|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 30 Januari 2014

Makna Tempelan Aksara “Fu” Saat Tahun Baru Imlek

 


Kebajikan ( De 德 )Menjelang tibanya perayaan tahun baru Imlek, hampir setiap rumah masyarakat Tionghoa selalu menempelkan aksara "Fu (福 )" dengan penuh suka cita di depan pintu, jendela, dan dinding rumah mereka. Ini adalah suatu tradisi yang telah berlangsung sangat lama, suatu harapan baik yang didambakan oleh masyarakat Tionghoa seiring dengan pergantian tahun.

Masyarakat Tionghoa sangat menyukai kata "Fu" ini. Orang yang membawa keberuntungan disebut "Fu Xing" (bintang keberuntungan). Lalu, mengapa saat tahun baru aksara "Fu" ini juga ditempelkan?

Asal Muasal Aksara "Fu" dan Maknanya

Sejak bangsa Tionghoa mengenal tulisan, aksara"Fu"sudah ada dalam hieroglif Tiongkok. Dalam Oracle-bone scripture (Jia Gu Wen / 甲骨文, aksara paling kuno di Tiongkok yang berisi ramalan yang ditulis di atas tulang hewan) aksara "Fu" digambarkan dalam wujud "kedua tangan mempersembahkan makanan dan arak ke hadapan Dewa", ini adalah gambaran wujud dalam persembahan zaman dulu yang bermakna berdoa dan memohon pada Yang Maha Kuasa, menghormati Yang Maha Kuasa, agar mendatangkan kedamaian dan kebahagiaan tak terhingga. Itulah makna "Fu" yang sebenarnya.

Aksara " Shi " (示) di paruh kiri dari aksara"Fu " ini bermakna altar sembahyang dalam hieroglif Tiongkok, yang berkaitan dengan banyak hal sehubungan persembahan, dewa-dewi, doa, harapan, dan lain sebagainya.

Masyarakat zaman dulu mendekati altar sembahyang karena ingin mendapatkan bimbingan dan pencerahan dari Dewa. Aksara di sebelah/paruh kanan, menjelaskan sepetak sawah yang diberikan oleh Dewa, juga dijelaskan sebagai setiap orang diberikan sebidang lahan oleh Dewa (lahan nurani), jika tanah suci kejiwaan itu berhasil ditemukan, maka "Fu " pun akan datang. Hal ini menandakan jika manusia meyakini Dewa dengan setulus hati, maka Dewa akan memberikan "Fu" atau keberuntungan.

Asal Muasal Menempel Aksara

Menurut kitab kuno "Catatan Meng Liang"dari penulis Wu Zimu pada Dinasti Song Selatan (1127- 1279), aksara "Fu" dituliskan pada selembar kertas lalu ditempelkan di depan daun pintu. Aksara "Fu" melambangkan keberuntungan, rejeki/hoki, dan kebahagiaan, memiliki makna memohon rejeki dan kelancaran serta datangnya berkah.

Menurut legenda, di zaman Dinasti Zhou saat Jiang Ziya diangkat menjadi Dewa, sang istri juga meminta untuk diangkat menjadi Dewa. Jiang Ziya berkata,"Setelah menikahiku, engkau telah membuatku miskin seumur hidup, kau telah ditakdirkan hidup miskin, maka jadilah kau Dewa Miskin!" 

Istrinya tidak senang mendengar perkataannya dan berkata, "Kau menjadikanku sebagai Dewa Miskin, ke mana aku bisa pergi?" Jiang Ziya mengatakan,"Kau tidak akan bisa pergi ke tempat yang ada keberuntungannya."

Tak lama kemudian seluruh rakyat pun mengetahui hal ini, waktu itu bertepatan dengan malam tahun baru, maka setiap rumah pun menempelkan aksara "Fu" di depan pintu dan jendela, tujuannya adalah untuk mengusir"Dewa Miskin" . Sejak saat itu, menempelkan aksara "Fu" saat tahun baru Imlek telah menjadi tradisi masyarakat.

"Fu" Ditempel Tegak, Membuka Pintu Menyambut Rejeki

Beberapa tahun silam, di Daratan Tiongkok telah terjadi tren aneh menempel aksara "Fu" secara terbalik, dengan makna implikasinya adalah "Fu (rejeki) tiba". Pakar yang meneliti tradisi Tiongkok mengingatkan masyarakat bahwa cara menempel seperti itu tidak benar, aksara "Fu" seharusnya ditempel tegak lurus baru bisa mendatangkan keberuntungan.

Menurut masyarakat Tiongkok klasik, aksara "Fu" di pintu depan memiliki makna "menyambut rejeki" atau "menerima rejeki", dan pintu depan atau pintu utama adalah tempat keluar masuknya seluruh anggota keluarga, sebuah tempat yang harus dihormati dan berwibawa, maka aksara "Fu" yang ditempel harus tegak dan bermartabat, serta tidak boleh miring.

Aksara "Fu" yang ditempel di pintu depan harus dengan posisi tegak lurus, agar memiliki makna membuka pintu menerima rejeki, aura kesejahteraan akan membawa keberuntungan dan nama baik, jika aksara "Fu" di pintu utama ditempel secara terbalik, maka aura rejeki akan ditumpahkan di luar rumah, sehingga menjadi milik orang lain, dan rejeki pun akan hilang.

Orang yang Memiliki "De" (Moral) Akan Memiliki Rejeki

Setiap orang pasti mengharapkan adanya rejeki (hoki) dan keberuntungan, berharap agar semakin banyak rejeki dan terhindar dari mara-bahaya. Namun bagaimana agar bisa mendapatkan keberuntungan yang sesungguhnya? Bagaimana seseorang bisa dikategorikan beruntung?

Hukum Langit tidak membedakan kerabat atau bukan, setiap orang adalah sama di hadapan Yang Maha Kuasa, namun hanya dengan perbuatan baik yang sejalan dengan Hukum Langit, oleh karena itu Hukum Langit akan selalu berpihak pada orang-orang yang melakukan kebajikan, membuat orang-orang baik seolah dibantu oleh para Dewa setiap kali mereka melakukan pekerjaannya.

Keberuntungan dan "De" (dibaca: te, yang berarti: kualitas moral) saling berkaitan erat. "De" dan "Fu", adalah moralitas dan keberuntungan, merupakan sepasang aspek penting dalam kebudayaan tradisional Tiongkok.

Yang dimaksud memiliki "De" yang baik, adalah memiliki sifat yang menjunjung tinggi moralitas. "De" adalah salah satu cara yang paling penting bagi manusia untuk meraih keberuntungan dan menjauhkan diri dari marabahaya. Pemahaman akan kaitan antara "De" dan "Fu" terutama mencakup dua sisi.

Pertama, beruntung atau tidaknya seseorang ditentukan oleh Yang Maha Kuasa atau Dewa. Kedua, meskipun Yang Maha Kuasa berkuasa atas rejeki maupun bencana bagi manusia, akan tetapi setiap orang dapat mengubah nasib mereka dengan cara melakukan kebajikan. Perilaku yang baik dan bermoral dapat memastikan Yang Maha Kuasa akan memberikan rejeki, sedangkan perilaku yang tidak bermoral dapat menyebabkan hilangnya keberuntungan bahkan bencana menimpa seseorang.

Segala keberuntungan maupun marabahaya yang dialami oleh seseorang sama sekali bukanlah kebetulan. Intinya, akar sumber keberuntungan maupun bencana seseorang ada dalam diri dan hati nurani masing-masing.

Tabib dari Dinasti Tang, Sun Simiao, dalam kitab "Keberuntungan dan Panjang Umur" mengatakan: "Fu" adalah berasal dari kultivasi kebaikan, melakukan kebaikan dapat mengumpulkan "pahala", menolong orang lain tidak hanya dapat memperpanjang rejeki kita sendiri, juga dapat melimpahkan rejeki bagi anak cucu kita. Jika seseorang tidak memiliki moral dan martabat, melakukan kejahatan dan mengumbar nafsu, maka bencana pun akan tiba, dan tidak akan ada keberuntungan.

Ilmu Pengetahuan Buktikan Orang Baik Berusia Panjang

Apakah seseorang bisa berumur panjang, selain ditentukan oleh factor genetika dan kesehatan fisik, juga harus dilihat sifat dan hati nuraninya? Orang yang berhati mulia dapat memperbaiki temperamennya, dan secara efektif menurunkan tingkat stres di dalam dirinya sendiri, sehingga sangat berdampak baik terhadap kesehatan fisiknya.

Menurut surat kabar Huffi ngton Post, AS, angka riset menunjukkan bahwa banyak pekerja sosial rata-rata memiliki umur lebih panjang, dan tingkat kematian mereka menurun sebesar 22%. Pada penelitian terhadap manula ditemukan bahwa para manula yang setiap tahunnya menyisakan waktu hanya 100 jam untuk membantu sesama, berumur lebih panjang dibandingkan para manula lainnya, dan tingkat kematian mereka menurun hingga 28%.

Survei membuktikan, ketika melakukan kebajikan, syaraf pada otak besar manusia yang menghantarkan materi dapat membantu sel tubuh mengirimkan senyawa kimia untuk menghasilkan detak nadi, yang dapat membuat seseorang bahagia.

Penelitian oleh professor ilmu psikologi dari University of California, Sonja Lyubomirsky, menemukan bahwa dengan setiap hari melakukan 5 kebaikan selama 6 minggu secara terus menerus, kondisi fisik maupun mental seseorang dapat mengalami perbaikan yang sangat signifikan, seolah habis mengonsumsi zat suplemen. 

Dan semakin besar energi positif yang dilepaskan, maka imbal-balik energi positif yang didapatkan akan semakin besar pula, dan jika dipertahankan selama 6 minggu secara berturut-turut akan didapati emosi seseorang telah memasuki sirkulasi yang sangat baik.

"Fu"suka berdampingan dengan kejujuran dan kebajikan. Sebenarnya "Fu" tidak hanya semacam perasaan, bahkan adalah semacam pembinaan diri. Salam kebajikan (Sumber)


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar