Wu Niang bertanya, “Kedua tuan muda ingin makanan apa?”
Yang satu berkata, “Aku mau udang goreng yang besar, namun, aku tidak mau udang goreng yang badannya bengkok, aku mau udang goreng yang badannya lurus!” Yang lainnya berkata: “Aku mau air goreng.”
Wu Niang berpikir dalam hati, “Udang yang sudah digoreng bagaimana bisa tetap lurus? Sedangkan udang yang masih hidup saja badannya sudah bengkok! Air dan minyak tidak bisa bercampur, bagaimana mungkin digoreng? Ini jelas-jelas ingin mempersulit aku.”
Wu Niang bepikir dan berpikir, kemudian berkata, “Kedua jenis masakan ini bisa aku buatkan, tapi harganya sedikit mahal.”
Kedua tuan muda itu berkata, “Sebenarnya kamu tidak bisa membuatnya, karena itu, memberikan harga yang mahal untuk mengertak kami. Kami memiliki banyak uang, silakan kamu tentukan harganya!”
Wu Niang karena mau memberi pelajaran kepada kedua tuan muda ini, lalu meminta 50 Liang perak sebagai harganya, dan merekapun menyetujuinya.
Setelah Wu Niang mencuci bersih udang besar, dia lalu menusuknya satu persatu dengan bambu, kemudian baru mengorengnya dalam wajan. Setelah matang, dia lalu mencabut bambunya, udang itu bisa menjadi lurus. Wu Niang lalu mengambil pisau dan memotong es batu, membungkusnya dengan tepung, lalu mengorengnya dalam wajan.
Kedua jenis masakan ini sudah jadi, sehingga 2 orang tuan muda itu tidak bisa berkata apa-apa lagi, mereka hanya bisa mengaku kalah. Mereka masing-masing membayar setengah dari harga masakan itu. Mereka tidak memakan masakan itu, dan langsung pergi.
Banyak orang yang mengejar kepandaian, sehingga mereka berani menghabiskan banyak biaya dan tenaga untuk mengejar kepandaian. Orang berusaha untuk masuk sekolah-sekolah terkenal, agar bisa mempelajari banyak hal untuk mendapatkan kepandaian.
Dunia saat ini adalah dunia yang mendewakan kepandaian. Dunia membuat lebel “orang pintar” dan “orang bodoh”, dan orang-orang yang memilik lebel “orang pintar” akan selalu mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari pada “orang bodoh”. Namun, ukuran orang pintar untuk dunia hanya diukur dari gelar, status sosial, dan semua yang bisa nampak dari luar.
Memang kita harus mengembangkan talenta yang Tuhan berikan dengan belajar dan berusaha sebaik-baiknya. Jika kita tidak berusaha untuk mengembangkan diri kita, sama dengan kita menyia-nyiakan potensi yang sudah Tuhan berikan kepada kita.
Saya pernah mendengar sebuah pepatah yang berbunyi, "Chongming bu yiding yu zhishang you guan," yang artinya Kepandaian tidak pasti berhubungan dengan hikmat untuk bedagang. Orang yang pandai belum tentu berhikmat.
Banyak orang yang pandai tapi tidak berhasil dalam hidupnya. Tetapi banyak juga orang yang tidak memiliki kepandaian yang lebih, namun berhasil hidupnya karena ia memiliki hikmat. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar