|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 21 Agustus 2014

Tiada Rasa Takut Akan Hidup dan Mati

 


KEBAJIKAN (De 德) -  Sepanjang manusia hidup di dunia, hampir setiap manusia terlahir memiliki rasa takut. Disamping siklus yang tak terelakkan seperti lahir, tua, sakit dan mati, hal-hal seperti lingkungan hidup yang tidak stabil, ketidakpuasan dalam pengembangan karir dan bahkan binatang-binatang yang tidak menyenangkan seperti ular atau kodok dapat menghasilkan ketakutan.

Tetapi, jika pikiran seseorang telah mencapai tingkat yang tinggi, ia dapat memiliki pikiran yang lurus. Ia akan memandang ringan terhadap masalah hidup mati dan tidak takut apapun. Sejak zaman kuno, banyak pejabat-pejabat yang setia, orang-orang berbudi dan kultivator menjunjung pikiran yang lurus maka tidak takut akan hidup dan mati.

Contohnya, Yue Fei membaktikan dirinya untuk negara dengan pengabdian penuh. Menghadapi hukuman mati yang tidak berdasar, ia tidak mengeluh atau menyesal, malah, ia menegakkan kepalanya dan menghadapi hukuman tersebut dengan jantan. 


Begitu juga selama periode Tiga Negara, ketika Jenderal Guan Yu kalah dalam pertempuran dan tertangkap musuhnya, menghadapi intimidasi dan godaan-godaan, hatinya teguh bagaikan besi dan batu, ia tidak pernah mengkhianati rajanya.

Pada akhir Dinasti Song, Wen Tianxiang (1236–1283 Setelah Masehi) memimpin pasukan Song mempertahankan negaranya terhadap Mongol. Ia tertangkap dan menulis sajak yang sangat terkenal di penjara, Lagu dari Jiwa yang Lurus, ”Jiwa yang lurus menembus surga dan bumi, meskipun ia dapat kasat mata. Pada tingkat paling bawah, sungai-sungai dan gunung-gunung berada. Pada tingkat paling atas, matahari dan bintang-bintang berada. Ketika ia menetap ke dalam manusia, ia menjadikannya orang berbudi. Ketika jiwa lurus seseorang kuat, ia dapat mencapai alam semesta.”

Di hadapan intimidasi dan tawaran yang menggiurkan, Wen Tianxiang memberitahu Khubilai Khan (1215–1294 SM), pencetus dan kaisar pertama dari Dinasi Yuan, ”Kecuali untuk mati, saya tidak dapat berbuat apapun untuk anda.” 


Dua baris sajaknya yang paling terkenal yang berjudul Menyeberangi Laut yang Sepi, “Sejak dahulu kala, siapa yang dapat diampuni oleh kematian? Saya akan meninggalkan nama harum dalam sejarah!” Telah membangkitkan kekaguman di hati orang-orang terhormat.

Mereka telah menyalakan lampu pengharapan bagi orang miskin dan lemah dengan keberanian yang luar biasa. Keberanian, kebaikan hati serta kejujurannya telah membuat dunia menghormatinya. Salam kebajikan

Tidak ada komentar:
Write komentar