|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Kamis, 02 Oktober 2014

Mengetuk Pintu dan Bertanya

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Pada jaman dinasti Song (宋), hiduplah seorang pelajar yang bernama Yang Shi (样时). Ia sangat pandai-suka bertanya, demi memperluas  pengetahuannya rela melepaskan kedudukan tinggi dan gaji besar sebagai seorang pejabat, pergi merantau ke daerah He Nan (河南) untuk berguru kepada Cheng Hao (程颢).

Saat Yang Shi berusia 40 tahun, sang guru, Cheng Hao meninggal dunia. Setelah sang guru meninggal dunia, Yang Shi pergi ke daerah Luo Yang (洛阳) untuk berguru kepada adik Cheng Hao yang bernama Cheng Yi (程颐).

Pada sebuah musim dingin, Yang Shi bersama seorang sahabatnya pergi untuk berguru kepada Cheng Yi. Saat tiba di rumah beliau kebetulan turun hujan salju, dari halaman rumah di balik jendela terlihat yang dicari juga sedang beristirahat.

Yang Shi dan sahabatnya tidak berani mengetuk pintu, mereka dengan penuh rasa hormat berdiri menunggu di depan pintu. Setelah beberapa lama, Cheng Yi terbangun dari tidurnya.

Saat itu di luar salju sudah sangat tebal, badan Yang Shi dan temannya penuh dengan salju. Ketika Cheng Yi membukakan pintu, barulah Yang Shi dan temannya berani mendekat-mengutarakan maksud kedatangan mereka.

Cheng Yi merasa sangat tersentuh hatinya, segera mempersilahkan mereka untuk masuk ke dalam dan menerima sebagai murid. Cheng Yi dengan penuh dedikasi mengajar Yang Shi dan temannya. Pada akhirnya mereka berdua berhasil menjadi pelajar yang berwawasan luas.

Semua orang mengenal Meng Zi (孟子) sebagai seorang yang suci, juga salah satu murid dari Kong Zi (孔子). Pada saat beliau masih muda, berusia 20 tahun, pernah hendak menceraikan sang istri. Mengapa bisa demikian?

Pada hari itu, Meng Zi kembali ke rumah. Saat hendak masuk ke dalam kamar, ia mendapati sang istri seorang diri di dalam kamar, duduk di lantai dengan posisi kedua kaki terbuka. Melihat kejadian itu, Meng Zi sangat marah.

Ternyata, masyarakat Zhong Guo pada saat itu sangat menjunjung tinggi kesusilaan (礼仪) li yi, baik berdiri maupun duduk memiliki tata cara yang tersendiri. Jaman dahulu, cara duduk masyarakat Zhong Guo adalah berlutut, pinggul bertumpu pada tumit, tubuh lurus, tangan diletakkan di atas lutut.

Karena itulah, Meng Zi menjadi marah. Meng Zi mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kamar, langsung menemui sang ibu. Kepada sang ibu, Meng Zi berkata,”Istri saya tidak mengerti kesusilaan, mohon ibu mengijinkan saya untuk bercerai.”

Mendengar perkataan Meng Zi sang ibu dengan terbengong berkata,”Ada masalah apa?”

Meng Zi menjawab, ”Istri saya duduk di lantai dengan posisi kedua kaki terbuka.”

Sang ibu kembali bertanya, ”Bagaimana engkau bisa mengetahuinya?”

Dengan jengkel Meng Zi menjawab, ”Saya melihat dengan mata kepala sendiri, mana mungkin bisa salah melihat? Tadi, saat hendak masuk ke dalam kamar, saya mendapati ia sedang seorang diri di dalam kamar, duduk di lantai dengan posisi kedua kaki terbuka.”

Sang ibu dengan tenang berkata, ”Kamu sendiri yang tidak tahu kesusilaan, malah menyalahkan sang istri. Ibu tidak setuju dengan rencana kamu.”

Mendengar jawaban dari sang ibu, Meng Zi merasa bingung, jelas-jelas sang istri yang bersalah, mengapa ia yang dikatakan tidak mengerti kesusilaan.

Melihat Meng Zi kehilangan akal, dengan telaten dan penuh kesabaran, sang ibu memberi penjelasan, ”Bukankah nenek moyang kita mengajarkan jika sebelum masuk ke dalam ruangan/kamar harus mengetuk pintu dan bertanya apakah ada orang di dalam? Ketika masuk ke ruang utama harus mengucapkan permisi sehingga orang yang di dalam tahu jika ada orang yang datang.

Pada saat masuk ke dalam kamar, pandangan mata harus menuju ke bawah untuk memberikan kesempatan kepada orang lain merapikan diri sebelum menyambut/bertemu dengan kita.

Mengapa kamu ketika masuk ke dalam kamar sendiri tidak mengetuk pintu? Masuk ke dalam kamar secara tiba-tiba, sehingga sang istri tidak sempat merapikan diri, bukankah merupakan sebuah pelanggaran kesusilaan?”

Mendengar penjelasan tersebut, Meng Zi menjadi tersadar dari kesalahannya, mengurungkan niatnya untuk bercerai.

Dalam kitab Di Zi Gui tertulis, "Jiang ru men, wen shu cun, Jiang shang tang, sheng bi yang, Ren wen shei, du yi ming, Wu yu wo, fen bu Ming (将入门,问孰存, 将上堂,声必扬, 人问谁,对以名, 吾与我,分不明)."

Sebelum masuk ke dalam ruangan/rumah, ketuklah pintu dan bertanya, Apakah ada orang di dalam? Ketika hendak masuk ke dalam ruang utama sebuah rumah wajib memberi salam kepada tuan rumah. 


Pada saat sang tuan rumah menanyakan indentitas kita, dilarang menjawab dengan kata saya/aku. Jawaban saya/aku membuat orang lain menjadi ragu. Bila ditanya, siapa, harus menjawab dengan menyebut nama kita. Salam kebajikan (Xie Zheng Ming)

Tidak ada komentar:
Write komentar