KEBAJIKAN ( De 德 ) - Di sebuah desa di selatan Thailand, ada sebuah pesta pernikahan pasangan muda, si pengantin perempuan adalah seorang gadis yang dijuluki sebagai “miss monkey”. Awalnya para tamu undangan mengira “miss monkey” ini pastilah seorang gadis jelek seperti monyet yang ditumbuhi bulu lebat di sekujur badannya.
Namun setelah upacara resmi pernikahan, dan ketika sepasang pengantin baru itu keluar dari ruang upacara pernikahan menerima kunjungan para sahabatnya, secara serentak mereka berseru saat melihat pengantin di hadapan mereka : Wow! Pengantin yang cantik bak bidadari,” tapi, mereka menjadi penasaran dengan julukan “Miss monkey” pada pengantin yang ternyata sangat cantik itu, sehingga mereka pun tak tahan ingin menelusuri dan mencari tahu tentang kehidupannya.
Ternyata ibunya “Miss Monkey”, adalah seorang wanita cantik yang terkenal semasa remaja, laki-laki yang terpeson oleh kecantikannya itu tak terhitung banyaknya. Dari tokoh desa . Bahkan seorang pemuda dari keluarga kaya asal Malaysia juga bertandang ke sana dan hendak melamarnya. Namun,gadis itu menolaknya dengan halus dengan alasan tidak ingin tinggal jauh dari orangtuanya dan menikah di negeri asing.
Singkat cerita, gadis itu kemudian menikah dengan seorang pemuda yang tak lain adalah teman kecilnya di masa kanak-kanak. Laki-lakinya tampan dan gagah sedangkan wanitanya cantik dan anggun, sungguh pasangan yang sangat serasi, sehingga membuat iri para pria dan wanita muda sekitarnya.
Tidak lama kemudian, pengantin wanita hamil, sebagai suami tentu sangat senang mendengar kabar gembira itu, begitu juga dengan kedua mertua, mereka menjadi lebih perhatian, dan semakin sayang terhadapnya. Mereka mempersiapkan segala jenis makanan sehari-hari yang paling disukainya. Namun, entah kenapa, sikapnya tidak seperti biasanya, makanan selezat apa pun yang disediakan untuknya tidak mampu membangkitkan seleranya.
Suaminya melakukan segala upaya untuk membangkitkan nafsu makan sang isteri. Suatu hari, suaminya membeli daging kera dari kota. Kemudian daging kera itu diramu dengan campuran bahan-bahan herbal seperti rhizome, wolfberry, dong quai (angelica sinensis)/tang kuei, radix codonopsis ( dangshen ) dan bahan herbal lainnya, kemudian di rebus hingga matang. Setelah itu, ia sajikan untuk istrinya, dan ternyata makanan ini membangkitkan nafsu makannya, dan makannya juga cukup banyak, melihat itu, suaminya sudah pasti sangat senang. Sejak itu, keluarganya selalu membeli sekerat daging kera setiap kali pergi ke pasar, untuk membangkitkan selera makannya.
Suatu hari, suaminya pergi ke pasar, secara kebetulan melihat seorang pemburu membawa seekor kera dengan tali terikat sambil berteriak dijual kera hidup yang baru ditangkap. Melihat itu, tentu sasa suaminya sangat senang karena memang itu yang sedang dicarinya. Lalu ia pun membeli kera kecil itu dan membawanya pulang. Sebelum disembelih, kera malang itu dipelihara dulu beberapa waktu, setelah agak besar, kera malang itu pun disembelih dan dijadikan sup untuk isterinya.
Saat itu, isterinya sudah mengandung tujuh bulan, dengan perutnya yang besar, ia duduk di sebuah kursi sambil melihat suaminya menyembelih kera itu. Kera yang malang, hanya beberapa hari menikmati pisang, buah-buahan dari keluarga ini, namun, sudah mau dijadikan sup untuk wanita hamil dengan daging yang tidak seberapa ini, melihat pisau panjang yang tajam itu, air mata sang kera tampak mengalir, dan sekilas tampak sepertinya kera itu bersujud mohon belas kasih dari tuannya.
Namun, suami yang sangat menyayangi istrinya itu tampak bergeming, tidak ada rasa kasihan sedikit pun, pisau tajam di tangannya itu kemudian langsung ditusukkan ke jantung sang kera yang malang; menjelang ajalnya, kera itu dengan cepat berusaha merampas gagang pisau itu dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mencengkeram mata pisau itu dengan kuat dan berusaha tidak akan melepaskan pisau itu.
Sementara suaminya berusaha menancapkan lagi lebih dalam dengan sekuat tenaga, tapi gagal, lalu mencoba menarik kembali pisau itu dan menancapkannya lagi, namun, tepat di saat ia menarik pisau itu, empat jari tangan di telapak sang kera yang mencengkram pisau itu pun putus seketika, dan bersamaan dengan itu arah segar pun mengalir deras dari keempat jari tangan sang kera yang malang. Melihat darah segar yang terus mengalir tiada henti, wanita hamil itu pun seketika merasa mual dan nyaris pingsan, terus berteriak menyuruh suaminya untuk berhenti, jangan diteruskan lagi, jangan bunuh! Jangan bunuh! Cepat lepaskan kera itu.
Setelah bergulat sekuat tenaga, nyawa kera itu pun selamat dari kematian, kera itu lari meloloskan diri sambil menahan perih yang tak terkira karena keempat jarinya yang putus. Sebelum pergi, kera itu menoleh kembali pada sepasang suami isteri itu dengan pandangan penuh dendam, kemudian menghilang tanpa jejak.
Sejak itu, istrinya langsung merasa mual setiap mencium aroma daging, hanya makan sayuran dan tahu. Keluarga khawatir istrinya kekurangan gizi, lalu dengan diam-diam menambahkan daging cincang ke dalam lauknya, tapi langsung muntah begitu tersentuh di bibir.
Setelah genap masa kehamilan, ia melahirkan seorang bayi perempuan yang manis, namun, ada sesuatu yang aneh pada bayi itu, karena hanya ada ibu jari di tangan kiri sang bayi, sementara empat jari tangan lainnya tidak ada, tampak seperti terpotong oleh sebilah pisau, hanya tersisa jempol tangan. Setelah melihat kenyataan aneh itu, ayah ibu dari sang bayi dan kerabat lainnya hanya bisa menggumam terperangah.
Thailand adalah negara Buddhis, sebuah negara yang mayoritas penduduknya penganut agama Buddha, yang percaya dengan namanya karma. Melihat keanehan itu, membuat mereka yakin, bahwa itu adalah karma dari kera yang keempat jari tangannya putus saat suaminya hendak membunuh kera itu semasa kehamilan istrinya.
“Miss monkey” mengenakan pakaian pengantin yang indah, sementara di tangannya mengenakan sarung tangan putih bersih, tampak cantik dan anggun penuh pesona, bak bidadari dari kahyangan ; tapi, siapa yang tahu dari dalam sarung tangannya itu, empat jari-jari manisnya itu ternyata sudah putus akibat karma dari orangtuanya.
Setiap perbuatan baik atau jahat pasti ada balasannya. Semuanya akan dibalas jika waktunya sudah tiba. Baik dan jahat akan dibalas pada akhirnya, hanya masalah waktu cepat atau lambat. Salam kebajikan (Sumber)
Tidak ada komentar:
Write komentar