apa.
Ketika nyaris frustasi, mereka mulai kehilangan kendali diri, dalam hati
masing-masing mulai muncul rasa "lebih benar". Akhirnya tercetus kata-kata mereka.
Yin : "Ah, seandainya engkau adalah aku, tentu akan bisa memahami apa yang ingin
kusampaikan, dan diskusi ini akan dapat membawa kita lebih mengerti
'sesuatu' itu."
Yang : "Hei, aku juga berpikir begitu. Tapi bagaimana cara kita saling tukar
diri kita?"
Karena memang mereka tidak dapat saling tukar diri, maka tak lama kemudian
mereka menemukan pemecahan yang disetujui paling tepat. Diputuskan, Yin
akan mempelajari agama / keyakinan Yang dan Yang akan mempelajari
agama / keyakinan Yin.
Dan karena mereka memang menginginkan hasil terbaik
dan terbenar, maka mereka berikrar akan mempelajari dengan sepenuh hati,
berusaha memahami dengan hati terbuka, tidak malah mencari-cari titik
kelemahan yang akan digunakan untuk menyerang lawannya.
Sehingga akhrnya diiputuskan, setelah
40 tahun kemudian, mereka akan bertemu lagi untuk "duel sampai titik darah
penghabisan".
Setelah 40 tahun kemudian, Yin dan Yang yang telah semakin tua, bertemu
pada senja hari di tempat terakhir mereka bertemu. Mereka saling
berpandangan, tak sepatah kata pun yang terucapkan.
Sinar mata mereka penuh
kasih yang menghanyutkan sukma, senyum mereka begitu halus dan tulus.
Mereka saling memeluk. Resonansi getaran jiwa mereka pada angin yang
membelai, pada daun-daun yang berbisik, pada seluruh relung ruang di jagad
raya ini, "Saudaraku, kau selalu dalam aku, dan aku dalam engkau."
Sejak saat itu tak ada lagi diskusi, karena dalam pelukan itu mereka
mengerti tanpa mengetahui dan mendapatkan tanpa mencari.
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar