|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Senin, 18 Juli 2016

Gengsi VS Kebutuhan

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Saya memiliki seorang teman, sebut saja namanya Zuki, yang sangat berhasrat untuk membeli sebuah mobil mewah dengan harga 200 jutaan.

Dalam kesehariannya, Zuki selalu mengendarai motor kemanapun dia pergi, baik ke tempat kerja maupun untuk berpacaran. Hatinya mulai goyang tatkala, sang pacar mulai membanding-bandingkan dirinya dengan pacar teman-temannya yang sudah menggunakan mobil sebagai sarana transportasi.

Usia Zuki saat ini mendekati 29 tahun. Bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan properti dengan penghasilan 8 juta rupiah per bulan atau 96 juta per tahun.

Dari penuturannya, Zuki berniat mengambil cicilan untuk mobil barunya, sebesar 5 juta per bulan. Uang muka mobil sebesar 60 juta akan diambil dari tabungan yang berhasil dikumpulkan selama dia bekerja. Dan tabungannya hanya akan tinggal bersisa 5 juta saja.

Setelah dihitung-hitung, Zuki bermaksud mencicil mobil selama 3 tahun. Berdasarkan perhitungannya, semua ini akan dapat dipenuhinya hingga selesai masa kredit mobil.

Setelah mendengar penjelasannya yang begitu detail, akhirnya saya mengajukan beberapa pertanyaan kepada Zuki.

Saya bertanya : "Apakah kamu yakin bahwa penghasilan yang diperoleh setiap bulan akan stabil? Apakah perusahaan kamu akan baik-baik saja dan tetap memberikan gaji senilai 8 juta setiap bulan selama 3 tahun ke depan...?"

Saya melanjutkan : "Apakah kamu yakin dapat bertahan dengan sisa penghasilan 3 juta setiap bulannya, setelah dipotong 5 juta? Yakinkah dirimu, dengan mengendarai mobil, biaya hidupmu akan tetap seperti dulu, tidak mengalami kenaikan? Bagaimana dengan biaya bensin, STNK, ganti oli, service mesin mobil, ban mobil? Sanggupkah dirimu menahan nafsu hanya makan di warteg dan tidak tergiur untuk makan di cafe atau restoran mewah, karena status sosialmu sudah meningkat?"

Rentetan pertanyaan demi pertanyaanku, membuat Zuki terperangah. Mulutnya kelu, hanya terdengar suara "nggg...nnnggg..."

Saya memberikan tambahan penjelasan, bagaimana jika terjadi sesuatu hal darurat yang membutuhkan dana besar, sementara tabungannya tinggal sedikit.

Saya melanjutkan : "Saya berharap kamu membeli mobil mewah ini bukan hanya untuk menggaet wanita. Atau membuat kaum hawa dan teman-teman kamu merasa terkesan dengan kemampuan semu kamu. Sesungguhnya tidak ada manfaatnya buat kamu melakukan hal seperti itu. Berhati-hatilah... Orang-orang yang berada di sampingmu karena mobil mewahmu adalah mereka yang harus kamu hindari sejauh mungkin"

Zuki mendengarkan ulasanku dengan penuh perhatian. Matanya tidak berkedip dan terus memandang ke wajahku.

Saya : "Bro, jika niat kamu membeli mobil hanya karena keinginan dan bukan karena kebutuhan, maka kamu tidak akan pernah merasa bahagia. Kesenangan dan kebanggaan yang kamu rasakan hanyalah bersifat sementara. Itu adalah kesenangan jangka pendek belaka. Awalnya kamu begitu menikmati kebersamaan dengan mobil barumu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kamu akan terbiasa dan mulai merasa bosan. Maka kesenangan yang kamu rasakan selama ini akan memudar dan akhirnya akan hilang. Tidak ada kebanggaan lagi. Semua menjadi biasa-biasa saja..."

Saya memberi sebuah komparasi (perbandingan) antara dirinya dengan teman yang lain. Mereka membeli mobil mewah karena memang memiliki kemampuan yang cukup. Memiliki tabungan yang berlebih dan mempunyai penghasilan yang cukup besar.

Saya memberi penekanan, agar dia jangan terlalu memaksakan diri, hanya untuk mengendarai mobil mewah. Jika memang belum menjadi kebutuhan, mengapa harus berkeras hati untuk memiliki mobil seharga 200 jutaan? Cukuplah membeli mobil sederhana seharga setengahnya. Yang penting mobil bisa dipergunakan.

Akhirnya, Zuki mendengarkan nasehatku. Menunda membeli mobil agar memiliki dana cadangan di tabungan yang cukup meng-cover dirinya jika sewaktu-waktu terjadi musibah.
Setahun kemudian, Zuki membeli mobil bekas seharga 100 juta.

Sobatku yang budiman...

Jika kita dapat memperoleh keuntungan saat mengendarai mobil mewah, silakan beli. Jika hanya ingin memamerkan diri dan membuat orang terpukau, jangan beli.

Apa yang telah dipaparkan di atas, merupakan problematika kehidupan yang sering dialami banyak orang di zaman materialistis ini. Kebutuhan dan keinginan hanya terpisahkan oleh sehelai benang tipis. Bahkan ada segelintir orang yang rela mengesampingkan kebutuhannya demi mengejar keinginan yang terkadang tidak benar-benar diperlukan.

Semua itu terjadi demi sebuah gengsi. Nafsu keinginan yang tak terkendali dan niat untuk menyombongkan diri mengakibatkan timbulnya gengsi. Seringkali gengsi itu membuat orang mengalami kondisi "besar pasak daripada tiang".

Banyak orang ingin dianggap sebagai sosok yang hebat, terpandang, kaya, keren dan gaul, padahal semua itu adalah topeng yang menutupi ketidakmampuan dirinya.

Tentunya tidak sulit bagi kita untuk menemukan orang-orang seperti itu, yang tidak memiliki kemampuan yang cukup namun berusaha memaksakan diri, menggunakan barang bermerek atau mobil mewah, sehingga dianggap sebagai orang berada, dari kaum jetset.

Percayalah...Tidak ada gunanya bagi kita berperilaku seperti itu. Lama-lama kita pasti akan terjerumus ke dalam lembah hutang.

Begitu banyak orang terjerumus hutang karena gengsi. Pura-pura berlakon seperti orang kaya hanya untuk mendapat penghormatan dari orang lain. Membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan namun hanya untuk memuaskan nafsu keinginan semata. Berhutang kesana kemari termasuk memiliki banyak kartu kredit yang sudah over limit.

Jika saat waktu penagihan tiba, kepala menjadi nyut-nyutan, pusing dan tidak mampu berpikir lagi bagaimana cara melunasinya, bahkan untuk mencari dana pembayaran minimum kartu kredit sudah tidak sanggup lagi.

Itu namanya tindakan bodoh yang pasti akan membuat kita miskin, merana dan menderita di kemudian hari.

Inikah yang dicari dalam hidup ini? Sesuatu yang membuat segalanya semakin berantakan. Penyesalan akan muncul karena membeli barang yang tidak berguna. Namun semua sudah terlambat.

Saran terbaik untuk mendapatkan hidup yang tenang adalah belilah sesuatu yang memang dibutuhkan, bukan karena ingin memamerkan diri kepada orang lain.

Sebuah kutipan yang bagus untuk direnungkan : “Gengsi seringkali menciptakan orang yang terlihat kaya, namun bukan orang yang benar-benar kaya". Salam kebajikan #‎firmanbossini‬

Tidak ada komentar:
Write komentar