KEBAJIKAN (De 德) - Di dalam agama diajarkan, segala hal memiliki sebab dan akibat. Siapa yang menanam sebab baik akan menuai buah (akibat) kebaikan, yakni mendapatkan imbalan keberuntungan. Siapa yang menanam sebab jahat akan mendapatkan buah kejahatan, yakni imbalan buruk.
Dalam masyarakat tradisional Tiongkok senantiasa tersebar pepatah, “Kebaikan berbalas kebaikan, kejahatan berbalas kejahatan, bukannya tidak berbalas, hanya waktunya saja yang belum tiba”…. Dengan lain kata, baik-buruk berbuah imbalan adalah hukum alam semesta!
Walaupun kaum ateis sering mengecam hukum sebab-akibat sebagai takhayul, tetapi kisah seperti ini yang terjadi dalam kehidupan nyata membuat orang mau tak mau berpikir secara mendalam. Artikel ini menceritakan kisah sebab dan akibat yang dialami seorang polisi dan ahli forensik yang dibaca pada sebuah situs internet Tiongkok, seperti dilansir dari efochtimes.
Tahun 1994, ada seorang polisi yang baru saja dimutasi dan bergabung dengan polisi pidana Beijing menemui sebuah kasus: ditemukan seorang tewas di sebuah pub yang baru saja beroperasi di lokasi daerah Qianmen.
Laporan kasus itu mengatakan, ada seorang korban yang tewas tertusuk ketika berkelahi di depan pintu pub. Polisi kemudian bersama timnya pergi ke TKP untuk memeriksa korban, dan menemukan bahwa penyebab sebenarnya lantaran kaki korban tergelincir ketika korban hendak melangkah memasuki pintu dan terjerembab ke arah patung penjaga pintu Dewa Kwan Kong setinggi 1 meter, sehingga ujung runcing golok tembaga di tangan patung itu menancap di tenggorokan korban dan tepat melukai nadi tenggorakan korban hingga tewas seketika. Hal ini termasuk sebuah kasus kecelakaan.
Dalam penyelidikan polisi, diketahui bahwa patung Kwan Kong ini dikirim oleh seseorang bernama Yi Zixing dari Provinsi Anhui. Ketika polisi sedang mencari orang yang bernama Yi Zixing ini, diketahui bahwa orang tersebut sudah menghilang selama 3 hari. Polisi juga meminta keterangan pemilik pub, yang mengatakan bahwa beberapa hari sebelumnya ia mendengar Yi Zixing bicara tentang keinginannya untuk membeli sebuah mobil Charade, akhirnya polisi kembali melakukan pemeriksaan terhadap informasi ini.
Dalam pemeriksaan, ditemukan uang tunai sejumlah 31.000 Yuan (56 juta rupiah) di rumah seorang kekasih Yi Zixing yang raib. Polisi juga mengetahui bahwa uang tersebut adalah keuntungan yang didapatkan Yi Zixing berkat membantu orang lain bermain di bisnis semen publik dan rekan kongsi semen yang berasal dari Tiongkok Timur Laut, yang baru-baru ini bersamanya ke rumah kekasihnya untuk minum arak.
Saat penyidikan berlangsung, kantor polisi Xi Luoyuan menemukan sebuah kepala manusia yang sudah membusuk. Dan setelah diidentifikasi kepala tersebut adalah Yi Zixing, hal ini membuktikan bahwa kasus tersebut adalah pembunuhan. Ketika polisi kembali memeriksa kekasih Yi, maka didapatkan temuan lebih lanjut, yakni sebenarnya Yi Zixing telah dibunuh oleh kekasihnya dengan dibantu orang yang berasal dari Timur Laut tersebut, yang ternyata adalah korban yang tewas di depan pintu pub tersebut.
Apa yang disebut prinsip Langit, terpampang sangat gamblang dalam kasus ini, kasus kecelakaan yang terjadi di depan pintu pub barulah memunculkan sebuah kasus pembunuhan. Para petugas polisi mengatakan mungkin arwah Yi Zixing telah membalas dendam.
Seorang ahli forensik dari kepolisian menarik sebuah kesimpulan setelah mendalami ajaran keagamaan, melalui pengamatan, penyelidikan dan penelitian selama bertahun-tahun : kematian itu bukan terjadi secara kebetulan. Ia merupakan bukti terbaik hukum sebab-akibat. Ahli forensik tersebut kemudian menceritakan 3 kasus yang pernah dialaminya sendiri.
Ada kasus lainnya, yang terjadi pada seorang pemilik tambang bermarga Zhao. Si Zhao ini membuka sebuah usaha pertambangan kecil di sebuah desa terpencil. Karena terjadi kecelakaan dipertambangan, ia ditahan. Tetapi karena ia memiliki koneksi dengan pihak penguasa, serta mengidap penyakit diabetes, maka statusnya dengan segera berubah menjadi tahanan rumah dan dirawat dirumah sakit.
Tetapi karena kondisi sakit Zhao kian parah, maka ia harus terus bertahan di rumah sakit. Penderitaan berat yang dialaminya selama perawatan membuat tubuhnya kurus seperti tengkorak hidup dan akhirnya meninggal dunia dengan kondisi membusuk.
Menurut kabar, setelah meninggal, ketika mayatnya diangkut dengan dibungkus menggunakan selimut, tulangnya sangat rapuh, dalam proses pemindahan itu pada saat itu juga terjadi patah tulang pada beberapa bagian tubuhnya, sebelum mayatnya dimasukkan ke dalam lemari pendingin, nyaris telah berubah menjadi seonggok daging.
Penyebab dari hukuman itu, sepertinya Zhao sudah mengetahuinya. Ketika itu ia pernah mengisahkan kepada polisi forensik sekitar 10 tahun yang lalu. Ketika itu, dia baru mulai berusaha tambang batu bara kecil-kecilan. Oleh karena kekurangan modal, ia lalu mempercayakan orang untuk membujuk para gelandangan yang idiot di stasiun KA untuk dipekerjakan di dalam tambang tanpa digaji, cukup mempekerjakan beberapa satpam untuk mengawasi mereka.
Setelah ia mulai berhasil mengumpulkan kekayaan, demi menutupi fakta, ia menutup pintu sumur tambang batu bara mini itu dan membiarkan orang-orang idiot yang dipekerjakan bagai budak itu perlahan-lahan kelaparan, mati lemas dan merana di dalam kegelapan.
Pengakuan Zhao terbukti benar, karena dikemudian hari pihak kepolisian berhasil menggali keluar 20 lebih tulang kerangka di TKP. Sangat nyata sekali, keadaan menyedihkan sebelum Zhao menemui ajalnya adalah balasan karma penderitaan yang pernah dialami oleh para arwah yang pernah ia perlakukan tidak manusiawi itu.
Walaupun terkadang keterkaitan sebab-akibat itu tidak begitu jelas, akan tetapi seperti yang dikatakan dalam pepatah, “Menanam buah menuai buah, menanam kedelai menuai kedelai.” Karena yang menentukan dan menetapkan kesemuanya ini mutlak tidak bisa terdeteksi oleh kemampuan manusia.
Semoga dari dua kisah diatas bisa memberikan pelajaran berharga buat kita semua. Salam kebajikan
Tidak ada komentar:
Write komentar