|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 15 Mei 2014

Kisah Seorang Pelayan Idiot dan Majikan Kaya

 

 

KEBAJIKAN (De 德) Pada zaman kuno, ada seorang pria kaya yang licik dan pelit. Suatu hari, ia mempekerjakan seorang pelayan untuk waktu yang lama, bernama Zhang Idiot. 

Meskipun Zhang memiliki nama seperti itu, sesungguh­nya ia benar-benar sangat cerdas. Dengan tenang Zhang menerima segala tindasan ataupun ditipu, dan tidak pernah melakukan hal yang merugikan orang lain.

Pada awal tahun, si orang kaya berjanji memberikan Zhang seekor sapi sebagai upah satu tahun kerja pada akhir tahun nanti. Zhang Idiot bekerja dengan rajin sepan­jang tahun. Tetapi pada akh­irnya, si orang kaya hanya memberinya sebotol minyak.

Zhang menghadap maji­kannya dan bertanya, "Bu­kankah Anda berjanji untuk memberikan seekor sapi? Mengapa saya hanya diberi sebotol minyak?"

Orang kaya menatapnya dan berkata dengan marah, "Aku pasti berjanji untuk memberikan sebotol minyak, bukan sapi!"

Zhang Idiot hanya diam dan tidak lagi berdebat dengannya.. Dia hanya menerima minyak tersebut dan pergi dengan tenang.

Sewaktu melihat Zhang kembali tanpa membawa botol minyak, si orang kaya merasa heran, dan bertanya, "Dari mana saja kau, dan apa yang terjadi dengan minyak yang saya berikan untukmu?"

Zhang Idiot menjawab dengan tenang, "Saya menyumbang­kannya ke kuil, dan dihormati sebagai 'Donatur Besar'."

Orang kaya itu tertawa ter­bahak-bahak dan berkata sam­bil tersenyum sinis, "Dasar tak tahu malu! Setiap tahun aku menyumbang segerobak penuh minyak ke kuil, tapi aku hanya dihormati sebagai 'Donatur Kecil'. Kamu me­nyumbang hanya satu botol minyak ke kuil, dan dihormati sebagai 'Donatur Besar'?" Dia menggeleng tak percaya.

Idiot menjawab, "Ini bu­kan bohong. Setelah tiba di pintu masuk kuil, saya men­dengar orang-orang di dalam mengatakan, "Donatur Besar akan datang! Mari kita mem­buat secangkir teh yang baik baginya."

Setelah mendengar itu, si orang kaya akhirnya percaya apa yang dikatakan Zhang Idiot. Dia teringat bagaimana dirinya men­galami reaksi sama di kuil yang sama. Dia selalu men­dengar orang mengatakan, "Donatur Kecil akan datang! Mari kita membuat secangkir teh untuknya."

Ia berpikir bahwa para biarawan di kuil itu konyol, orang yang menyumbangkan segerobak penuh minyak setiap tahun dihormati sebagai Donatur Kecil, sementara yang me­nyumbangkan sebotol minyak, dihormati sebagai Donatur Besar. Lalu si Kaya memu­tuskan pergi berbicara dengan biarawan di kuil itu.

Orang kaya mengunjungi kuil

Si orang kaya yang berge­gas ke kuil dengan kemara­han besar, hanya menemukan seorang biksu senior yang telah menunggunya di pintu masuk sambil tersenyum. Be­liau mengelus-elus janggut putihnya, lantas dengan ten­ang mengantar si orang kaya ke aula besar dan menawar­kan secangkir teh. Orang kaya itu sudah terlalu tak sabaran untuk minum apa­pun.

Melihat kelakuan orang kaya tersebut, biksu senior mengatakan, "Silakan tutup mata Anda, dan biarkan saya membantu Anda bersantai."

Si orang kaya meman­dang sinis pada biksu senior. Dia berpikir dalam hati, "Bi­arkan aku melihat trik apa yang akan kau mainkan pa­daku."

Begitu biksu senior menunjuk pada titik di antara alis orang kaya tersebut, si orang kaya melihat sebuah rumah cantik dikelilingi oleh hamparan luas lahan pertanian. Ada banyak pegawai berseragam di sekitarnya, dan seorang pria elegan dalam jubah in­dah sedang duduk di aula megah, dan pria itu ternyata si Zhang Idiot.

Orang kaya itu tercengang. Dia kemu­dian diantar ke sebuah ru­ang kecil di sudut paviliun. Di sana, ia melihat seekor keledai buta dan kurus yang tertera namanya di punggung keledai itu, sedang dipukuli oleh buruh dengan cambuk. Dia merasa ketakutan, lantas membuka matanya dan ber­tanya kepada biksu senior un­tuk penjelasan.

Biksu senior mengatakan, "Setelah kematian, manu­sia tunduk pada reinkarnasi, dan kehidupan berikut kita sepenuhnya ditentukan oleh apa yang telah kita lakukan dalam hidup ini. 


Adegan yang telah Anda lihat sekarang han­yalah kehidupan mendatang Anda dan si Idiot. Karena Anda mencari uang dengan cara apa pun, dan hidup tanpa belas kasih atau kasih sayang, maka Anda akan bereinkar­nasi menjadi seekor keledai yang kurus, buta, yang men­arik batu kilangan, terus di­cambuk dan disiksa."

"Mengapa si Idiot men­jadi begitu kaya dan sukses," tanya si orang kaya.

Biksu senior menjawab, "Meski­pun Idiot hanyalah buruh dalam hidup ini, namun ia telah mengumpulkan banyak kebajikan dengan menang­gung kesulitan dan men­galami kerugian dengan hati ringan. Si Idiot hanya me­nyumbangkan sebotol min­yak, tapi itu upahnya setelah ia bekerja keras sepanjang tahun. Meskipun Anda telah menyumbangkan segerobak penuh minyak, itu hanya se­bagian kecil dari kekayaan Anda yang diperoleh melalui penipuan. Memanggil Anda sebagai Donatur Kecil saja, itu sudah berlebihan."

Orang kaya itu menjadi sangat ketakutan dan bertanya, "Apakah ada cara yang dapat mengubah nasibku?"

Biksu senior dengan senyum berkata, "Kumpulkan kebajikan dan melakukan per­buatan yang lebih baik. Dengan kebajikan, Anda akan mendapatkan sesuatu di masa depan, jika tidak dalam hidup ini."

Si orang kaya segera bergegas kembali ke rumah dan memberi Zhang Idiot seekor sapi dan sebotol minyak sebagai permintaan maaf. Malam itu, si orang kaya bermimpi melihat seekor keledai buta dan ku­rus dengan namanya tertera di punggung, sedang menarik batu penggilingan yang berat, tetapi tanpa pemukulan dengan cambuk. 


Setelah bangun, ia merasa segar. Ke­mudian dia bersumpah untuk memperbaiki kesalahannya sepenuhnya, sehingga bisa hidup sesuai dengan harapan biksu senior tersebut.

Tak lama kemudian, si orang kaya itu menjadi terke­nal sebagai dermawan yang sangat dihormati oleh orang-orang dari semua lapisan masyarakat. Sejak saat itu, legenda "Donatur Kecil" dan "Donatur Besar" telah diwar­iskan melalui sejarah. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar