|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 07 Juli 2015

“Cerewet Bergaya Pujian” untuk Mengubah Perilaku Anak-anak

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Semua orang suka mendengarkan kata-kata pujian, tidak terkecuali, begitu juga dengan anak-anak. Konsep pendidikan anak di era sekarang semakin ditekankan pada dorongan semangat dan penghargaan dengan pujian atas prestasinya di sekolah. Kita menyadari bahwa orangtua atau guru yang terlalu keras dalam hal disiplin dan mengkritik anak-anak secara berlebihan yang mana pada akhirnya justru akan menyebabkan anak-anak kehilangan kepercayaan diri.

Pujian yang sesuai akan membangkitkan inisiatif anak-anak, membantu mereka membentuk kepercayaan diri, dan membuat mereka merasa bahwa upaya mereka itu tentu dinilai positif oleh orangtua mereka, sehingga dengan demikian, anak-anak juga akan lebih ceria dan optimis. Namun, masalahnya, bagaimana bentuk pujian yang sesuai itu ? Dengan “pujian” sebagai dasar dari disiplin, baru bisa secara mendasar mengubah kebiasaan hidup anak-anak. Sebaliknya, pujian yang berlebihan malah justru akan membuat anak-anak tidak mandiri, tidak percaya diri.

Dengan “pujian” sebagai dasar dari disiplin, baru bisa secara mendasar mengubah kebiasaan hidup anak-anak. Sebab ketika sehari-hari orangtua selalu mengoceh, anak-anak tidak akan serta merta menjalankan permintaan Anda, sehingga menyebabkan orangtua semakin naik pitam, dan marah dengan nada berapi-api, akibatnya justru akan memicu antipati anak-anak jika menemui kondisi seperti ini di lain kesempatan, mereka lebih tidak akan memperbaiki kebiasaannya, malah justru menjadi kebiasaan.

1. Turunkan dulu harapan Anda

 
Meskipun anak-anak hanya merapikan piring makan ke dapur seusai makan, sebagai orangtua yang arif, tidak ada salahnya memberi respon : “Terima kasih ya nak!” Dorong semangat anak-anak dari bagian yang bisa dikerjakannya dulu, jangan selalu hanya melihat dari sisi kekurangannya.

2. Mengembangkan kebiasaan baik secara bertahap

 
Merapikan mainan. Jika Anda ingin anak-anak segera merapikan seluruh ruangan, mereka mungkin akan menundukkan kepalanya seketika. Orangtua bisa sedikit membantu merapikannya, meskipun yang dikerjakan anak-anak itu jauh lebih sedikit dari Anda, tidak ada salahnya memberi pujian padanya, “Coba lihat, menjadi bersih kan, hebat lho kamu!” Ketika anak-anak merasakan ruangan yang dirapikan menjadi bersih, hal ini bukan hanya orangtua yang senang, lagipula ruangan yang tampak rapi dan bersih memang membuat kita merasa nyaman, sehingga dengan demikian, perlahan-lahan akan bisa mengembangkan kebiasaan untuk merapikan/mengerjakan sesuatu atas kehendak sendiri tanpa disuruh.

3. “Membatalkan hak istimewa” sebagai pengganti kecaman (teguran)

 
Membuat norma (kehidupan) sehari-hari lebih dulu dengan anak-anak, misalnya, menyelesaikan dulu tugas sekolah (PR) sebelum jam sekian, baru boleh menonton acara TV jam sekian. Jika melanggar, maka anak-anak harus menanggung kerugiannya sendiri (tidak boleh nonton TV atau bermain) .

Berikan perhatian atas kemajuan yang dicapai anak-anak, sekalipun kecil, hal ini untuk meningkatkan rasa keberhasilannya “saya juga bisa”, dan secara konkrit beritahu tujuannya pada anak-anak, dengan demikian dapat mengurangi ocehan amarah Anda yang tidak efektif!

4. Terlalu berlebihan

Ketika untuk petama kalinya anak-anak berhasil melakukan sesuatu, misalnya bisa memakai sepatu sendiri, untuk kali pertamanya sudah bisa meletakkan gelas ke meja sehabis minum, dan untuk pertama kalinya sudah bisa menggosok gigi, semua ini tentu saja patut bagi orangtua memberikan pujian. Seiring dengan pertumbuhan anak-anak yang semakin dewasa, tidak perlu lagi secara khusus memberikan pujian. Karena di saat demikian, anak-anak sudah terbiasa melakukan hal-hal tersebut, sehingga ia akan merasa, kalau pujian ayah/ibu itu biasa-biasa saja, tidak perlu heran lagi, sehingga pujian itu pun menjadi tidak berarti.

Selain itu, ada beberapa orangtua yang suka memuji anak-anaknya sendiri di depan orang lain, sebaiknya ini juga diperhatikan. Pertama, pihak lain mungkin tidak suka mendengarnya, bagaimanapun juga setiap orangtua selalu merasa anaknya paling hebat, tapi orang lain belum tentu berpikir begitu ; Kedua, membesar-besarkan anak Anda sendiri di depan orang lain, akan membuatnya tertekan, sehingga efek dari pujian seperti ini hampir tidak ada artinya.  Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar