|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 04 Februari 2014

Jangan Percaya dengan Mata Anda

 

 

Kebajikan ( De 德 )Kebanyakan dari kita setuju dengan ungkapan bahwa mata manusia sering menimbulkan ilusi sehingga apa yang terlihat tidak sesuai dengan kenyataan, lalu muncul pula ungkapan dari para pelaku spiritual yang mengatakan, "Jangan percaya dengan yang Anda lihat".

Ilusi sering dikaitkan dengan ilusi optis, yaitu ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Secara konvensional ada yang beranggapan bahwa ada ilusi yang bersifat fisiologis dan ada ilusi yang bersifat kognitif.

Ilusi fisiologis, seperti yang terjadi pada 'afterimages' atau kesan gambar yang terjadi setelah melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah mendapat rangsangan tertentu.

Sedangkan ilusi kognitif diasumsikan terjadi karena anggapan pikiran terhadap sesuatu di luar, seperti dicontohkan dalam Vas Rubin, Kubus Necker, ilusi dinding kafe, segitiga Penrose.

Salah satu contoh ilusi yang tidat dapat dijelaskan adalah 'kisi-kisi' (jaring), yang pertama kali dilaporkan oleh ahli fisiologi Jerman Ludimar Hermann tahun 1870, yang hanya melibatkan kotak putih pada latar belakang hitam.

Ketika Anda menggerakan mata Anda di sekitar gambar, titik gelap dengan cepat muncul dan menghilang di persimpangan. Namun, setiap kali Anda melihat langsung di persimpangan manapun, titik-titik gelap itu lenyap.

Selama bertahun-tahun secara luas diyakini bahwa ilusi bekerja karena "lateral inhibition", suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan cara yang kompleks di mana sel-sel di bagian belakang retina menanggapi daerah hitam dan putih. Beberapa tahun yang lalu teori ini terbukti sama sekali tidak benar, sehingga penjelasan ilusi masih merupakan misteri.

Jika Anda membutuhkan contoh lain untuk meyakinkan bahwa Anda tidak harus selalu percaya apa yang Anda lihat, maka cobalah fokus pada gambar ke-2 di bawah ini.

Beberapa ilusi lebih mudah dijelaskan. Misalnya, garis horisontal dalam gambar ini tampaknya miring, tetapi dalam kenyataannya mereka sejajar satu sama lain.
Meskipun mudah untuk melihat garis mortir antara dua ubin hitam atau dua ubin putih, namun jauh lebih sulit untuk melihat garis mortir antara ubin putih dan hitam.

Otak Anda mengisi kesenjangan dengan melihatnya sebagai bagian dari ubin putih ataupun ubin hitam. Hal ini, pada gilirannya, membuat ubin terlihat lebih lebar di salah satu ujung dari pada ujung yang lain, menciptakan ilusi serangkaian ubin berbentuk baji/pasak, yang membuat garis tampak miring.

Para ilmuwan Purves, Lotto dan Nundy menulis dalam American Scientist, "Persepsi tidak selaras dengan fitur dari stimulus retina atau sifat dari objek yang mendasari, tetapi dengan kesamaan atau rangsangan yang serupa yang secara khusus biasanya berhubungan dengan waktu/masa sebelumnya."

Dengan kata lain, penglihatan kita adalah reflektif, kita melihat garis-garis itu melengkung karena hal itulah yang menurut kita logis maka mengharapkan otak kita menyampaikan pesan yang kita anggap logis tersebut, sehingga kita beranggapan garis itu melengkung, padahal bukan.

Memperbincangkan tentang ilusi, mengingatkan pada ucapan "semua yang terlihat adalah ilusi", sehingga ada yang saling memperdebatkan tentang apa yang terlihat, karena masing-masing menggunakan persepsinya, yang bisa jadi tidak sama satu dengan yang lainnya. Misalnya dalam soal warna si-A mengatakan suatu benda berwarna kelabu muda, si-B mengatakan kelabu tua, si-C mengatakan biru.

Ilusi berhubungan dengan kemampuan mata memandang, yang kemudian terhubung dengan persepsi seseorang. Sementara kondisi fisik mata juga bisa tidak sama setiap orangnya, ada yang buta warna sebagian, ada yang buta warna total, ada yang juling, silindris, maupun minus atau plus, bahkan antara mata kiri dan kanan juga bisa berbeda.

Jika penglihatan dihubungkan dengan kemampuan melihat dimensi lain, suatu kemampuan yang hanya dipunyai oleh seseorang yang sudah terbuka "mata ketiga" nya, akan lebih tidak masuk akal bagi sebagian besar orang yang tidak mempunyai kemampuan tersebut. Sedangkan tingkat melihat dimensi lain juga berbeda-beda, maka di antara mereka yang sudah terbuka mata ketiganya pun juga akan saling menyangkal.

Di dalam aliran Budha percaya bahwa setiap benda mempunyai "jiwa". Bagi yang sudah mempunyai kemampuan melihat di ruang dimensi keberadaan jiwa dari benda tersebut, mereka akan memperlakukan setiap benda dengan hati-hati, agar tidak mudah rusak, karena rusak atau pecahnya benda tersebut berarti telah membunuh "jiwa" dari benda tersebut, sedangkan membunuh sudah berarti karma.

Bagi yang mata ketiganya terbuka hingga mampu melihat bahwa setiap batu, bukit dan pohon juga mempunyai "jiwa", bahkan bisa menyapanya, maka orang tersebut akan berhati-hati dalam menjaga alam dan lingkungannya. Bagi mereka yang memperlakukan alam dan lingkungannya dengan sembarangan akan membawa bencana karena terakumulasinya karma manusia yang telah berlaku ceroboh terhadap setiap benda yang sebenarnya mempunyai "jiwa".

Bagi yang mata ketiganya sudah terbuka hingga tingkatannya mampu melihat keberadaan "dosa dan pahala", maka akan semakin berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Mempunyai kemampuan untuk secara ketat menjaga perbuatan yang bisa menciptakan dosa baru, karena mereka juga mampu melihat resiko apa yang akan terjadi jika melakukan perbuatan yang tidak bermoral. Bagi mereka, bahkan satu ucapan kasar atau cacian, yang terlihat oleh matanya adalah terbentuknya dosa baru di tubuh pelakunya.

Bagi manusia pada umumnya, yang belum mempunyai kemampuan melihat dimensi lain, atau yang sudah mempunyai kemampuan melihat namun masih pada tingkatan rendah, saat diberitahu oleh seseorang yang mempunyai kemampuan dengan tingkatan jauh lebih tinggi tentang prinsip kebenaran yang diketahuinya, mereka akan sulit menerimanya karena tidak sanggup memahaminya dan menganggapnya sebagai hal yang bertentangan dengan prinsip yang mereka ketahui.

Sedangkan dalam alam semesta berlaku prinsip, apa yang terlihat benar ditingkatan rendah, menjadi salah bagi tingkatan yang lebih tinggi, sedangkan prinsip kebenaran yang berlaku di alam semesta, tingkatan semakin tinggi semakin mendekati kebenaran.

Bagi seseorang yang mempunyai bakat dasar yang baik dan kesadaran yang tinggi, meskipun belum bisa melihat, mereka akan percaya dan dengan ketat menjaga setiap perbuatannya dengan benar. Namun bagi sebagian besar manusia dijaman sekarang, saat diberitahu bahwa dirinya telah melakukan perbuatan tidak baik, mereka tidak akan percaya bahwa dia telah berbuat tidak baik, karena mereka tidak bisa melihat dosa yang telah dia kumpulkan dari hasil perbuatannya.

Menyadari bahwa kondisi manusia sekarang yang sudah terseret jauh ke dalam nikmatnya kilau dunia, dan semakin kaburnya nilai-nilai kebenaran yang dapat dipahami, serta manusia yang semakin tidak percaya akan adanya hari akhir atau hari pembalasan, serta makna akhir dharma, terasa membawa kesedihan tersendiri, namun juga tidak perlu disedihkan karena semua sudah menjadi pilihan masing-masing, dan setiap pilihan mempunyai konsekuensinya sendiri.  Salam kebajikan  (Sumber)


Jika anda merasa artikel ini bermanfaat dan menurut Anda bisa mengilhami orang untuk menjadi baik dan berbuat kebajikan, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini; Mengutip atau mengcopy artikel di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Tidak ada komentar:
Write komentar