|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Minggu, 17 Juli 2016

Kisah Cinta Berujung Duka

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) Dora, seorang gadis santun, manis dan cantik, hidup dalam keluarga yang sangat sederhana. Kedua orang tuanya adalah buruh tani yang bekerja paruh waktu di ladang milik tetangga. Dalam hidup yang serba terbatas, orang tua Dora berhasil mendidik dan menyekolahkan Dora hingga ke jenjang pendidikan yang paling tinggi.

Walaupun tumbuh normal seperti anak lain, sesungguhnya Dora sedang mengalami cobaan yang begitu berat dalam hidupnya.

Sejak kecil, Dora menderita penyakit aneh yang kadang membuatnya mengerang kesakitan. Berbagai upaya telah dilakukan kedua orang tuanya, namun tiada seorangpun yang mampu menyembuhkan Dora.

Di usia kanak-kanak, saat Dora sedang bermain, bergembira, bercanda dan berlari-lari bersama anak-anak yang seusianya, tiba-tiba saja, Dora jatuh tersungkur ke tanah, pingsan dan dari mulutnya keluar darah segar.

Sejak saat itu, Dora tidak dapat menjalankan kehidupan dengan bebas seperti orang lain. Untunglah pertumbuhan badannya tidak mengalami gangguan. Hanya saja, dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, Dora harus lebih berhati-hati lagi, sebab sewaktu-waktu penyakitnya dapat menyerangnya, membuatnya jatuh pingsan kembali.

Berkat perhatian khusus dari kedua orang tuanya dan semangat pantang menyerah, akhirnya Dora tumbuh besar, bersama dengan penyakit yang dideritanya. Dora telah menjadi seorang gadis remaja yang cantik, berakhlak mulia serta taat beragama.

Meski dalam kondisi sakit, Dora tetap berusaha mendapatkan ilmu dan pelajaran dari sekolah, sumber "mata air ilmu pengetahuan" yang tak pernah habis. Tidak jarang, saat penyakit kronisnya kambuh, Dora terpaksa harus berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.

Selepas kuliah, atas kehendak Tuhan, Dora bertemu dengan seorang pemuda tampan, bernama Emon. Tidak berselang lama, pemuda dari keluarga berada tersebut, berniat melamar Dora.

Dengan terus terang, Dora bercerita tentang penyakit bawaan yang masih melekat di tubuhnya kepada sang kekasih Emon.

Emon menjawab : "Saya menyayangi hati dan jiwamu. Walaupun tubuhmu sedang digerogoti oleh penyakit kronis, namun saya tidak peduli. Biarlah diriku yang menjaga dan merawat dirimu hingga ajal kita menjelang. Pokoknya, saya merasa sangat nyaman saat bersamamu. Siapapun tidak akan sanggup menghalangiku untuk memilikimu seutuhnya..."

Mendengar kalimat-kalimat indah dan penuh keyakinan, Dora tidak mampu menahan haru, air matanya jatuh membasahi wajah cantiknya. Dengan penuh harapan, Dora menggenggam tangan Emon, seakan berkata : "Terima kasih atas cinta sejati yang begitu tulus..."

Berbekal kemampuan ekonomi yang cukup lumayan, Emon mengajak Dora melakukan pengobatan di salah satu rumah sakit terbaik. Namun, lagi-lagi, tidak membuahkan hasil yang memuaskan.

Hidup Dora masih belum lepas dari bayang-bayang penyakit aneh dan kronis. Namun, Dora masih tetap bertahan, apalagi saat ini, dia mendapat tambahan moril dan semangat dari Emon.

Waktu berganti dengan cepat, tidak terasa, hari pernikahan yang ditunggu-tunggu tinggal menunggu hitungan hari. Persiapan menjelang pesta telah disusun dengan rapi, mulai dari tempat pesta, dekorasi, sound system, makanan dan souvenir. Kesiapannya sudah mencapai 90 %.

Beberapa hari sebelum pesta, Emon pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun pengantin berwarna biru putih. Cantik, anggun dan sangat menawan. Gaun yang mengandung arti keindahan dan kelembutan tersebut masih tergantung di depan etalase toko.

Walau gaun tersebut terlihat begitu indah, namun ternyata masih diperlukan sedikit perbaikan. Sang penjahit, meminta waktu hingga besok hari.

Keesokan harinya, tepat satu hari sebelum pernikahan, Emon menelepon Dora, hendak mengabarkan bahwa saat ini dirinya bersiap-siap pergi mengambil gaun pengantin dan segera mengantarkan gaun tersebut ke rumah Dora.

Namun, hape Dora tidak aktif. Emon berusaha menghibur diri dan berkata dalam hati : "Mungkin hape Dora sedang low bat. Atau tidak ada sinyal. Setelah mengambil gaun pengantin, saya langsung pergi ke rumah Dora...."

Sepanjang perjalanan, hati Emon merasa tidak nyaman. Walau berusaha untuk berpikiran positif, namun tak urung, kecemasan dan kekhawatiran mulai nendera batinnya. Pikirannya mulai kacau, hatinya tidak tenang, wajahnya menunjukkan kegelisahan.

Alhasil, konsentrasinya membuyar. Sebuah lubang menganga di tengah jalan luput dari pandangan Emon. Keterkejutan akibat mobil yang oleng karena menabrak lubang, membuat Emon membanting stir ke sebelah kanan jalan dan harus berhenti saat mobilnya hancur menghantam batang pohon besar.

Suara raungan mobil ambulans menembus jalanan, mengantarkan tubuh Emon yang penuh luka ke rumah sakit terdekat. Namun kehendak Tuhan berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian, Emon menghembuskan nafas terakhirnya. Meninggalkan cerita cinta yang memilukan hati.

Sementara itu, di rumah sakit lainnya, sosok Dora yang terbaring lemah, tidak lagi sanggup menahan keganasan penyakit kronis yang menderanya sejak kecil. Sedikit demi sedikit, tubuhnya mulai melemah. Genggaman tangan Dora mulai terlepas dari tangan ayahnya. Nafasnya tersengal dan sebuah dengusan nafas yang cukup keras, telah melepaskan sukma dari badannya. Dora meninggal dunia, tanpa sempat merasakan keindahan berumah tangga yang sangat diimpikan selama ini.

Bunga-bunga yang sempat memekar, telah layu dan mati. Suara kicau burung tidaklah merdu lagi terdengar. Bulan meredup ditutup awan kelam. Malam pengantin yang diangan-angankan bakal menjadi malam yang paling indah dan berkesan itu, hanya tinggal menjadi kenangan.

Kini, gaun pengantin itu masih tergantung di depan etalase toko. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Sang penjahit sudah berikrar tidak akan menjual atau memberikan kepada siapapun.

Gaun ini akan menjadi saksi bisu, kisah percintaan sejati dua sosok manusia yang penuh pengorbanan. Siapapun yang melihat pajangan gaun indah ini pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya?

Sobatku yang budiman...

Di saat kita masih memiliki kemampuan untuk menebar cinta kasih kepada orang-orang tersayang, janganlah menyimpan sedikit keraguan pun untuk melakukannya.

Betapa kita menyadari, tidak selamanya cinta sejati akan dipersatukan dalam kehidupan di dunia ini.  Salam kebajikan #‎firmanbossini‬

Tidak ada komentar:
Write komentar