Kebajikan ( De 德 ) - Berdasarkan perhitungan kalender Barat, tahun baru telah berlalu hampir sebulan; tapi berdasarkan tradisi bangsa Tionghoa, tahun baru Imlek tahun ini jatuh pada tanggal 31 Januari, inilah Tahun Baru sesungguhnya bagi orang Tionghoa. Memasuki "Tahun ber-shio Kuda" marilah kita berbincang mengenai legenda Kuda.
Begitu
mendengar tentang kuda, kebanyakan orang langsung akan berpikir
mengenai kesetiaan, ketekunan, kejujuran, dapat menahan derita dan
lain-lain karakter unggul dari seekor kuda. Kuda merupakan sejenis
satwa yang sangat berperasaan dan sepertinya memiliki spiritualitas,
itulah mengapa terdapat banyak kisah mengharukan mengenai kuda.
Misalnya Kuda Merah milik Kwankong, jenderal Guan Yu, salah seorang
tokoh sentral dalam Kisah Tiga Negara/ Samkok.
Selain
sifatnya yang penurut, kuda juga memiliki sisi keperwiraannya. Di medan
tempur zaman kuno, kontribusinya terhadap para raja, jenderal dan
aristokrat seolah tak terhitung.
Orang
Tiongkok kuno bahkan mengkaitkan erat antara kuda dengan naga, kala
itu terdapat anggapan bahwa kuda dan naga saling dapat menjelma satu
sama lain. Berkepala seperti naga bertubuh seperti kuda, itulah
penggambaran tubuh sang naga yang sebagiannya juga bernuansa kuda. Di
dalam kitab kuno Zhou Li (周禮,Tatakrama Zhou) disebutkan: "Dua meter di
atas kuda, ia bercitra naga"dan lain sebagainya.
Orang
Tiongkok kuno menganjurkan, "berspirit bagai kuda-naga", mendorong
orang agar terus menerus memperbaiki diri dengan pembinaan diri
dijadikan bagian dari moralitasnya sehingga dapat tercapai cita-cita
besarnya.
Di dalam bab Shuo Gua Zhuan
( 說卦傳) dari kitab kuno Yi Jing (易經, Classic of Changes, salah satu dari
buku paling kuno di Tiongkok) disebutkan: kuda unggul dalam berlari,
bertubuh kuat dan lincah, melambangkan spirit kebugaran dan pembinaan
diri terus menerus, ringkikan kuda dilukiskan sebagai naga yang
bersembunyi yang mendadak membubung terbang.
Kuda
dan naga disimbolkan sebagai Yang (unsur plus dalam teori Yin-Yang)
tulen, mewakili penguasa, ayah, ksatria, orang arif bijaksana,
kewibawaan, kekokohan, kebajikan, kehangatan, cemerlang, makmur,
membubung, berkembang, tumbuh tiada henti.
Orang
kuno sering melukiskan kuda sebagai naga, misalnya lukisan kuno Ba Jun
Tu (八駿圖, Eight Horses) digambarkan oleh Zhang Yanyuan dari Dinasti Tang
di abad ke-9 dalam catatannya: "Lukisan kuno 'Delapan Kuda' bertubuh
dari leher ke bawah seperti naga dan melesat bagaikan kilat."
Karya
klasik tersebut sejak zaman itu banyak dilukis ulang oleh para pelukis
kondang, misalnya: Giuseppe Castiglione (1688-1766, nama mandarin: Lang
Shining), seorang pendeta Yesuit berasal dari Italia yang mengabdikan
dirinya sebagai pelukis di istana kekaisaran Qing mendokumentasikan
kehidupan di dalam istana kaisar di awal zaman Dinasti Qing.
Dalam
12 shio, orang sering mengatakan "Kuda siang", karena di siang hari
matahari pas berada di zenith, hawa Yang-nya mencapai puncak, maka hawa
Yin-nya pun akan bertumbuh, merupakan pergantian waktu antara Yin dan
Yang. Di saat itu, pada umumnya hewan akan beristirahat, namun hanya
kuda lah yang tidak berbaring maupun mendengkur, itu sebabnya, waktu
siang hari disimbolkan dengan kuda. Siang hari pukul 11.00 hingga pukul
13.00 termasuk "Waktu Kuda" (Ma Shi).
Selain
itu, kuda juga disebut 'Kuda Bajik', konon ia adalah roh Sungai Kuning
(Huang Ho). Salah satu leluhur suku bangsa Tionghoa yakni Fu Xi pernah
dikisahkan menaklukkan kuda-naga, dari warna belang pada punggungnya ia
membuat sketsa tentang Patkwa (Ba Gua, 八卦, Eight Trigrams) dari He Tu,
itulah aksara paling kuno. Maka dari itu kuda-naga merupakan jelmaan
dari anak cucu leluhur di Tiongkok, ia mewakili spirit tubuh utama
bangsa Tionghoa dan merupakan kepribadian tertinggi.
Tahun
Kuda ternyata bersumber dari sebuah kisah yang menarik. Konon kuda di
zaman dahulu memiliki sayap, ia selain mampu berlari di atas bumi, juga
dapat terbang ke langit, malah dapat pula berenang, pendek kata, ia
termasuk makhluk sakti. Yu Di (dibaca: Yü Ti, Kaisar Giok, Jade Emperor)
sangat menyukainya dan memberinya gelar Kuda Kekaisaran serta harus
berjaga di depan istananya menanti titah.
Berkat
dimanja oleh Yu Di, si Kuda Langit lantas berubah congkak. Suatu hari,
kuda langit itu lari dari Istana Langit dan memaksa menerobos istana
Naga Laut Timur. Sewaktu bertempur dengan para laskar penjaga istana
yakni Penyu Sakti dan pasukan Udang, ia menendang mati Penyu Sakti.
Setelah Yu Di mendapatkan laporan ia sangat murka dan memerintahkan
memotong kedua sayapnya serta menghukumnya ditindih di bawah Gunung
Kunlun selama 300 tahun.
Setelah 200
tahun berlalu, leluhur umat manusia sewaktu melewati Gunung Kunlun,
seorang Dewa dari Istana Langit membisiki Kuda Langit agar meminta
pertolongan dari Leluhur Manusia dan menyatakan rela membantu dan
mengabdi kepada Leluhur Manusia di atas bumi. Akhirnya, Leluhur Manusia
menuruti kemauan Kuda Langit, menebang pohon Persik dan menyelamatkan
Kuda Langit.
Demi membalas budi
penyelamatan dari Leluhur Manusia, Kuda Langit mengikuti Leluhur
Manusia turun dari Gunung Kunlun, berbakti kepada Leluhur Manusia
dengan membajak sawah, mengangkut barang dan bertempur di medan laga,
ia betul-betul telah menjadi sahabat baik manusia. Tatkala Yu Di hendak
memilih 12 jenis satwa dijadikan sebagai simbol shio, lantaran disukai
oleh manusia dan berkat jasa pekerjaannya, maka kuda dijadikan salah
satu dari shio. Salam kebajikan (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar