Kebajikan ( De 德 ) - Kejujuran merupakan satu kata yang amat sederhana namun di zaman sekarang menjadi sesuatu yang langka dan sangat tinggi harganya. Memang ketika kita merasa senang dan segalanya berjalan lancar, mengamalkan kejujuran secara konsisten tidaklah sulit, namun pada saat sebuah nilai kejujuran yang kita pegang bertolak belakang dengan perasaan, maka kita mulai tergoncang apakah akan tetap berpegang teguh, atau membiarkannya tergilas oleh suatu keadaan.
Disebuah rumah besar, ada tiga orang anak yang sedang bermain bola di dalam ruangan..
Mereka berlarian kesetiap sudut ruangan rumah sambil tertawa-tawa tanpa beban.
Mereka berlarian kesetiap sudut ruangan rumah sambil tertawa-tawa tanpa beban.
Tak dihiraukan mereka, suara pembantu rumah yang berteriak agak ketiga anak majikannya itu mau berhenti bermain bola, apalagi sang majikan yang juga kedua orang tua anak- anak tersebut sudah hampir mau pulang dari kerjaan.
Tiba-tiba PRANGG..sebuah keramik hiasan di sudut ruang tamu pecah terkena bola. Patung keramik yang merupakan kesayangan Tuannya itu dibeli dari luar negeri dan patung itu tak ada yang berani menyentuhnya selain hanya untuk kepentingan dibersihkan dari debu. Sekarang patung keramik itu pecah berantakan..
Ketiga anak laki tersebut nampak terkejut dan takut sambil terdiam, sementara sang pembantu dengan sedikit mengomel mengumpulkan kepingan keramik
tersebut. Dalam hatinya dia sadar bahwa pasti bila majikannya tahu akan
memarahinya bahkan kemungkinan yang terburuk akan memecatnya. Tapi dia sudah siap menerima apapun konsekwensinya.
Ketiga anak tersebut terlihat nampak tak tenang. Sebenarnya mereka juga ketakutan, namun mereka berfikir pasti ibunya akan melindunginya apabila ayahnya nanti marah-marah. Tapi yang terpenting ”kita harus jujur,” begitu kesepakatan mereka bertiga, apalagi kedua orang tuanya sering mengajari mereka untuk bersikap jujur dalam segala hal.
Ketiga anak tersebut terlihat nampak tak tenang. Sebenarnya mereka juga ketakutan, namun mereka berfikir pasti ibunya akan melindunginya apabila ayahnya nanti marah-marah. Tapi yang terpenting ”kita harus jujur,” begitu kesepakatan mereka bertiga, apalagi kedua orang tuanya sering mengajari mereka untuk bersikap jujur dalam segala hal.
Ketika mereka sedang makan malam bersama ke dua orang tuanya, anak-anaknya masih belum ada satupun yang berani membuka
mulut tentang pecahnya patung keramik tadi.
Akhirnya sang pembantulah yang justru membuka masalah itu.
Akhirnya sang pembantulah yang justru membuka masalah itu.
"Hah apa kamu bilang?? Patung keramik saya??” Si majikan lelaki itu nampak kaget sekaligus emosi..
"Bodoh kamu! Tak becus merawat anak-anak .." Lalu sang majikan menghampiri bungkusan pecahan keramik tadi dan dengan
emosi tinggi pula langsung mendekati ketiga anak lelakinya tanpa
kompromi langsung memukul mereka satu persatu, menjewernya dan
memakinya.
Ketiga anak itu menangis dan berkata, "maafkan kami pa..tadi kami bermain terlalu asyik, bahkan bibi juga sudah mengingatkan..kami yaήğ salah ..maaf pa...”
Tapi kemarahan ayahnya ternyata tak bisa tuntas, meski kata maaf sudah tersampaikan,
tetap saja kekesalan dan omelannya tak terbendung. Sementara istrinya cuma bisa diam melihat kemarahan suaminya dan tak ada perlindungan apapun untuk ketiga anaknya. Sang pembantu juga ikhlas, meski dikatakan bodoh dan tak becus, karena ia menyadari keteledorannya dalam merawat anak-anak.
tetap saja kekesalan dan omelannya tak terbendung. Sementara istrinya cuma bisa diam melihat kemarahan suaminya dan tak ada perlindungan apapun untuk ketiga anaknya. Sang pembantu juga ikhlas, meski dikatakan bodoh dan tak becus, karena ia menyadari keteledorannya dalam merawat anak-anak.
Saya sering mendengar orang tua menasehati anak supaya harus menjadi
orang yang jujur. Dalam mendidik dan memotivasi supaya seorang anak
menjadi orang yang jujur, kerap kali dikemukakan bahwa menjadi orang
jujur itu sangat baik, akan dipercaya orang, akan disayang orang tua,
dan bahkan mungkin sering dikatakan bahwa kalau jujur akan
disayang/dikasihi oleh Tuhan.
Terkadang manusia dalam menekankan kata-kata JUJUR itu Indah, JUJUR itu berharga,
akan tetapi sering kali pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari, saya sering melihat (bahkan juga ikut
terlibat) dalam berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial
dimasyarakat, yang justru kebanyakannya adalah wujud realisasi dari
sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, dimana tidak semua orang yang bisa mempraktekan arti kejujuran di dalam kehidupannya sehari-hari.
Apalagi ketika kita mendengar sebuah kejujuran yang sifatnya bukan membuat kita diuntungkan, melainkan dirugikan atau kecolongan, pasti kita tak akan bisa legowo atau rela menerima sebuah kejujuran.
Sobat Kebajikan, Ada baiknya mulai sekarang kita koreksi diri kita sebelum terjadi pada kita, janganlah menekankan kalimat JUJUR sebagai sebuah pelajaran atau
petuah semata bila pada akhirnya kita tak bisa menerima harga sebuah
kejujuran.
Karena pernyataan kita akan diragukan terutama kepada
anak-anak yang selalu meniru aturan dan cara orang tua sebagai
panutan, dimana dalam hal ini secara tidak langsung si-anak diajarkan dan dilatih
kemampuan untuk dapat "berbohong", menutup-nutupi perasaannya (sakit)
hanya karena suatu kepentingan.
Ada baiknya tanamkan bahwa kejujuran itu bukan karena ucapan saja, namun pastikan masukkan rasa ikhlas yang lebih didalamnya. Hargailah KEJUJURAN yang disertai MAAF dan IKHLASlah! Salam kebajikan (Penulis : Lulu)
Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat
kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk
mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.
Tidak ada komentar:
Write komentar