|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 28 Juni 2016

Pola Hidup Sederhana

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Banyak orang mengeluhkan kehidupannya yang serba kekurangan. Berapapun gaji yang diperolehnya, selalu habis tatkala menjelang penghujung bulan.

Banyak juga orang yang hanya "sekejap" memegang tumpukan uang dari gaji yang baru diperolehnya, dan mengendap beberapa jam saja di dompet atau di tabungan, setelah itu "lenyap tiada bersisa" hanya untuk membayar hutang dan tagihan. Kemudian menciptakan hutang baru untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya.

Bahkan yang lebih ekstrim lagi, tidak sedikit orang yang bahkan mengalami defisit keuangan. Gaji yang diperolehnya setiap bulan tidak sanggup untuk membayar hutang dan tagihannya.

Sungguh ironis...

Namun di sisi lain, ada kisah yang tak kalah menarik, yaitu kisah seorang tukang bubur yang mampu menunaikan ibadah haji. Ini bukan cerita khayalan atau cerita di sinetron, melainkan benar-benar ada di dunia nyata.

Sariyah, warga Banyumas yang berjualan bubur candil setiap hari, berkeliling dengan sepeda ontelnya, berhasil menabung dan menunaikan ibadah haji yang berbiaya puluhan juta rupiah.

Ketika di bagian dunia lain banyak sekali orang berlomba menuruti gaya hidup dan trend kekinian, memamerkan kehidupan serba glamour, saling membanding-bandingkan kehidupannya dengan yang lain, Sariyah justru tetap setia dengan pakaian sederhananya.

Bagi perempuan yang berhijab ini, tidak ada yang berubah dari penampilannya, walaupun pendapatannya meningkat atau tetap. Sariyah tetaplah seorang Sariyah, wanita kampung yang sederhana dan gemar menabung.

Dalam era globalisasi dan keterbukaan informasi ini, tidak mudah bagi kita untuk menahan diri dari gaya hidup yang "up to date", hedonisme dan konsumeristis yang semuanya serba menggunakan uang.

Banyak orang terpuruk dan mengalami kebangkrutan disebabkan mengikuti trend gaya hidup modern, agar dianggap anak gaul modern.

Siapapun tidak dilarang untuk mengikuti gaya hidup terkini, mengadakan traveling ke luar negeri, berbelanja pakaian branded, makan di restoran mewah yang berbiaya jutaan rupiah, namun pantaskah semua ini dilakukan? Sesuaikah dengan kemampuan keuangan yang dimilikinya?

Jika kita berniat terjun ke dunia yang bergaya hidup mewah dan menghambakan uang, maka satu-satunya cara adalah dengan meningkatkan karir dan pendapatan setinggi mungkin. Berupaya semaksimal mungkin, barangkali harus rela mengorbankan waktu istirahat hanya untuk mengejar penghasilan yang tinggi.

Inikah yang kita maui? Bekerja mati-matian siang dan malam hingga mengorbankan semuanya, termasuk kesehatan. Jika terlalu diforsir, jangan-jangan uang tabungan yang diperolehnya hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakitnya kelak.

Nah, jika tidak bisa meningkatkan karir dan penghasilan masih "begitu-begitu saja" maka pilihan terbaiknya, kita harus mampu mengatur keuangan sebaik mungkin dan mengendalikan nafsu untuk berbelanja, terutama yang merupakan emotional spending dan lifestyle (gaya hidup). Hiduplah dalam kesederhanaan.

Sobatku yang budiman...

Ada dua jalan hidup yang dapat kita pilih untuk masa depan kita :

(1) Bekerja keras siang malam tanpa henti, lantas menghambur-hamburkan uang untuk gaya hidup agar dianggap orang hebat, tanpa menyiapkan tabungan masa depan. Bersenang-senang dahulu, bersakit-sakit kemudian.

(2) Bekerja keras sesuai waktu, membelanjakan uang untuk kebutuhan hidup, bukan untuk gaya hidup dan mempersiapkan tabungan masa depan. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Semua orang, tanpa terkecuali, wajib hukumnya bekerja keras untuk mewujudkan impiannya. Tidak boleh menyerah, apalagi sampai patah semangat.

Rekreasi ke mana saja, beli gadget mahal yang baru launching, makan di restoran mewah sekalipun, itu adalah hak kita sebagai pemilik uang. Hanya saja, jika dilakukan dengan sembarangan, tidak hati-hati dan tanpa perhitungan, bukan tidak mungkin akan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.

Saat inilah, waktu yang tepat untuk mengatur pola hidup sederhana dan mengatur keuangan yang sehat, yang tidak mengikuti semua keinginan hati yang dipenuhi nafsu keduniawian.

Kalau susah untuk menabung, setidaknya kita harus cermat untuk berbelanja. Salam kebajikan #‎firmanbossini‬

Tidak ada komentar:
Write komentar