Kebajikan ( De 德 ) - Hari Raya Tahun Baru Imlek bukan hanya
sekedar ritual tahunan biasa dan budaya saja, tetapi juga merupakan
budaya yang sekaligus menyatu dengan kepercayaan, walaupun demikian bagi
mereka yang berbeda agama, mereka juga bisa turut merayakan hanya dari
sudut budayanya saja.
Disamping itu tidak ada salahnya untuk menambah
wawasan pengetahuan kita mengetahui makna simbolik dari hidangan makanan
yang disajikan pada hari raya tersebut. Sama seperti makanan untuk
upacara adat atau keagamaan lainnya, makanan khas Tahun Baru Imlek juga
sarat dengan berbagai macam makna simbolik.
Menjelang hari raya Tahun Baru Imlek, masyarakat
Tionghoa umumnya menyibukkan diri untuk menyambut datangnya musim semi.
Kesibukan mereka berupa-rupa dari membersihkan lingkungan sampai sibuk
membuat bermacam-macam santapan dan masakan.
Untuk memperingan pekerjaan, maka dibagi-bagi penugasannya agar tidak simpang-siur (silang-menyilang tidak keruan). Tugas ini bukanlah suatu hal yang ringan karena mereka harus mempersiapkan 12 macam masakan untuk acara sembahyang kepada leluhur.
Berdasakan kepercayaan, orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan.
Walaupun demikian bagi mereka yang tidak mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie).
Menjelang hari raya tahun baru Imlek Masyarakat Tionghoa hampir dipastikan selalu membuat masakan Sansheng (三牲), Sansheng berarti tiga jenis binatang. Disebut masakah Sansheng karena masakan ini terdiri dari tiga jenis binatang yaitu seekor ikan, seekor ayam dan sepotong daging babi.
Maksud menyajikan atau menghidangkan ketiga jenis binatang ini untuk mengingatkan manusia bahwa yang hidup di alam dunia ini bukan hanya manusia tetapi masih banyak mahluk hidup lainnya dan kita hidup di darat itu memerlukan udara dam air.
Ketiga jenis binatang itu dianalogikan sebagai lambang kehidupan. Misalnya, ayam, hidup di darat dan di udara karena dia memiliki sayap, tetapi tidak dapat terbang. Kemudian ikan hidup di dalam air, dan babi hidup di darat.
Tujuan dari masakan Sansheng ini adalah sebagai perlambang sifat dari hewan dan untuk mengingatkan kita agar sebagai manusia tidak meniru sifat yang dilakukan oleh ketiga jenis binatang itu.
Misalnya babi, binatang ini sangat malas hanya makan dan tidur sehingga tidak ada gunanya, oleh sebab itu manusia harus rajin kerja tidak dibolehkan meniru sifat dari babi yang hanya tahu makan dan tidur.
Sedangkan ayam, binatang ini suka pindah-pindah pada saat makan, sehingga ketika makanan yang ada didepan matanya belum habis pun sudah mau pindah lagi ke tempat lain atau melambangkan sifat yang serakah.
Sedangkan ikan, karena kulit ikan itu bersisik maka binatang ini justru diumpamakan seperti binatang ular, dan pengertiannya dari ikan ini agar manusia tidak dibolehkan berlaku jahat kepada orang lain, karena ular dianggap binatang yang sangat jahat.
Namun ada juga yang menghubungkan ikan sebagai perlambang rezeki, karena dalam logat Mandarin kata ”ikan” sama bunyinya dengan kata ”yu” yang berarti rezeki oleh sebab itulah dibanyak restoran Tionghoa terutama di Holland selalu ada aquarium ikan ikan mas yang melambangkan rejeki yang dilumuri dengan emas yang berjibun.
Masakah Sansheng merupakan tradisi yang mempunyai makna bagi kehidupan manusia. Masakan Sansheng bagi penganut agama Tao merupakan bagian dari acara ritual namun bagi penganut agama lainnya merupakan tradisi agar perayaan tahun baru Imlek ini terlihat meriah.
Sembahyang Tahun Baru Imlek menggunakan masakan Sansheng lazimnya dilakukan antara 1 s/d 7 hari sebelum tahun baru. Masakan Sansheng ini bukan hanya pada perayaan hari raya tahun baru Imlek melainkan pada acara-acara lain misalnya pada acara sembahyang kematian yang ditujukan kepada leluhur.
Disamping itu seperti juga pada saat merayakan pesta HUT; mie juga merupakan satu makanan wajib, sebab mie itu melambangkan panjang umur terutama Siu Mie / Shou Mian = “Mie pajang umur”.
Mie ini harus disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu utaian mie, sebab dengan demikian diharapkan umur kita pun tidak akan putus-putusnya alias manjang terus. Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong, maklum apabila saatnya tiba toh akhirnya usia manusia tersebut akan putus juga.
Kueh Keranjang atau Nian Gao atau lebih sering disebut kue keranjang (tii kwee) adalah kue wajib imlek. Kue ini mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran.
Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek pada umumnya ada jauh lebih manis daripada biasanya, sebab dengan demikian diharapkan di tahun mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di tahun-tahun sebelumnya.
Kue wajib lainnya adalah kue lapis legit (spekkoek) sebagai pelambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang lebih lebih manis dan lebih legit lagi.
Kue lapis legit yang sering juga disebut sebagai “Thousand Layer Cake”, walaupun memang benar menggunakan mentega dari Belanda (roomboter), tetapi orang-orang di Belanda nya sendiri, mereka tidak mengenal kue itu. Mungkin perkataan “spek” ini diambil dari bahasa Belanda yang berarti lapisan lemak babi (bacon = bahasa Inggris), karena bentuknya mirip spek.
Buah-buahan wajib yang sudah pasti adalah pisang raja atau pisang mas yang melambangkan mas atau kemakmuran. Begitu juga dengan jeruk kuning dan diusahakan yang ada daunnya sebab ini melambangkan kemakmuran yang akan selalu tumbuh terus.
Sedangkan tebu melambangkan kehidupan manis yang panjang. Walaupun demikian harus dihindari buah-buahan yang berduri seperti salak atau durian, terkecuali nanas karena namanya Wang Li yang ucapannya mirip dengan kata Wang (berjaya) disamping itu nanas juga bisa dilambangkan sebagai mahkota raja.
Selain buah-buahan dianjurkan juga untuk makan manisan seperti kolang kaling agar pikiran bisa menjadi jernih terus dan juga agar-agar yang sebaiknya disajikan dalam bentuk bintang agar kehidupan maupun jabatannya dimasa yang akan datang bisa menjadi lebih terang dan bersinar.
Selain makanan yang wajib disajikan ada juga makanan yang sebaiknya dihindari atau dipantangkan seperti bubur, sebab ini melambangkan kemiskinan atau kesusahan. Maklum pada saat musim kelaparan di Tiongkok mereka tidak bisa menyajikan nasi. Disamping itu makanan-makanan yang berasa pahit seperti pare dan fumak sebaiknya ini juga dihindari sebab makanan tersebut melambangkan kepahitan hidup. Salam kebajikan
Untuk memperingan pekerjaan, maka dibagi-bagi penugasannya agar tidak simpang-siur (silang-menyilang tidak keruan). Tugas ini bukanlah suatu hal yang ringan karena mereka harus mempersiapkan 12 macam masakan untuk acara sembahyang kepada leluhur.
Berdasakan kepercayaan, orang-orang Tionghoa yang kaya pada umumnya selalu menyediakan 12 macam masakan dan 12 macam kue-kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Hidangan yang dipilih biasanya hidangan yang mempunyai arti yang berkaitan dengan kemakmuran, panjang umur, kebahagiaan maupun keselamatan.
Walaupun demikian bagi mereka yang tidak mampu maka cukup dengan makan mie panjang umur (siu mie).
Menjelang hari raya tahun baru Imlek Masyarakat Tionghoa hampir dipastikan selalu membuat masakan Sansheng (三牲), Sansheng berarti tiga jenis binatang. Disebut masakah Sansheng karena masakan ini terdiri dari tiga jenis binatang yaitu seekor ikan, seekor ayam dan sepotong daging babi.
Maksud menyajikan atau menghidangkan ketiga jenis binatang ini untuk mengingatkan manusia bahwa yang hidup di alam dunia ini bukan hanya manusia tetapi masih banyak mahluk hidup lainnya dan kita hidup di darat itu memerlukan udara dam air.
Ketiga jenis binatang itu dianalogikan sebagai lambang kehidupan. Misalnya, ayam, hidup di darat dan di udara karena dia memiliki sayap, tetapi tidak dapat terbang. Kemudian ikan hidup di dalam air, dan babi hidup di darat.
Tujuan dari masakan Sansheng ini adalah sebagai perlambang sifat dari hewan dan untuk mengingatkan kita agar sebagai manusia tidak meniru sifat yang dilakukan oleh ketiga jenis binatang itu.
Misalnya babi, binatang ini sangat malas hanya makan dan tidur sehingga tidak ada gunanya, oleh sebab itu manusia harus rajin kerja tidak dibolehkan meniru sifat dari babi yang hanya tahu makan dan tidur.
Sedangkan ayam, binatang ini suka pindah-pindah pada saat makan, sehingga ketika makanan yang ada didepan matanya belum habis pun sudah mau pindah lagi ke tempat lain atau melambangkan sifat yang serakah.
Sedangkan ikan, karena kulit ikan itu bersisik maka binatang ini justru diumpamakan seperti binatang ular, dan pengertiannya dari ikan ini agar manusia tidak dibolehkan berlaku jahat kepada orang lain, karena ular dianggap binatang yang sangat jahat.
Namun ada juga yang menghubungkan ikan sebagai perlambang rezeki, karena dalam logat Mandarin kata ”ikan” sama bunyinya dengan kata ”yu” yang berarti rezeki oleh sebab itulah dibanyak restoran Tionghoa terutama di Holland selalu ada aquarium ikan ikan mas yang melambangkan rejeki yang dilumuri dengan emas yang berjibun.
Masakah Sansheng merupakan tradisi yang mempunyai makna bagi kehidupan manusia. Masakan Sansheng bagi penganut agama Tao merupakan bagian dari acara ritual namun bagi penganut agama lainnya merupakan tradisi agar perayaan tahun baru Imlek ini terlihat meriah.
Sembahyang Tahun Baru Imlek menggunakan masakan Sansheng lazimnya dilakukan antara 1 s/d 7 hari sebelum tahun baru. Masakan Sansheng ini bukan hanya pada perayaan hari raya tahun baru Imlek melainkan pada acara-acara lain misalnya pada acara sembahyang kematian yang ditujukan kepada leluhur.
Disamping itu seperti juga pada saat merayakan pesta HUT; mie juga merupakan satu makanan wajib, sebab mie itu melambangkan panjang umur terutama Siu Mie / Shou Mian = “Mie pajang umur”.
Mie ini harus disajikan tanpa putus dari ujung awal ke ujung akhir jadi benar-benar merupakan satu utaian mie, sebab dengan demikian diharapkan umur kita pun tidak akan putus-putusnya alias manjang terus. Walaupun demikian pada saat mau disantap mie tersebut boleh dipotong, maklum apabila saatnya tiba toh akhirnya usia manusia tersebut akan putus juga.
Kueh Keranjang atau Nian Gao atau lebih sering disebut kue keranjang (tii kwee) adalah kue wajib imlek. Kue ini mendapat nama dari cetakannya yang terbuat dari keranjang. Nian sendiri berati tahun dan Gao berarti kue dan juga terdengar seperti kata tinggi, oleh sebab itu kue keranjang sering disusun tinggi atau bertingkat. Makin ke atas makin mengecil kue yang disusun itu, yang memberikan makna peningkatan dalam hal rezeki atau kemakmuran.
Pada zaman dahulu banyaknya atau tingginya kue keranjang menandakan kemakmuran keluarga pemilik rumah. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai simbol kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.
Kue-kue yang disajikan pada hari raya tahun baru Imlek pada umumnya ada jauh lebih manis daripada biasanya, sebab dengan demikian diharapkan di tahun mendatang jalan hidup kita bisa menjadi lebih manis lagi daripada di tahun-tahun sebelumnya.
Kue wajib lainnya adalah kue lapis legit (spekkoek) sebagai pelambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis dan saling tumpang tindih di tahun yang akan datang, sehingga dengan demikian bisa dapat merasakan kehidupan yang lebih lebih manis dan lebih legit lagi.
Kue lapis legit yang sering juga disebut sebagai “Thousand Layer Cake”, walaupun memang benar menggunakan mentega dari Belanda (roomboter), tetapi orang-orang di Belanda nya sendiri, mereka tidak mengenal kue itu. Mungkin perkataan “spek” ini diambil dari bahasa Belanda yang berarti lapisan lemak babi (bacon = bahasa Inggris), karena bentuknya mirip spek.
Buah-buahan wajib yang sudah pasti adalah pisang raja atau pisang mas yang melambangkan mas atau kemakmuran. Begitu juga dengan jeruk kuning dan diusahakan yang ada daunnya sebab ini melambangkan kemakmuran yang akan selalu tumbuh terus.
Sedangkan tebu melambangkan kehidupan manis yang panjang. Walaupun demikian harus dihindari buah-buahan yang berduri seperti salak atau durian, terkecuali nanas karena namanya Wang Li yang ucapannya mirip dengan kata Wang (berjaya) disamping itu nanas juga bisa dilambangkan sebagai mahkota raja.
Selain buah-buahan dianjurkan juga untuk makan manisan seperti kolang kaling agar pikiran bisa menjadi jernih terus dan juga agar-agar yang sebaiknya disajikan dalam bentuk bintang agar kehidupan maupun jabatannya dimasa yang akan datang bisa menjadi lebih terang dan bersinar.
Selain makanan yang wajib disajikan ada juga makanan yang sebaiknya dihindari atau dipantangkan seperti bubur, sebab ini melambangkan kemiskinan atau kesusahan. Maklum pada saat musim kelaparan di Tiongkok mereka tidak bisa menyajikan nasi. Disamping itu makanan-makanan yang berasa pahit seperti pare dan fumak sebaiknya ini juga dihindari sebab makanan tersebut melambangkan kepahitan hidup. Salam kebajikan
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar