|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 24 April 2015

Melihat Kultivasi di Tiongkok Lewat Perubahan Perabot

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Sekarang ini, saat kita duduk di atas kursi nyaman beraneka ragam bentuk, tidur di ranjang dengan berbagai corak desain, pernahkah kita berpikir bahwa masyarakat zaman dulu justru duduk dan tidur di lantai beralaskan tikar?

Pada zaman dahulu, para leluhur menciptakan perabot yang paling kuno bagi manusia untuk duduk atau berbaring, yakni tikar, berikut berbagai peralatan dari kayu dengan berinti pada tikar seperti meja kayu, asesoris persembahan dari kayu, meja mini kayu untuk ritual minum teh, dan lain-lain, menjadi asal muasal perabotan pendek.

Pada masa Chunqiu dan Zhanguo (770-221SM, Periode Musim Semi dan Gugur dan Negeri Berperang / Spring and Autumn and the Warring States Periods), diciptakan ranjang yang paling kuno (model rendah), yang menjadi pionir berbagai jenis ranjang pada zaman setelahnya. Pada zaman Dinasti Qin (221-206SM), diciptakan serangkaian perabot untuk keperluan rumah tangga yang menyeluruh, periode ini bisa dianggap sebagai periode yang representatif terhadap perkembangan perabot pendek di Tiongkok.

Masa Dinasti Utara dan Selatan Wei-Jin (220-589) merupakan suatu masa paling penting bagi sejarah perkembangan perabot kuno, pengaruhnya mewarisi dari dua Dinasti Han sebelumnya dan kelak menginspirasi Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Pada masa ini pengaruh dari bangsa minoritas yang menggunakan perabotan tinggi mulai masuk, yakni yang disebut Hu Chuang (ranjang Hu / ranjang yang desainnya berasal dari suku nomaden di utara Tiongkok). Lewat beberapa perubahan, perabot tinggi seperti bangku bulat, bangku persegi dan lain-lain mulai bermunculan. Ranjang dan dipan juga mulai menjadi lebih tinggi, sehingga kaki bisa menjuntai jika duduk di tepi ranjang.

Tapi secara keseluruhan, perabot pendek masih tetap mendominasi. Masa Dinasti Sui kemudian disusul Dinasti Tang (581-907) adalah masa peralihan dimana kebiasaan hidup duduk di lantai berubah menjadi duduk dengan kaki terjuntai, tipikal perabot kursi model tinggi, bangku, meja, dan lain-lain telah bermunculan, dan menjadi tren di kalangan atas. Di masa ini adalah masa dimana perabot pendek dan perabot tinggi eksis bersamaan.

Sampai di Dinasti Song (960-1279), ranjang berkaki tinggi, meja tinggi, rak handuk, kursi dan bangku tinggi telah sangat umum di tengah masyarakat, dan sejak saat itu tradisi duduk di lantai beralaskan tikar pun ditinggalkan. Dinasti Song juga merupakan zaman perkembangan pesat perabot Tiongkok, jauh melampaui masa sebelumnya, dan menjadi pondasi yang kuat bagi perkembangan perabot di era Dinasti Ming dan Dinasti Qing (1368-1840).

Dari perubahan perabot Tiongkok kuno bisa dilihat, gaya hidup orang kuno yang duduk di lantai hingga akhirnya berubah menjadi duduk di kursi tinggi dengan kaki terjuntai hanya terjadi sekitar 1000 tahun pada masa setelah Dinasti Song. Apakah masyarakat kuno sebelumnya tidak pernah terpikir untuk duduk lebih tinggi dengan kaki menjulur agar lebih nyaman?

Shen Kuo dari Dinasti Song dalam kitab “Catatan Mengxi” mengisahkan bahwa penemuan dan inovasi Tiongkok di zaman kuno sangat sulit dibayangkan oleh manusia modern. Apakah orang zaman dulu baru menyadari mereka bisa duduk di atas bangku setelah adanya ranjang tinggi? Sebenarnya sejak Kaisar Huangdi menuntut ilmu Tao, telah ditetapkan bahwa budaya bangsa Tionghoa adalah budaya kultivasi.

Para pelajar di zaman itu harus bermeditasi, dan sebelum memegang pena harus lebih dulu mengatur nafas dan mengedarkan Qi (baca: Chi, Red.), berbagai profesi mengutamakan ketenangan hati dengan pengaturan nafas, seluruh masyarakat berada dalam lingkungan kultivasi seperti itu. Jika kita menelusuri sejarah kultivasi bangsa Tionghoa tidak akan sulit didapati, bangkit dan pudarnya aliran Taoisme berkaitan erat dengan munculnya kursi!

Saat ranjang model tinggi menyebar masuk ke Tiongkok di masa Dinasti Selatan dan Utara Wei-Jin (abad ke 3 – abad ke 6), perilaku mengacaukan dari dalam agama Taoisme yang menganjurkan mengadopsi doktrin membalas budi orang tua dari aliran Konfusius juga muncul pada masa itu, di masa ini para kultivator telah mulai meninggalkan dunia fana dan menyendiri di tengah hutan belantara untuk berkultivasi.

Ketika kursi dan bangku sepenuhnya menyebar luas di era Dinasti Song (abad ke 10 – abad ke 13), pada masa itu pulalah masyarakat sudah tidak bisa lagi menerima orang-orang yang berkultivasi sejati. Sinkretisme tiga aliran besar (Buddha, Tao dan Konfusius) telah menjadi trend, atmosfir kultivasi di tengah masyarakat telah lenyap tak berbekas.

Perubahan dari duduk di lantai beralaskan tikar berubah menjadi duduk di kursi yang tinggi sepertinya adalah suatu kemajuan peradaban, tapi sebenarnya itu adalah suatu pertanda/ indikasi bahwa pikiran dan akhlak manusia telah mulai meninggalkan ajaran sejati, dan mengarah pada kemerosotan moral. Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar