|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 25 September 2014

Hen xin de gao zhong fu (狠心的高中甫) Gao Zhong Fu yang Berhati Kejam Bag. 1

 


KEBAJIKAN (De 德) -  Alkisah pada jaman dinasti Ming (明), di daerah Hang Zhou (杭州) hiduplah seorang pengemis yang bermarga Wang (王). Penduduk setempat memanggilnya dengan sebutan, pak tua Wang. 

Ia memiliki seorang putri yang bernama Wang Mei (王玫). Meskipun mereka berdua hidup dalam keadaan yang kurang baik, akan tetapi merasa bahagia dan puas diri. Apalagi Wang Mei adalah seorang gadis yang rupawan dan baik hati. Semua pemuda di daerah tersebut sangat ingin menjadikan Wang Mei sebagai istri. Sayangnya, Wang Mei tidak tertarik terhadap salah satu dari mereka.

Pak tua Wang melihat Wang Mei kian hari kian tambah dewasa dan rupawan, ingin mencari seorang comblang untuk sang putri. Akan tetapi dirinya hanyalah seorang pengemis, pastilah dianggap sebelah mata oleh orang lain. Hendak menjodohkan Wang Mei dengan sesama pengemis, pak tua Wang merasa tidak tega. Karenanya untuk sementara waktu, masalah perjodohan Wang Mei ditunda.


Suatu tahun, di musim dingin di daerah Hang Zhou sepanjang hari terjadi hujan salju, cuaca sangat dingin. Seperti hari-hari sebelumnya, pak tua Wang tetap keluar rumah untuk mengemis. Wang Mei seorang diri di rumah.


Usai mengerjakan pekerjaan rumah, Wang Mei melihat langit telah gelap, sudah waktunya sang ayah untuk kembali ke rumah. Wang Mei segera membuka pintu rumah, keluar untuk mencari sang ayah. Tak disangka baru saja wang Mei berjalan beberapa langkah, kakinya terasa menginjak sesuatu. Dalam hati, Wang Mei merasa aneh. “Mana ada salju setebal dan sekeras ini?”


Ia segera menggali tumpukan salju tersebut. Wang Mei merasa sangat terkejut, ternyata di dalam salju tersebut terdapat tubuh seorang pemuda. Setelah agak tenang, Wang Mei mendekati tubuh tersebut. Orang itu masih hidup, masih bernafas.


Wang Mei segera memapah dan membawa pemuda tersebut ke dalam rumah. Ia menyelimuti tubuh pemuda itu dengan selimut, memasak sup jahe untuk diminumkan kepadanya. Sejenak kemudian pak tua Wang telah kembali ke rumah, secara hampir bersamaan si pemuda pun telah siuman.


”Tempat apa ini? Saya sekarang berada dimana? Saya masih hidup/sudah meninggal?” gumam si pemuda.


Dengan tersenyum Wang Mei berkata, ”Ini adalah rumah kami. Anda baru saja pingsan di depan rumah kami. Saya yang memapah Anda untuk masuk ke dalam rumah.” 


Mendengar penjelasan dari Wang Mei, si pemuda dengan rasa syukur berkata, ”Terima kasih.”

Pak tua Wang bertanya kepada si pemuda, ”Siapkah namamu? Mengapa bisa pingsan ke tempat kami?”


”Saya bermarga Gao (高), bernama Zhong Fu (中甫) tinggal di daerah Guang Zhou (广州). Tahun ini antara musim panas-musim gugur ayah-ibu berturut-turut meninggal. Karena ayah-ibu tidak meninggalkan warisan, semasa kecil saya hanya tahu belajar, tidak pernah bekerja, sanak saudara tiada yang membantu. Saya menjadi terlantar dan mengemis untuk bertahan hidup. Saya bisa sampai ke tempat ini karena seharian tidak makan dan udara begitu dingin.”


Usai mendengar cerita si pemuda, pak tua Wang berkata, ”Kita sama-sama orang yang mengalami kesulitan, tinggallah bersama kami.”


Gao Zhong Fu merasa sangat berterima kasih atas kebaikan pak tua Wang, sampai-sampai tidak dapat berkata apa-apa. Di mata Wang Mei meskipun Gao Zhong Fu tampak kurus dan pucat, akan tetapi sikapnya sangat sopan, rupawan, berpendidikan. Ia pun menaruh harapan sangat besar terhadap Gao Zhong Fu.


Sejak saat itu, Gao Zhong Fu tinggal bersama pak tua Wang dan Wang Mei. Terkadang Gao Zhong Fu juga ikut bersama pak tua Wang untuk pergi mengemis. Sebenarnya pak tua Wang akan sangat terbantu jika Gao Zhong Fu bersedia membantunya mengemis, akan tetapi ia memiliki pendapat yang lain.


Pak tua Wang berpendapat, Gao Zhong Fu dulu adalah seorang pelajar, lebih baik tinggal di rumah dan melanjutkan sekolah, sayang jika disia-siakan. Tetapi Gao Zhong Fu memiliki cara pandang yang berbeda. Ia merasa dirinya masih muda dan penuh vitalitas, tidak bisa berdiam diri di rumah, menggantungkan hidup kepada seorang yang telah renta. Karena itu, Gao Zhong Fu tetap bersikeras untuk pergi mengemis, ketika hari gelap baru belajar di rumah.


Karena Gao Zhong Fu dan Wang Mei setiap hari selalu bersama-sama, lambat laun timbulah rasa tertarik satu sama lain. Mereka berdua sering kali bercerita panjang lebar, meskipun demikian Wang Mei dan Gao Zhong Fu tetap membatasi diri tidak melanggar norma.


Melihat kenyataan demikian, pak tua Wang merenung. Gao Zhong Fu adalah seorang terpelajar ditambah lagi tahu sopan santun pastilah memiliki masa depan yang menjanjikan. Jika Wang Mei dapat menikah dengan Gao Zhong Fu adalah sebuah hal yang menggembirakan.


Lalu pak tua Wang memanggil Gao Zhong Fu. Ia berkata, ”Zhong Fu, apakah kamu sudah memiliki pasangan dan berencana untuk menikah?”


“Saya begitu miskin dan papa bagaimana hendak berkeluarga?”


“Barang kali hendak bertunangan?”


“Tidak,” Zhong Fu menggeleng.


Sambil menghisap rokok, pak tua Wang berkata, ”Bagaimana pendapatmu tentang Wang Mei?” 


Apa isi hati Gao Zhong Fu dapat diterka oleh pak tua Wang. Gao Zhong Fu telah lama memiliki rasa suka kepada Wang Mei, ketika pak tua Wang menanyakan langsung, ia tidak tahu bagaimana hendak menjawab pertanyaan tersebut. “Menurut saya…”

“Apakah kau tidak tertarik dengannya?” tukas pak tua Wang.


Dengan gugup Gao Zhong Fu berkata, ”Bukan demikian. Bukannya saya tidak tertarik terhadap Wang Mei, akan tetapi kehidupan saya saat ini sedang dalam keadaan sulit. Bagaimana hendak memperistri Wang Mei?”


Mendengar jawaban tersebut, sambil tertawa pak tua Wang berkata, ”Anak muda, saya tidak salah menilai kamu. Pendapatmu menunjukkan jika kau adalah seorang pria yang bertanggung jawab. Begini saja! Kita juga tidak perlu melakukan perayaan pernikahan, tidak perlu mencari hari pernikahan. Kalian menikahlah malam ini.”


Wang Mei yang dari tadi mencuri dengar pembicaraan sang ayah dengan Gao Zhong Fu dari dalam kamar merasa sangat gembira. Malam itu adalah malam pengantin bagi Gao Zhong Fu dan Wang Mei. Mereka berdua hidup bersama pak tua Wang dengan bahagia dalam sebuah rumah yang sederhana. Salam kebajikan


Bersambung Ke : Bagian 2

Tidak ada komentar:
Write komentar