|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 30 Desember 2014

Biarkan Anak Memilih Jalannya Sendiri

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Lepaskan dan biarkan anak-anak memilih jalannya sendiri, keputusan ini sekilas mungkin tampak sederhana, tetapi tidaklah mudah jika memang hendak melakukannya.

Terhadap putri kedua saya, Jennifer, saya mencoba berusaha menemani, berdialog, bahkan mendorongnya berteman dengan lawan jenis. Akhirnya, ketika putri saya benar-benar menjalin hubungan dengan teman pria, saya pun berpikir : "Celaka !" Namun, karena mendukung putri saya, mau tak mau saya harus bersabar. Tidak lama kemudian, asmaranya kandas, semula saya pikir semuanya akan baik-baik saja setelah berselang beberapa waktu, namun, tak disangka, putri saya bukan saja masih sedih dengan asmaranya yang kandas, bahkan karena itu ingin berhenti sekolah.

Sebagai rector di Kaiping University, Taiwan, saya berusaha menerapkan pendidikan sistem terbuka, namun, karena asmara, putri saya ingin drop out, jika berita ini tersebar, bagaimana saya menjelaskannya ?

Saya melontarkan pertanyaan pada putri saya, "Apa yang bisa dilakukan, jika SMA saja tidak lulus ?" "Bagaimana nanti menghidupi diri sendiri ?" Saya menganalisis tentang masa depan kepada putri saya. Namun, pada akhirnya, putri saya bilang : "Saya tidak tahu, tapi saya benar-benar tidak bisa pergi ke sekolah. Saya tidak mau sekolah lagi."

Kemudian saya mengajukan syarat : "Jika memang mau berhenti sekolah dan tinggal di rumah, saya akan menangung makan dan tempat tinggalmu, tetapi tidak akan memberikan uang sepeser pun ; jika tidak ingin tinggal di rumah, kamu harus mengurus dirimu sendiri, bekerja dan mencari uang sendiri. Nanti jika ingin sekolah lagi, kamu harus mencari sekolahnya sendiri, saya tidak akan membantumu, juga tidak akan membantumu mengurus prosedur dan administrasi sekolah, semuanya kamu yang urus sendiri, saya akan menanggung seluruh biayanya."

Droup Out, biarkan Anak-anak bertanggungjawab atas masa depannya sendiri

Keesokan harinya Jennifer mengatakan : "Jika DO membuat ayah malu, saya bisa saja tidak DO." Saya sangat senang mendengar kata-kata ini. Namun, apakah saya harus memertimbangkan prestise saya, atau memenuhi keinginannya, dan memberinya bantuan terbaik ? Saya akhirnya memutuskan membiarkan putri saya bertanggungjawab atas masa depannya sendiri.

Setelah enam bulan berhenti sekolah dan tinggal di rumah, dimana ketika Jennifer melihat teman-teman sekolahnya mempersiapkan diri untuk masuk universitas, sementara ia sendiri tampak santai tidak ada yang bisa dikerjakan, juga tidak bisa melihat masa depannya, ia pun mulai gelisah, kemudian memutuskan untuk kembali sekolah lagi.

Satu tahun setelah istirahat sekolah, perlahan-lahan ia temukan kembali rasa percaya dirinya, dan merasa kembali memiliki kekuatan dan tekat untuk menghadapi segalanya. Dia sendiri yang memilih sebuah sekolah "Southwestern College", sebuah sekolah di hutan yang baru bisa ditemukan dengan melintasi gurun dan menyeberangi sungai. 

Karena khawatir sekolahnya terlalu terpencil, saya selalu meminta putri saya untuk mempertimbangkannya, namun, Jennifer bersikeras untuk tetap sekolah di sana. Di sekolah itu, Jennifer selalu mendapat ranking pertama pada segala bidang, ia juga belajar bergaul dengan alam sekitar, menghargai bumi, dibandingkan dengan anak-anak sebayanya, ia semakin tahu dengan apa yang dia inginkan.

Bila dibayangkan kembali, saya merasa sangat beruntung tidak melarang putriku berhenti sekolah ketika itu, bahkan menemukan tempat yang gersang untuk sekolah. Membiarkan putri saya mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, dan yang saya lakukan adalah menemani, mendengarkan masalah rumit yang menghimpitnya, memberi saran dan panduan kepadanya untuk menemukan jalannya sendiri.

Selama satu tahun DO-nya, membuat Jennifer jauh lebih dewasa, suatu hari Jennifer mengatakan : "Terima kasih ayah tidak memaksa saya bagaimanapun juga harus ke sekolah ketika itu, sebenarnya asmara yang gagal hanya salah satu faktor berhenti sekolah kala itu. 

Alasan yang sebenarnya adalah karena setiap prestasi di sekolah tidak mampu mengejar prestasi siswa lainnya, begitu juga pergaulan dengan teman-teman, terjadi masalah, kemudian ditambah lagi dengan pacar yang pergi meninggalkan saya, sehingga saya merasa apa yang saya lakukan selalu tidak memuaskan, dan karena secara tiba-tiba kehilangan semua kepercayaan diri, baru terlintas dalam benak saya untuk berhenti sekolah, karena tidak ingin menghadapi diri sendiri yang selalu menemui kegagalan."

Ditilik secara permukaan, berhenti sekolah untuk sementara waktu sekilas tampak sia-sia menghabiskan waktu satu tahun lamanya, tapi selama setahun ini, membuat putri saya mengetahui secara jelas dengan apa yang diinginkannya, dan secara jelas bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

Ketika seseorang menuju ke gerbang yang tidak bisa dilaluinya, terperosok dalam kesulitan, maka biarkan dia mengembangkan secara aktif, hentikan sejenak untuk mengendap, mengatur dan mencerna kembali, maka Anda akan dapat menemukan kembali diri Anda yang sesunguhnya. Salam kebajikan (secretchina)

Tidak ada komentar:
Write komentar