|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Jumat, 20 Mei 2016

Tak Sanggup Kutahan Air Mata

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Pada suatu hari Sabtu siang selesai mendengarkan ceramah aku masih duduk di teras Vihara di salah satu kompleks sekolah. Pengunjung Vihara sudah sepi, masing-masing bubar dengan kesibukannya.

Tiba-tiba dengan tertatih-tatih datanglah seorang nenek tua menawarkan dagangannya, kue tradisional. Satu plastik harganya lima ribu rupiah. Aku sebetulnya tidak berminat, tetapi karena kasihan aku beli satu plastik.

Si nenek penjual kue terlihat letih dan duduk di teras Vihara tak jauh dariku. Kulihat masih banyak dagangannya. Tak lama kulihat seorang anak lelaki dari kompleks sekolah itu mendatangi si nenek. Aku perkirakan bocah itu baru murid kelas satu atau dua.

Dialognya dengan si nenek jelas terdengar dari tempat aku duduk.

“Berapa harganya Nek?”

“Satu plastik kue Lima ribu, nak”, jawab si nenek.

Anak kecil itu mengeluarkan uang lima puluh ribuan dari kantongnya dan berkata :

“Saya beli 10 plastik, ini uangnya, tapi buat Nenek aja kuenya kan bisa dijual lagi.”

Si nenek jelas sekali terlihat ber-binar-2 matanya :

“Ommie Thofo terima kasih banyak ya nak . Ternyata Kwan Im Phu Sa kabulkan doa saya untuk beli obat cucu yang lagi sakit,” Si nenek langsung jalan.

Dengan refleks aku panggil anak lelaki itu.

“Siapa namamu ? Kelas berapa?”

“Nama saya Aming, kelas 2, pak”, jawabnya sopan.

“Uang jajan kamu sehari lima puluh ribu?'”

” Oh .. tidak Pak, saya dikasih uang jajan sama papa sepuluh ribu sehari. Tapi saya tidak pernah jajan disekolah, karena saya juga bawa bekal makanan dari rumah.”

“Jadi yang kamu kasih ke nenek tadi tabungan uang jajan kamu sejak hari senin?”, tanyaku semakin tertarik.

“Betul Pak, jadi setiap minggu saya bisa berdana Lima puluh ribu rupiah kepada siapa saja . Dan sesudah itu saya selalu berdoa agar Buddha Maha Agung berikan pelimpahan jasa untuk ibu saya yang sudah meninggal. Saya pernah mendengar ceramah ada seorang ibu yang ditolong Thi Cong Phu Sa ampuni dan selamatkan ibunya dari api neraka karena anaknya berdana sepotong roti kepada petani miskin Pak”, anak yang masih SD itu berbicara dengan fasihnya.

Aku pegang bahu anak itu :

” Sejak kapan ibumu meninggal, Aming ?”
“Ketika saya masih TK, pak”

Tak terasa air mataku menetes :

“Hatimu jauh lebih mulia dari aku Aming, ini aku ganti uang kamu yg Lima puluh ribu tadi ya…”, kataku sambil menyerahkan selembar uang lima puluh ribuan ke tangannya.

Tapi dengan sopan Aming menolaknya dan berkata :

“Terima kasih banyak, Pak… Tapi untuk keperluan bapak aja, saya masih anak kecil tidak punya tanggungan… Tapi bapak punya keluarga…. Saya pamit balik ke kerumah Pak”.

Aming menyalami tanganku dan memberi salam Anjali. Sotti hotu Namo Buddhaya ....

“Buddha bless you dan menjagamu, nak ..”, jawabku lirih.

Aku pun beranjak pergi, tidak jauh dari situ kulihat si nenek penjual kue ada di sebuah apotik. Bergegas kesana, kulihat si nenek akan membayar obat yang dibelinya.

Aku bertanya kepada kasir berapa harga obatnya. Kasir menjawab : ” Empat puluh ribu rupiah..”

Aku serahkan uang yang ditolak Aming tadi ke kasir : ” Ini saya yang bayar… Kembaliannya berikan kepada si nenek ini..”

“Ommie Thofo. .. Suhu … ”

Belum sempat si nenek berterima kasih, aku sudah bergegas meninggalkan apotik…

Aku bergegas menuju ke Cetya menyusul teman-teman yang sedang berkumpul disana untuk pengobatan CHIKUNG gratis. Dan tanpa terasa tak kuat menahan air mata terharu mengingat ketulusan Aming dan kegigihannya seorang amma/nenek menebus obat cucunya sambil jualan kue berjalan kaki sepanjang hari.

Dalam hati aku berdoa semoga Thian Sang Tie Tuhan Yang Maha Agung terima persembahanku dan ampuni kedua orang tuaku tercinta yang sudah pergi mendahului-ku kembali kealam asalnya.

Sahabat ada kalanya seorang anak lebih jujur dari pada orang dewasa, ajarkanlah anak-anak kita dari sejak dini, dengan tindakan nyata dan bukan ceramah semata.

Sabbe satta bhavantu Sukhi tata
Semoga semua makhluk hidup bahagia ...
Salam kebajikan (Inspirasi by Lokrond Jim Suhu).

Tidak ada komentar:
Write komentar