|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 15 Mei 2014

Kisah Tiongkok Kuno, Kisah Kuas Tulis Tiongkok

 

  

KEBAJIKAN (De 德) -  Sejarawan Tiongkok kuno ternama, Sima Qian (司馬遷) dari Dinasti Han (206 SM – 220 M), menulis dalam kitab Shi Ji (史記, bermakna Rekaman Sejarah Agung) bahwa, "Meng Tian (蒙恬) menggunakan bulu dari kelinci gunung untuk mem­buat kuas."

Meng Tian adalah seorang jenderal berpangkat tinggi se­lama Dinasti Qin (221-206 SM) yang menonjol dalam us­aha melawan invasi suku-suku nomaden dari utara dan dalam pembangunan Tembok Besar sebagai tembok pertahanan.

Kemudian generasi selanjutnya diwarisi perkataan bah­wa "Meng Tian menciptakan kuas tulis". Namun, dalam masa Meng hidup, tidak hanya Negara Qin melainkan negara-negara lain di Tiongkok juga memiliki kuas.

Perbedaan­nya adalah, hanya kuas yang dibuat oleh Meng disebut Bǐ (筆), nama mandarin untuk kuas menulis atau peralatan menulis lainnya menerapkan yang kita kenal sekarang, se­dangkan kuas yang digunakan di kerajaan-kerajaan lain di Tiongkok, seperti Chu, Wu, dan Yan, semua memiliki nama yang berbeda.

Tidak sampai Qin Shi Huang (秦始皇) berhasil menjadi kaisar pertama yang menyatukan Tiongkok, pembuatan dan penamaan kuas tu­lis juga menjadi satu.

Pada saat itu, bagaimana­pun keterampilan membuat kuas tulis masih harus disem­purnakan, dan kuas masih be­lum digunakan secara populer. Oleh karena itu, rakyat jelata tidak memiliki akses ke kuas.

Ada sebuah cerita tentang kuas tulis yang diceritakan dalam kitab "Kumpulan Bio­grafi Para Dewa" (列仙傳), juga diterjemahkan sebagai "Biografi Dewa Teladan", se­buah buku tradisional yang di­kaitkan dengan Liu Xiang (劉向) dari Dinasti Han.

Ceritanya, pada masa pemerintahan Kaisar Huan dari Dinasti Han (漢桓帝) (132- 168 M), hiduplah seorang pembuat kuas yang bernama Li Zhongfu (李仲甫). Suatu hari, Li membawa kuas buatannya ke pasar Liaodong un­tuk dijajakan.

Terlepas dari apakah pelanggan tersebut memiliki uang untuk membayar
atau tidak, Li Zhongfu memberikan kuasnya kepada setiap orang. Dengan demikian, tidak mem­butuhkan waktu lama semua kuasnya habis.

Keesokan harinya, Li kem­bali membawa 10 bundel kuas ke pasar. Keterampilannya yang mumpuni dalam pem­buatan kuas, cepat dikenal se­cara meluas.

Menurut kitab "Kumpulan Biografi Dewa", saat masih seorang pemuda, Li Zhongfu berlatih kultivasi (pertapaan) pada seorang Taois Wang Jun (王君). Tak lama kemudian, Li sudah bisa mempelajari banyak teknik Taois, termasuk teknik tembus pandang. Selain itu, ketika ia berusia lebih dari 100 tahun, tiba-tiba ia menjadi sangat muda dalam penampil-annya.

Ketika Li pertama kali mu­lai mempelajari teknik tembus pandang, ia hanya mampu un­tuk tetap tak terlihat selama sekitar 100 hari. Kemudian, ia mampu untuk tetap tak terlihat lebih lama lagi. Ketika ia se­dang bercakap-cakap dengan orang lain, orang lain hanya akan mampu mendengar suar­anya, tetapi tidak bisa melihat Li sendiri.

Suatu hari, seorang laki-laki yang mencari nafkah dengan menangkap burung, melemparkan jaringnya di daerah sekitar 500 li (satuan jarak Tiongkok kuno yang setara dengan 250 kilometer atau 155 mil) dari rumah Li. Pria itu berhasil menangkap seekor burung, dan kemudian burung itu berubah menjadi Li Zhongfu.

Setelah dua orang ber­bicara dan kemudian saling mengucapkan selamat ting­gal, Li pulang ke rumah. Jika orang biasa, akan memakan waktu beberapa hari untuk berjalan sejauh 250 kilometer, tetapi Li tiba di rumah pada hari yang sama.

Li tinggal di dunia manu­sia selama lebih dari 300 tahun sebelum kembali ke Gunung Agung Barat, dan tidak per­nah lagi kembali ke dunia fana lagi.



Gunung Agung Barat, atau Gunung Xi Yu (西嶽山), merupakan salah satu dari Lima Besar Pegunungan Tion­gkok, sekelompok gunung ter­kenal yang memiliki makna spiritual yang besar dalam se­jarah Tiongkok. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar