Kebajikan ( De 德 ) - Menjelang tibanya perayaan tahun baru
Imlek, hampir setiap rumah masyarakat Tionghoa selalu menempelkan aksara
"Fu (福 )" dengan penuh suka cita di depan pintu, jendela, dan
dinding rumah mereka. Ini adalah suatu tradisi yang telah berlangsung
sangat lama, suatu harapan baik yang didambakan oleh masyarakat Tionghoa
seiring dengan pergantian tahun.
Masyarakat
Tionghoa sangat menyukai kata "Fu" ini. Orang yang membawa
keberuntungan disebut "Fu Xing" (bintang keberuntungan). Lalu, mengapa
saat tahun baru aksara "Fu" ini juga ditempelkan?
Asal Muasal Aksara "Fu" dan Maknanya
Sejak
bangsa Tionghoa mengenal tulisan, aksara"Fu"sudah ada dalam hieroglif
Tiongkok. Dalam Oracle-bone scripture (Jia Gu Wen / 甲骨文, aksara paling
kuno di Tiongkok yang berisi ramalan yang ditulis di atas tulang hewan)
aksara "Fu" digambarkan dalam wujud "kedua tangan mempersembahkan
makanan dan arak ke hadapan Dewa", ini adalah gambaran wujud dalam
persembahan zaman dulu yang bermakna berdoa dan memohon pada Yang Maha
Kuasa, menghormati Yang Maha Kuasa, agar mendatangkan kedamaian dan
kebahagiaan tak terhingga. Itulah makna "Fu" yang sebenarnya.
Aksara
" Shi " (示) di paruh kiri dari aksara"Fu " ini bermakna altar
sembahyang dalam hieroglif Tiongkok, yang berkaitan dengan banyak hal
sehubungan persembahan, dewa-dewi, doa, harapan, dan lain sebagainya.
Masyarakat
zaman dulu mendekati altar sembahyang karena ingin mendapatkan
bimbingan dan pencerahan dari Dewa. Aksara di sebelah/paruh kanan,
menjelaskan sepetak sawah yang diberikan oleh Dewa, juga dijelaskan
sebagai setiap orang diberikan sebidang lahan oleh Dewa (lahan nurani),
jika tanah suci kejiwaan itu berhasil ditemukan, maka "Fu " pun akan
datang. Hal ini menandakan jika manusia meyakini Dewa dengan setulus
hati, maka Dewa akan memberikan "Fu" atau keberuntungan.
Asal Muasal Menempel Aksara
Menurut
kitab kuno "Catatan Meng Liang"dari penulis Wu Zimu pada Dinasti Song
Selatan (1127- 1279), aksara "Fu" dituliskan pada selembar kertas lalu
ditempelkan di depan daun pintu. Aksara "Fu" melambangkan keberuntungan,
rejeki/hoki, dan kebahagiaan, memiliki makna memohon rejeki dan
kelancaran serta datangnya berkah.
Menurut
legenda, di zaman Dinasti Zhou saat Jiang Ziya diangkat menjadi Dewa,
sang istri juga meminta untuk diangkat menjadi Dewa. Jiang Ziya
berkata,"Setelah menikahiku, engkau telah membuatku miskin seumur hidup,
kau telah ditakdirkan hidup miskin, maka jadilah kau Dewa Miskin!"
Istrinya tidak senang mendengar perkataannya dan berkata, "Kau
menjadikanku sebagai Dewa Miskin, ke mana aku bisa pergi?" Jiang Ziya
mengatakan,"Kau tidak akan bisa pergi ke tempat yang ada
keberuntungannya."
Tak lama kemudian
seluruh rakyat pun mengetahui hal ini, waktu itu bertepatan dengan malam
tahun baru, maka setiap rumah pun menempelkan aksara "Fu" di depan
pintu dan jendela, tujuannya adalah untuk mengusir"Dewa Miskin" . Sejak
saat itu, menempelkan aksara "Fu" saat tahun baru Imlek telah menjadi
tradisi masyarakat.
"Fu" Ditempel Tegak, Membuka Pintu Menyambut Rejeki
Beberapa
tahun silam, di Daratan Tiongkok telah terjadi tren aneh menempel
aksara "Fu" secara terbalik, dengan makna implikasinya adalah "Fu
(rejeki) tiba". Pakar yang meneliti tradisi Tiongkok mengingatkan
masyarakat bahwa cara menempel seperti itu tidak benar, aksara "Fu"
seharusnya ditempel tegak lurus baru bisa mendatangkan keberuntungan.
Menurut
masyarakat Tiongkok klasik, aksara "Fu" di pintu depan memiliki makna
"menyambut rejeki" atau "menerima rejeki", dan pintu depan atau pintu
utama adalah tempat keluar masuknya seluruh anggota keluarga, sebuah
tempat yang harus dihormati dan berwibawa, maka aksara "Fu" yang
ditempel harus tegak dan bermartabat, serta tidak boleh miring.
Aksara
"Fu" yang ditempel di pintu depan harus dengan posisi tegak lurus, agar
memiliki makna membuka pintu menerima rejeki, aura kesejahteraan akan
membawa keberuntungan dan nama baik, jika aksara "Fu" di pintu utama
ditempel secara terbalik, maka aura rejeki akan ditumpahkan di luar
rumah, sehingga menjadi milik orang lain, dan rejeki pun akan hilang.
Orang yang Memiliki "De" (Moral) Akan Memiliki Rejeki
Setiap
orang pasti mengharapkan adanya rejeki (hoki) dan keberuntungan,
berharap agar semakin banyak rejeki dan terhindar dari mara-bahaya.
Namun bagaimana agar bisa mendapatkan keberuntungan yang sesungguhnya?
Bagaimana seseorang bisa dikategorikan beruntung?
Hukum
Langit tidak membedakan kerabat atau bukan, setiap orang adalah sama di
hadapan Yang Maha Kuasa, namun hanya dengan perbuatan baik yang sejalan
dengan Hukum Langit, oleh karena itu Hukum Langit akan selalu berpihak
pada orang-orang yang melakukan kebajikan, membuat orang-orang baik
seolah dibantu oleh para Dewa setiap kali mereka melakukan pekerjaannya.
Keberuntungan
dan "De" (dibaca: te, yang berarti: kualitas moral) saling berkaitan
erat. "De" dan "Fu", adalah moralitas dan keberuntungan, merupakan
sepasang aspek penting dalam kebudayaan tradisional Tiongkok.
Yang
dimaksud memiliki "De" yang baik, adalah memiliki sifat yang menjunjung
tinggi moralitas. "De" adalah salah satu cara yang paling penting bagi
manusia untuk meraih keberuntungan dan menjauhkan diri dari marabahaya.
Pemahaman akan kaitan antara "De" dan "Fu" terutama mencakup dua sisi.
Pertama,
beruntung atau tidaknya seseorang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa atau
Dewa. Kedua, meskipun Yang Maha Kuasa berkuasa atas rejeki maupun
bencana bagi manusia, akan tetapi setiap orang dapat mengubah nasib
mereka dengan cara melakukan kebajikan. Perilaku yang baik dan bermoral
dapat memastikan Yang Maha Kuasa akan memberikan rejeki, sedangkan
perilaku yang tidak bermoral dapat menyebabkan hilangnya keberuntungan
bahkan bencana menimpa seseorang.
Segala
keberuntungan maupun marabahaya yang dialami oleh seseorang sama sekali
bukanlah kebetulan. Intinya, akar sumber keberuntungan maupun bencana
seseorang ada dalam diri dan hati nurani masing-masing.
Tabib
dari Dinasti Tang, Sun Simiao, dalam kitab "Keberuntungan dan Panjang
Umur" mengatakan: "Fu" adalah berasal dari kultivasi kebaikan, melakukan
kebaikan dapat mengumpulkan "pahala", menolong orang lain tidak hanya
dapat memperpanjang rejeki kita sendiri, juga dapat melimpahkan rejeki
bagi anak cucu kita. Jika seseorang tidak memiliki moral dan martabat,
melakukan kejahatan dan mengumbar nafsu, maka bencana pun akan tiba, dan
tidak akan ada keberuntungan.
Ilmu Pengetahuan Buktikan Orang Baik Berusia Panjang
Apakah
seseorang bisa berumur panjang, selain ditentukan oleh factor genetika
dan kesehatan fisik, juga harus dilihat sifat dan hati nuraninya? Orang
yang berhati mulia dapat memperbaiki temperamennya, dan secara efektif
menurunkan tingkat stres di dalam dirinya sendiri, sehingga sangat
berdampak baik terhadap kesehatan fisiknya.
Menurut
surat kabar Huffi ngton Post, AS, angka riset menunjukkan bahwa banyak
pekerja sosial rata-rata memiliki umur lebih panjang, dan tingkat
kematian mereka menurun sebesar 22%. Pada penelitian terhadap manula
ditemukan bahwa para manula yang setiap tahunnya menyisakan waktu hanya
100 jam untuk membantu sesama, berumur lebih panjang dibandingkan para
manula lainnya, dan tingkat kematian mereka menurun hingga 28%.
Survei
membuktikan, ketika melakukan kebajikan, syaraf pada otak besar manusia
yang menghantarkan materi dapat membantu sel tubuh mengirimkan senyawa
kimia untuk menghasilkan detak nadi, yang dapat membuat seseorang
bahagia.
Penelitian oleh professor
ilmu psikologi dari University of California, Sonja Lyubomirsky,
menemukan bahwa dengan setiap hari melakukan 5 kebaikan selama 6 minggu
secara terus menerus, kondisi fisik maupun mental seseorang dapat
mengalami perbaikan yang sangat signifikan, seolah habis mengonsumsi zat
suplemen.
Dan semakin besar energi positif yang dilepaskan, maka
imbal-balik energi positif yang didapatkan akan semakin besar pula, dan
jika dipertahankan selama 6 minggu secara berturut-turut akan didapati
emosi seseorang telah memasuki sirkulasi yang sangat baik.
"Fu"suka
berdampingan dengan kejujuran dan kebajikan. Sebenarnya "Fu" tidak
hanya semacam perasaan, bahkan adalah semacam pembinaan diri. Salam kebajikan (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar