Kebajikan ( De 德 ) - Seorang pengarang terkenal pulang ke rumah dan melihat istrinya
terlentang di sofa kecapekan. Bertanyalah ia, “Apa yang terjadi? Mengapa
kamu tampak begitu kecapekan?”
Istrinya pun berkeluh kesah, “Capek sekali mengurusi rumah tangga. Selesai memasak, mau mencari alas untuk kuah sayur, malah hilang. Anak-anak ribut berlarian dan berteriak-teriak dalam permainan mereka. Sungguh ribut sekali. Dimarahi juga gak mau diam. Diminta mencari alas kuah sayur yang dijadikan mainan, malah anak-anak bertengkar. Sungguh pusing. Untung ada buku kamu”
“Oh, ya? Jadi akhirnya kamu sadar betapa buku karangan saya berguna?” Ujar pengarang yang sebelumnya pusing mendengar keluhan istrinya.
“Ya. Saya mengambil bukumu yang beberapa lembarannya sudah dikoyak anak-anak dan dijadikan pesawat mainan. Karena tidak mau diam, akhirnya saya pukul mereka dengan buku kamu. Itu bukumu sekarang dijadikan alas sayur.”
“Hahhh?” Puyeng si pengarang mendengar ucapan istrinya sambil beranjak keluar rumahnya menuju taman.
Melihat raut mukanya yang masam, seorang kakek tua menegurnya. Dan kemudianlah berceritalah pengarang itu betapa bukunya tidak dihargai. Ia mengeluh betapa sudah susah payah dia mengarangnya, malah dijadikan mainan, alat pukul dan alas sup.
Kakek itu tersenyum arif dan berkata, “Daripada kotor dan rusak sebagai pajangan saja, bukankah baik kalau dimanfaatkan jadi pesawat? Bisa melatih kreativitas anak dan menghemat uang mainan. Bukankah baik kalau istrimu memukul dengan buku, bukan rotan atau besi? Bukankah baik kalau buku kamu bisa dijadikan sebagai alas sayur? Lihatlah betapa bukumu berguna. Sesekali mungkin saja istrimu juga membacanya.”
Wajah masam si pengarang pun berubah lebih ceria mendengar ujaran si kakek tua. Demikianlah hidup kita. Selalu ada segi positip dari semua hal yang terjadi. Daripada sedih, bukankah jauh lebih baik bersuka cita dengan berpikir secara positip dan optimis? (Sumber)
Istrinya pun berkeluh kesah, “Capek sekali mengurusi rumah tangga. Selesai memasak, mau mencari alas untuk kuah sayur, malah hilang. Anak-anak ribut berlarian dan berteriak-teriak dalam permainan mereka. Sungguh ribut sekali. Dimarahi juga gak mau diam. Diminta mencari alas kuah sayur yang dijadikan mainan, malah anak-anak bertengkar. Sungguh pusing. Untung ada buku kamu”
“Oh, ya? Jadi akhirnya kamu sadar betapa buku karangan saya berguna?” Ujar pengarang yang sebelumnya pusing mendengar keluhan istrinya.
“Ya. Saya mengambil bukumu yang beberapa lembarannya sudah dikoyak anak-anak dan dijadikan pesawat mainan. Karena tidak mau diam, akhirnya saya pukul mereka dengan buku kamu. Itu bukumu sekarang dijadikan alas sayur.”
“Hahhh?” Puyeng si pengarang mendengar ucapan istrinya sambil beranjak keluar rumahnya menuju taman.
Melihat raut mukanya yang masam, seorang kakek tua menegurnya. Dan kemudianlah berceritalah pengarang itu betapa bukunya tidak dihargai. Ia mengeluh betapa sudah susah payah dia mengarangnya, malah dijadikan mainan, alat pukul dan alas sup.
Kakek itu tersenyum arif dan berkata, “Daripada kotor dan rusak sebagai pajangan saja, bukankah baik kalau dimanfaatkan jadi pesawat? Bisa melatih kreativitas anak dan menghemat uang mainan. Bukankah baik kalau istrimu memukul dengan buku, bukan rotan atau besi? Bukankah baik kalau buku kamu bisa dijadikan sebagai alas sayur? Lihatlah betapa bukumu berguna. Sesekali mungkin saja istrimu juga membacanya.”
Wajah masam si pengarang pun berubah lebih ceria mendengar ujaran si kakek tua. Demikianlah hidup kita. Selalu ada segi positip dari semua hal yang terjadi. Daripada sedih, bukankah jauh lebih baik bersuka cita dengan berpikir secara positip dan optimis? (Sumber)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar