|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Sabtu, 25 Januari 2014

Membangun Tekad dan Giat Berusaha Mewujudkannya

 

 
Kebajikan ( De 德 ) - Walau bagaimana pun takdir kita, kita harus bisa membangun tekad giat berusaha menciptakan kehidupan yang gemilang.

Di Desa Ma Ye daratan China, ada seorang pria yang bernama Ma Wen-Zhong. guru ini dilahirkan dalam sebuah keluarga miskin dan kehidupan masyarakat pada waktu itu sangat kacau. Ia menderita suatu penyakit bentuk distrofi otot. 

Penyakitnya menjadi parah pada usia empat belas tahun. Anggota tubuhnya tidak dapat ditegakkan, melainkan seluruh tubuhnya menjadi lemah secara bertahap. Dia kehilangan semua kekuatan di otot-ototnya. Namun, ia giat berusaha, bekerja sangat keras dan sangat berprestasi dalam studinya.

Dia mendapat juara pertama dari seluruh daerah dalam ujian masuk sekolah menengah atas di negaranya. Tapi hanya sebagian kecil dari jumlah siswa dari masing-masing daerah yang bisa pergi ke sekolah. Tetapi kemudian direksi sekolah merasa bahwa orang yang memiliki tubuh semacam dia, walaupun mengecap pendidikan yang lebih, hanya akan menjadi sia-sia. Mereka mencoba membujuk dia untuk meninggalkan studinya dan menyerahkan kursi kepada siswa lainnya.

Bagi seseorang yang mencintai sekolah, rajin belajar dan mendapat tempat pertama di area pengujian, untuk memberikan dan merelakan semua itu adalah keputusan yang sangat menyakitkan. Tapi dia sangat baik dan setelah melalui beberapa pertimbangan, akhirnya dia menyerahkan kesempatan itu kepada orang lain. Setelah dia melakukan hal tersebut, dia masih terus belajar keras sendiri.

Ada banyak keluarga lain di desanya yang tidak mampu mengirimkan anak mereka ke sekolah. Akibatnya, anak-anak menyerah pada nasib mereka sendiri. Mereka sangat liar dan menjalani kehidupan mereka tanpa tujuan dan arah. Ada juga beberapa anak dari keluarga kaya yang bertindak seperti pengganggu di sekolah. Mereka sangat nakal. 

Tetapi bagi pak guru Ma yang sangat sensitif, dia merasa bahwa anak-anak tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa mengecap pendidikan. Jika orang tidak menerima pendidikan, maka mereka tidak akan tahu apa-apa dan hidup mereka akan tersia – siakan.

Dia merasa tidak tega melihat anak-anak kehilangan kesempatan untuk menerima pendidikan. Para “preman cilik” juga perlu mendapat perhatian. Jika anak-anak di kota ini tumbuh dengan kebiasaan buruk, tentunya akan menimbulkan masalah bagi daerah tersebut. 

Oleh karena itu, dia bekerja dengan sangat keras. Dia berharap dapat memberikan kesempatan pendidikan untuk anak-anak dari keluarga miskin. Dia juga ingin punya kesempatan untuk membantu teman dan anak-anak bermasalah.

Untungnya, ia memiliki ayah yang sangat baik yang terus memberikan dukungan dan semangat kepadanya. “ Dengan kebijaksanaan sebagai jembatan penghubung; cinta kasih universal sebagai dinding penyangga, “ Ayahnya telah menjadi jembatan dan dinding bagi sang anak, yang terus menerus memberikan motivasi dan dukungan.

Ayahnya bekerja sangat keras. Mereka tidak punya uang, maka ia bekerja sebagai buruh di siang hari dan mengumpulkan tanah pada malam hari. Perlahan-lahan, dengan segerobak demi segerobak penuh, ayahnya mengangkut tanah. Lalu dicetak dan dikeringkan menjadi batu bata di bawah sinar matahari. 

Ayahnya ini benar-benar orang mulia. Melalui usahanya, sekolah itu dibangun. Meskipun bangunan yang sederhana, tapi cukup layak sebagai tempat bagi anak-anak untuk belajar.
Tapi siapa yang akan datang ke sekolah ini? 

Mereka harus merekrut. Namun, orang di desa sangat ketakutan bahwa penyakit Pak guru Ma bisa menular. Jadi tidak ada yang berani untuk menyekolahkan anak mereka di sana. Selain itu, beberapa orang bahkan tidak bisa membayar biaya sekolah yang amat murah ini. 

Pak guru Ma hanyalah remaja belasan tahun. Ia menyeret dirinya sendiri dengan bantuan bangku. Butuh upaya besar baginya untuk bergerak. Sulit baginya untuk bergerak bahkan sedikit atau bahkan satu inci saja. Setiap langkah kecil tampak begitu sulit. Tetapi tekadnya begitu kuat. Ia mendatangi dari rumah ke rumah dan mengetuk setiap pintu untuk membujuk orang.

Beberapa orang mengatakan, "Saya tidak punya uang." "Saya tidak bisa membayar biaya sekolah." 

Pak guru Ma berkata, "Tidak masalah. Biarkan anak-anak Anda datang ke sekolah, tidak akan dikenakan biaya “. 

"Tapi kami tidak punya uang untuk beli buku dan pena."

"Tidak apa-apa. Saya akan berusaha untuk membeli buat mereka." Jadi apakah dengan demikian mereka lantas membiarkan anak-anak mereka pergi ke sekolah?" .

" Tidak ! Mereka tetap takut kalau anak-anak mereka akan tertular .

Menghadapi tantangan yang begitu banyak, dia tidak pernah menyerah. Akhirnya, terdapat 8 orang anak datang ke sekolah. Mereka miskin, sehingga tidak perlu membayar biaya sekolah. Terhadap anak-anak yang bandel , ia menggunakan kesabaran, cinta kasih dan kebijaksanaan untuk membimbing mereka ke arah kebaikan. 

Ketika siswa mengambil ujian masuk sekolah menengah di distrik, 6 dari 8 siswa lulus dengan nilai yang tinggi. Selama bertahun-tahun kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil. Surat kabar mulai memberitakan hal ini. Orang-orang di desa itu mulai percaya padanya. 

Sejak itu jumlah murid-muridnya makin banyak. Kemudian dia mengajar kelas yang siswanya berjumlah 30 orang dan mereka semua lulus kecuali satu orang. Sekolahnya menjadi makin terkenal dan nama pak guru Ma semakin dikenal oleh khalayak ramai .

Karena ketenarannya, maka ia ketemu dengan jodoh yang sangat baik. Terpisah oleh jarak yang sangat jauh, hanya sehelai benang telah mempertemukan mereka, sungguh kekuatan jalinan jodoh tak terbayangkan.

Pak guru Ma dan Bu guru Gu, merupakan sosok pekerja keras, mereka memiliki harapan yang sama yakni dapat memajukan sekolahnya, agar semua anak – anak di desanya mempunyai kesempatan mengecap pendidikan. Keinginan hati inilah yang di kemudian hari diwujudkan oleh Tzu Chi.

Master sangat tersentuh ketika membaca berita ini di suratkabar. Beliau segera meminta relawan Tzu Chi di Shanghai untuk mengadakan kunjungan khusus dan membawa kembali laporan tertulis. Apa yang mereka laporkan sangat mengharukan. Kita harus membantunya memenuhi keinginan ini. 

Oleh karena itu, Tzu Chi memutuskan untuk membangun sekolah ini, dan setelah proyek ini selesai, pak guru Ma dan istrinya sangat berterima kasih dan tergugah. Mereka menggunakan kisah mereka sebagai teladan bagi orang lain. Tzu Chi pergi ke rumah mereka untuk merekam keseluruhan cerita. Maka dari itu, peristiwa nyata dan tokoh nyata lebih membuat kita jadi terharu.

Di dunia ini, sebagian orang memiliki mimpi yang indah , tetapi sebaliknya bagi yang lain, hidup seperti perjuangan penuh liku-liku. Meskipun kisah hidup pak guru Ma tidak menyenangkan, ia tidak pernah kehilangan arah. Jadi, saya sering mengatakan bahwa dalam hidup ini, kita tidak harus memanjakan diri sendiri. Hargailah tubuh anda yang sehat ini. Jika kita tidak menghargai dan memanfaatkannya dengan baik , maka itu sangat disayangkan. Salam kebajikan


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar