Kebajikan (De 德) - Suatu hari Tsu Chin bertanya-tanya di dalam hatinya," Apa penyebab seseorang menjadi terhormat dan mulia?"
Lantas dia mengamati orang-orang yang berada disekitarnya. Agaknya ia memperoleh jawaban atas pertanyaan tadi, tetapi dia masih ragu-ragu. Oleh sebab itu ia menghadap Mencius (孟子), seorang yang bijaksana, dan bertanya," Guru, apa penyebab seseorang menjadi terhormat dan mulia?"
"Mengapa kamu tanyakan hal itu kepada ku?" Mancius balik bertanya
Tzu Chin bungkam, bukan karena dia tiba-tiba menjadi bisu, tetapi karena dia malu mengemukakan alasan yang sesungguhnya. Untung saja Mencius tidak terus mendesaknya. Pertanyaan kedua yang diajukan oleh guru yang bijaksana ini,
"Menurut engkau sendiri, apa yang menyebabkan seseorang terhormat dan mulia?"
"Karena jumlah perkataan yang diucapkannya?" jawab Tzu Chin dalam nada bertanya.
"Tzu Chin, kenapa engkau tidak belajar dari alam?" sahut Mencius.
"Kamu lihat katak-katak yang hidup di pinggir sungai? Mereka bersuara tiada henti siang dan malam. Tetapi, tak seorang pun memerhatikan apa sebenarnya yang mereka ributkan. Katak bersuara siang dan malam, namun banyak orang menyumpahinya. Selain itu, jumlah pekataan sang katak yang banyak ternyata tidak mengasilkan perubahan apa-apa."
Tzu Chin manggut-manggut mendengar ajaran sang guru. "Benar juga," pikirnya.
"Tetapi," lanjut Mencius, "Sekarang, kamu lihat ayam jago, ayam jago hanya berkokok sekali saja pada waktu fajar. Apa akibatnya?"
Tzu Chin tahu jawabannya. Namun sebelum ia sempat melontarkan jawaban, Mencius sudah terlanjur mendahului," Tetapi, begitu ayam jago berkokok, orang-orang yang mendengar suaranya satu per satu memulai hari baru. Segala sesuatu di langit dan di bumi mengalami perubahan, pertanda pagi telah tiba."
"Jadi?" tanya Tzu Chin. Ia mau tahu kesimpulan ajaran sang guru.
"Lho, belum bisa menyimpulkan?" tanya Mencius heran atas kekurangcerdasan Tzu Chin. Tzu Chin menjadi kikuk dan serba salah.
Oleh sebab itu Mencius tidak memperlama siksaan batin Tzu Chin karena ketahuan dungunya. Ia segera memberi kesimpulan," Yang penting bukan banyaknya perkataan, tetapi perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya."
Sobat, Bila kita mengetahui dengan tepat, kapan waktunya berbicara, kapan waktunya berpendapat, dan mampu menyampaikan hal terpenting tanpa berbelit-belit, maka kita bisa mendapat perhatian orang lain dan memperoleh hasil yang diinginkan." Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar